Akulah Yang Memilihmu
"Pak Haris, apa yang terjadi?" Tristan bertanya kepada pria yang sedang mengemudikan mobil karena kendaraan mereka yang tiba-tiba berhenti.
"Maaf Tuan Muda, sepertinya di depan kita ada tabrakan," jawab Haris sambil mencoba mencari celah agar kendaraan mereka bisa lewat.
"Oh ...," balas Tristan singkat, dia kembali bersandar di kursi sambil menatap kosong ke arah gedung-gedung yang menjulang tinggi.
Beberapa menit kemudian akhirnya kendaraan yang berada di depan mereka mulai bergerak.
Haris juga mulai menginjak pedal gas, perlahan kendaraan mereka mulai jalan diikuti beberapa mobil yang ikut terjebak di belakang mereka.
Akhirnya Tristan bisa melihat kendaraan yang terlibat tabrakan, sebuah Mobil Mercedes hitam dan sebuah motor matik.
Mobil Mercedes hitam itu terlihat mengalami kerusakan di bagian bumper kiri, dan terlihat goresan panjang dari pintu belakang sampai pintu depan, bumper depan mobil itu juga terlihat rusak karena menabrak pembatas jalan.
Di depan mobil Mercedes itu samar-samar terlihat dua orang yang sedang berdebat.
Ketika mobil mereka berada tepat di samping kedua orang yang terlibat kecelakaan, Tristan menurunkan sedikit kaca mobilnya.
Dia melihat seorang gadis berusia 24 tahun mengenakan celana berbahan jins dan jaket berwarna biru gelap sedang menangis, di depannya seorang pria berumur sekitar 45 tahun berdiri dengan ekspresi wajah marah, Tristan hanya melihat sekilas untuk menghilangkan rasa penasarannya.
Ketika Tristan hendak menutup kaca mobilnya, terdengar suara perempuan tadi dengan nada memelas.
"Tolong Pak beri aku waktu, aku pasti akan mengganti biaya perbaikan mobil Bapak."
Mendengar suara gadis itu, Tristan terlihat kaget.
"Pak Haris, tolong berhenti," seru Tristan sambil menoleh ke arah gadis tadi.
"Siap Tuan Muda," balas Haris, dia menyalakan lampu sein dan menepikan mobilnya.
Begitu mobilnya berhenti, Tristan bergegas membuka pintu, dia lalu turun dan berjalan ke tempat dua orang tadi.
"Aku tidak mau tahu pokoknya ganti sekarang!" bentak Yono dengan suara tinggi.
"Aku sedang terburu-buru Pak ayahku masuk rumah sakit dan ...."
Belum sempat Tiysa menyelesaikan kalimatnya, pria pemilik mobil Mercedes ini langsung memotong sambil berteriak kencang.
"Alasan! Kamu mau kabur, kan!" hardik Yono sambil menunjuk wajah Tiysa.
"Maaf, apa permasalahannya?" tanya Tristan kepada Pria pemilik mobil Mercedes hitam. Tristan saat ini sudah berdiri di samping Tiysa.
"Siapa kamu tidak usah ikut campur!"
Yono menjawab sambil menunjuk wajah Tristan dengan emosi meledak-ledak.
Sambil mengusap air matanya, Tiysa yang sedang menangis ikut menoleh ke arah Tristan, dia melihat sosok pemuda berusia 20 tahun berdiri di dekatnya sambil mengenakan setelan jas mewah berwarna hitam.
Walaupun Tristan sudah mencoba bersikap sopan, ternyata Yono membalas dengan cara yang kurang baik, hal itu membuat Tristan menjadi jengkel.
"Aku berhak ikut campur!" teriak Tristan dengan nada suara yang mulai naik.
Yono yang sedang marah terlihat terkejut, sama halnya dengan Tiysa, dia juga terkejut karena tidak mengenali pemuda yang berdiri di sampingnya.
"Hah ... memang kamu siapanya Tiysa?"
Dengan arogan Yono mempertanyakan status dari Tristan yang baru saja tiba.
"Aku Pacarnya!" tegas Tristan.
Tiysa yang berada di samping Tristan terlihat semakin terkejut, dia sama sekali tidak mengenali pemuda yang saat ini mengaku sebagai pacarnya.
Mendengar jawaban Tristan, Yono semakin marah. Dia lalu menoleh ke arah Tiysa.
"Oh jadi begitu, Tysa ..., ternyata kamu sudah punya pacar anak orang kaya ..., bagus! Aku mau lihat dari keluarga mana anak ini," kata Yono dengan sikap arogan.
Tysa menoleh ke arah Tristan, dia sekali lagi memastikan apakah dia mengenal Tristan, namun setelah melihatnya, Tiysa semakin yakin jika dia sama sekali tidak mengenali pemuda yang saat ini berdiri di sampingnya.
Tiysa langsung ingin menjelaskan kepada Yono jika dirinya tidak mengenal pemuda itu, Tisya tahu jika pemuda di sampingnya ini ingin membantunya, namun dia tidak ingin menyebabkan masalah kepada pemuda itu.
"Dia buk ...."
Belum selesai Tysa berbicara, Tristan sudah memberi kode dengan tangannya meminta Tysa untuk diam, entah mengapa Tiysa menuruti kata-kata dari pemuda yang dia tidak kenal ini.
Mendengar Yono menyebut nama Tysa, Tristan bisa mengambil kesimpulan jika ini bukan kecelakaan biasa. Tristan lalu kembali menatap pria tadi dengan tatapan dingin.
"Berapa?" Tristan bertanya kepada Yono biaya yang harus di bayar oleh Tisya.
"Berapa apanya! Ini tidak ada hubungannya dengan ...."
"Berapa?" Dengan tatapan dingin, Tristan memotong perkataan Yono.
Tristan terus bertanya kepada Yono berapa biaya perbaikan mobil yang harus diganti.
Ketika Yono ingin kembali menghardik Tristan, tiba-tiba Haris memundurkan mobil yang mereka kendarai dan berhenti tepat di samping Tristan.
Mata Yono yang sedang marah kini tertuju pada pelat nomor dari mobil itu, bukan kode B yang ada di situ namun kode CD 37 yang merupakan pelat mobil khusus untuk diplomat asal negara Rusia.
Tak lama kemudian, Haris juga ikut turun, semua orang yang melihat perawakan Haris tentunya akan paham jika dia bukan hanya sopir biasa, walaupun usianya sudah lebih dari 50 tahun, badan tegap seperti prajurit dan aura yang dikeluarkan oleh Haris tidak seperti sopir, malah lebih seperti bos-bos besar perusahaan.
"Ada apa tuan muda," tanya Haris dengan sedikit menunduk kepada Tristan. Tentu saja itu lagi-lagi tidak mencerminkan sikap sopir pada umumnya.
"Pak Haris, urus kerusakan mobil pria ini, motor yang tergeletak di sana juga tolong bereskan," perintah Tristan sambil menunjuk motor milik Tisya yang berada di samping mobil Mercedes Hitam milik Yono.
"Siap tuan muda," balas Haris.
Setelah menyampaikan hal tersebut Tristan lalu menoleh ke Tisya.
"Apakah kakimu terluka?" Tristan bertanya kepada Tisya dengan nada yang lembut dan disertai tatapan ramah kepada Tisya, sangat berbeda ketika dia sedang berbicara dengan Yono.
"Tidak apa-apa hanya tanganku yang sedikit terluka," jawab Tiysa dengan sedikit gugup sembari menatap wajah pemuda yang baru saha mengaku sebagai pacarnya.
"Tetap saja kita harus memeriksa keadaanmu di rumah sakit, ayo ikut aku."
Tristan lalu merangkul Tisya dan menuntunnya ke mobil yang tadi mereka kendarai, entah mengapa kali ini Tisya juga tidak menolak dan menuruti kata-kata Tristan.
Yono berniat menghentikan mereka berdua, namun Haris dengan sekejap berdiri tepat di hadapannya, badan tegap Haris menutupi pandangan Yono.
Yono sebenarnya ingin marah, namun begitu melihat Haris, dia mengurungkan niatnya, tentu saja Yono tidak bodoh, dia tahu bahwa tidak sembarang orang yang bisa mengendarai mobil dengan nomor pelat spesial tersebut.
Haris terus menatap pria itu dengan tatapan dingin.
Melihat tatapan dingin Haris Yono menjadi sadar, jika dia bertindak lebih jauh Haris tidak akan segan-segan untuk menghajarnya, dan instingnya juga mengatakan walaupun dia memiliki banyak uang, itu tidak akan sebanding dengan latar belakang keluarga pria yang sedang berdiri di hadapannya.
—
Tristan membuka pintu mobil di bagian kursi penumpang, dia lalu membantu Tisya untuk naik, begitu duduk Tisya menoleh ke belakang, dari kaca mobil belakang dia melihat Yono
sedang berbicara dengan Haris.
Dapat terlihat jelas dari gestur tubuhnya bahwa Yono tidak lagi menunjukkan sikap angkuh seperti yang tadi dia tunjukkan, Tiysa lalu menoleh ke Tristan.
"Maaf, aku tidak tahu bagaimana atau kapan aku akan membayar dan membalas kebaikanmu, tapi saat ini aku benar-benar sedang terburu-buru, saat ini ayahku pingsan dan sedang dirawat dirumah sakit."
Tiysa berusaha menjelaskan keadaannya kepada Tristan yang saat ini sudah duduk di sampingnya.
"Di rumah sakit mana ayahmu dirawat?" Tristan balik bertanya kepada Tiysa.
"Di Bogor tepatnya di Rumah Sakit Cipta, " jawab Tisya sambil memegang bahunya yang terasa sakit akibat tabrakan tadi.
"Baiklah aku akan mengantarmu ke rumah sakit itu, kita juga harus memeriksa kondisimu," ucap Tristan.
Tisya kembali menolak dengan sopan tawaran dari Tristan, dia tidak ingin lagi merepotkan pemuda yang baru saja menolongnya.
Namun dengan senyum lembut Tristan mengatakan jika itu tidak merepotkan sama sekali dan kebetulan tujuan mereka juga di kota Bogor.
Tristan lalu mengeluarkan kotak P3K yang berada di mobil, dia mulai mengobati luka lecet yang berada di telapak tangan Tisya, Tristan juga memperhatikan tubuh Tisya karena takut ada luka di bagian tubuh yang lain.
Setelah beberapa saat mengamati, tidak ada luka lain selain dari luka lecet yang ada di telapak tangan Tisya.
Mungkin itu karena Tisya menggunakan pakaian dengan bahan yang cukup tebal, sehingga kondisi Tisya tidak terlalu parah.
Tristan juga meminta Tisya untuk melepaskan jaket yang dia kenakan, dia ingin memastikan jika tidak ada lagi luka di tempat lain.
Tisya membuka jaketnya dan meletakkannya di bagian kiri tempat duduk, Tristan juga ikut membantu Tisya yang terlihat masih kesakitan.
Setelah melihat dengan seksama, Tristan akhirnya benar-benar bisa memastikan jika hanya tangan Tisya yang terluka, dia lalu mengambil perban di kotak P3K dan membalut tangan Tisya, Tristan juga mengambil sebotol air mineral dari cup holder yang berada di depannya.
Tak lama kemudian Haris telah kembali ke mobil meninggalkan pria pemilik mobil mercedes itu.
"Pak Haris tolong antarkan kami ke rumah Sakit Cipta di Bogor terlebih dahulu," ucap Tristan sambil memberikan sebotol air mineral kepada Tisya.
"Siap tuan muda," balas Haris
Dan perlahan mobil yang mereka kendarai menjauh dari tempat itu.
Beberapa saat kemudian, mobil mereka sudah masuk ke dalam Tol Jagorawi, saat ini keadaan jalan tidak begitu ramai, sehingga mobil mereka bisa melaju dengan bebas.
Sejak meninggalkan lokasi kecelakaan tadi, Tristan tidak lagi berbicara, dalam diam matanya menatap keluar jendela dengan tatapan kosong seakan pikirannya jauh di tempat lain.
Keadaan hening ini membuat Tisya sedikit tidak enak, dia akhirnya berusaha membuka percakapan untuk memecah keheningan, di benaknya hanya itu yang bisa dia lakukan kepada pemuda yang telah menolongnya itu, dia setidaknya harus bersikap ramah dan bersahabat.
"umm ...." Tisya tampak ingin mengucapkan sesuatu, tapi belum sempat berbicara, dia langsung mengurungkan niatnya, kejadian itu terjadi beberapa kali.
Tentu saja Tristan menyadari hal tersebut, dia tahu saat ini Tisya sedang berusaha memulai pembicaraan untuk memecah keheningan.
"Apakah kamu mengenal pria tadi?" Tristan bertanya kepada Tisya untuk membuka pembicaraan.
"Iya aku mengenalnya, pria itu Yono, dia merupakan pemilik di perusahaan tempatku bekerja," jawab Tisya sambil memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya.
Setelah itu Tisya menjelaskan kepada Tristan kejadian yang baru saja dia alami, sudah dua bulan Tisya bekerja di perusahaan Yono, awalnya tidak ada yang aneh, namun beberapa hari terakhir, pria beristri itu mulai sering menghubungi Tisya di luar jam kerja.
Dia juga mulai membahas hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan mereka, pria itu juga beberapa kali mengajak Tisya untuk nonton ataupun makan malam bersama, tentu saja Tisya selalu menolak dengan halus, namun hari ini Yono semakin nekat.
Ketika Tisya mendapat kabar jika ayahnya pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit, Tisya bermaksud meminta tolong kepada Yono.
Tisya yang baru lulus kuliah dan baru bekerja tahu jika gajinya tidak akan mampu untuk membayar biaya pengobatan ayahnya, untuk meminjam uang di Bank tentu saja akan sulit bagi dia yang baru bekerja, oleh karena itu dia mencoba peruntungannya dengan meminta bantuan kepada Yono dia berjanji akan melunasinya dengan cara pemotongan gaji setiap bulan.
Namun jawaban yang diberikan Yono membuat Tisya marah, bukan karena Yono tidak bisa membantu, Yono bersedia membantu tapi dengan syarat Tisya mau menjadi istri simpanan Yono, mendengar itu Tisya marah dan secara refleks menampar Yono, Tisya lalu pergi meninggalkan Yono.
Yono yang takut kelakuan mesumnya tersebar menjadi panik dan mengejar Tisya, hingga terjadilah insiden tabrakan tadi, setelah menceritakan itu tanpa sadar air mata Tisya mengalir keluar.
Tristan merangkul pundak Tisya, dia lalu menatap wajah Tisya yang sedang menangis, setelah memperhatikan wajah Tisya beberapa saat, Tristan akhirnya sadar bahwa gadis yang berada di sampingnya ini memang sangat cantik, Tisya juga memiliki bentuk tubuh yang indah, Tristan pun sedikit mengerti mengapa Yono sampai tergila-gila untuk menjadikan Tisya sebagai istri simpanannya.
Tristan juga kagum akan keteguhan hati Tisya, walaupun sangat membutuhkan uang untuk membantu keluarganya, dia tetap teguh dalam menjaga kehormatannya sebagai wanita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Alriani Hespiapi
Saya mampir thor
2022-09-23
0
Miss Tiya😊
ikut mlipir thor sat set
2022-06-17
1
niki nikita👀
bagus kak author ❤
2022-05-21
1