“Bocah sialan!!”
Sambil memegangi wajahnya yang terluka, Cakra terus-menerus mengutuk Tristan yang sudah membuatnya babak belur, di depannya berdiri beberapa wartawan lepas yang merupakan kenalannya.
“Aku tidak mau tahu, beritakan kasus pemukulan ini, aku ingin bocah itu di tangkap,” ucap Cakra dengan emosi kepada beberapa wartawan lepas di tempat itu.
“Baiklah bos,” salah seorang diantaranya menjawab sambil menyerahkan secarik kertas yang berisi nomor rekening orang-orang yang berada disitu.
Setelah menyerahkan catatan itu, orang-orang ini kemudian pergi meninggalkan ruangan tempat Cakra dirawat.
Tak berselang lama, Purwadi, Devan dan William yang adalah ayah dari Devan masuk kedalam ruangan.
Devan bergidik ngeri melihat luka yang terdapat di wajah Cakra, dia kembali mengingat peristiwa ketika dia dan dua temannya ingin mengeroyok Tristan, jika seandainya waktu itu dia tetap melawan, mungkin dia juga akan mengalami hal serupa. Dia bersyukur waktu itu dia terlalu ketakutan sampai tidak bisa bergerak, sehingga Tristan melepaskannya begitu saja.
“Apa yang kamu lakukan sehingga membuatmu dihajar seperti itu oleh Tristan?" tanya Purwadi sambil melihat wajah Cakra yang kini dipenuhi perban.
“Calon menantumu yang sialan itu melihatku sedang menggerayangi Dian si manager marketing, dia bahkan tidak mendengar penjelasanku dan langsung menyerangku,” balas Cakra yang masih terlihat sangat marah. “Dia sudah meniduri Dian, mengapa dia begitu marah ketika melihatku berbuat seperti itu?” sambung cakra sambil mendengus kesal.
“Meniduri Dian?” Purwadi kaget mendengar ucapan Cakra.
Begitu pulan dengan Devan dan Ayahnya mereka berdua juga ikut kaget.
“Dari mana kamu tahu jika Tristan sudah meniduri Dian?” Purwadi terlihat sedikit penasaran dengan ucapan yang baru saja disampaikan oleh Cakra.
“Mereka berduaan di dalam ruangan Tristan selama berjam-jam, mereka bahkan tidak keluar dari ruangan untuk makan siang, menurutmu apa yang mereka lakukan?” jawab Cakra.
“Dasar bodoh! Apa kamu tahu jika tadi Gea anakku mengunjungi kantormu?" Purwadi terlihat sangat kesal kepada Cakra.
“Gea datang ke kantorku?” Cakra terlihat kebingungan dengan pertanyaan purwadi.
“Bahkan itu saja kamu tidak tahu! Gea juga berada di ruangan itu bersama Tristan dan Dian, walaupun Gea tidak bersama mereka sejak awal, Gea tahu jika mereka berdua betul-betul bekerja dan tidak melakukan apa yang kamu tadi ucapkan.” Purwadi merasa saat ini jika bukan karena Cakra sudah membantunya menyingkirkan Bisma, dia juga mungkin akan ikut memukul Cakra karena kebodohannya.
“Bagaimana bisa Gea menyimpulkan itu, bisa saja sewaktu Gea datang, Tristan dan Dian telah selesai, dan Tristan membuat alasan kepada Gea bahwa mereka berdua hanya bekerja.” Cakra berusaha mempertahankan ucapannya, Cakra merasa Tristan dan Dian Pasti sudah tidur bersama.
“Apakah ini terlihat seperti ruangan orang yang sudah berbuat mesum?” Purwadi menunjukkan foto yang dikirim Gea, sewaktu Gea berada di ruangan Tristan.
Ternyata saat berada di tempat Tristan Gea diam-diam mengambil gambar dan mengirimkan beberapa foto kepada ayahnya, dia ingin menunjukkan jika calon suaminya seorang pekerja keras.
“Tapi ….” Cakra masih berusaha mengelak.
“Dan apakah kamu tahu jika Tristan dan Dian baru saja berhasil menyelesaikan Transaksi senilai 314 Milyar! Gea sendiri yang memberitahuku hal tersebut ketika Tristan sudah mengantarnya sampai di rumah. Dan sekarang kamu melecehkan orang yang sudah membantu Tristan melakukan penjualan itu, Apakah kamu bodoh!" bentak Purwadi.
Purwadi terlihat sangat marah kepada Cakra, dia tidak habis pikir jika Cakra melakukan itu kepada Dian yang menurutnya sudah bekerja dengan baik.
Setelah menyingkirkan Bisma, ini adalah pertama kali bagi perusahaan itu mencetak penjualan dengan nilai transaksi yang fantastis.
Devan dan William terkejut mendengar perkataan dari Purwadi, dia tidak menyangka di hari pertamanya bekerja, Tristan sudah mencetak transaksi yang besar.
Cakra mulai berkeringat dingin, dia tidak mengetahui jika ada kejadian seperti itu.
“Purwadi tolong aku, aku juga sudah sangat membantumu ketika kamu menyingkirkan Bisma.” Dia mulai memohon kepada Purwadi, dia takut jika Tristan memecatnya dan melaporkannya kepada pihak kepolisian.
“Hah ... kamu membuatku sakit kepala, masalah Tristan biar aku yang menyelesaikan, sekarang kamu jangan bertindak gegabah,” ucap Purwadi sambil mendengus kesal.
Cakra saat ini sudah ketakutan, dia juga takut memberitahu Purwadi jika dia sudah membayar beberapa orang untuk memberitakan masalah ini, dia akan berpura-pura tidak tahu jika nanti berita ini menyebar.
__
Saat ini Tristan sedang mengemudikan mobilnya, di sampingnya Dian sedang duduk dengan tatapan kosong memandangi jalan, Tristan tadinya berencana untuk mengantar Dian pulang, namun Dian tidak berani pulang ke rumahnya dengan kondisinya yang seperti ini.
Dian takut jika kedua orang tuanya akan menyadari jika ada sesuatu yang salah. Oleh karena itu Dian meminta agar Tristan bisa menemaninya malam ini.
Mendengar permintaan itu membuat Tristan sulit menolaknya, sekarang Tristan takut meninggalkan Dian seorang diri, sudah terlalu banyak kasus wanita bunuh diri karena menjadi korban dari tindak pelecehan seksual.
Tristan juga tadinya berencana membawa Dian pulang ke rumahnya, karena di rumah itu Tristan tinggal sendiri, dan hanya ditemani oleh beberapa pelayan wanita dari keluarga Prabaswara.
Tapi setelah berpikir panjang, Tristan membatalkan niatnya, dia tidak ingin pelayan di rumahnya salah paham, dan membuat laporan aneh ke kakeknya.
Sama halnya dengan hotel, saat ini di pakaian Tristan terdapat banyak bercak darah, dia tidak ingin pihak hotel berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya.
Akhirnya Tristan memutuskan untuk menghubungi Haris yang juga merupakan orang kepercayaan keluarganya.
Pak Haris," ucap Tristan dengan menggunakan Bahasa Rusia. Tristan sengaja menggunakan bahasa Rusia, karena tidak mau pembicaraannya diketahui oleh Dian.
"Iya Tuan muda." Haris menjawab yang juga dengan menggunakan Bahasa Rusia.
“Apakah keluarga Yaroslav-ku memiliki hotel di Jakarta?” tanya Tristan sambil terus mengawasi Dian, Tristan ingin memastikan jika Dian tidak menyadari pembicaraanya dengan Haris.
“Di Daerah Jakarta bagian mana yang Tuan Muda inginkan?”
“Kalau bisa di daerah Jakarta Selatan,” balas Tristan.
Haris diam sejenak, lalu berkata “Golden Luxury Hotel, itu adalah hotel bintang 5 milik keluarga tuan muda, aku akan menghubungi pihak manajemen di sana untuk menyambut Tuan Muda,” ucap haris.
“Tidak usah terlalu berlebihan dalam penyambutan, dan tolong minta mereka menyiapkan baju ganti untukku dan Wanita yang berada di sampingku,” ucap Tristan sambil sesekali melirik Dian yang berada di sampingnya.
“Dan yang terakhir, Pak Haris tolong urus masalah Cakra, aku tidak ingin merepotkan keluarga Prabaswara ibuku,” sambung Tristan yang sedikit merasa khawatir dengan kejadian di kantornya tadi.
“Siap tuan muda,” balas haris singkat.
Haris tentu saja sudah mengetahui peristiwa pemukulan yang baru saja terjadi, semenjak berada di Indonesia, Haris terus memantau aktifitas dari Tristan, Haris ditugaskan oleh keluarga Yaroslav untuk selalu menjaga keselamatan dan membantu kebutuhan dari Tuan Muda keluarga itu.
Beberapa saat kemudian, sebuah pesan masuk, disitu tertera alamat dari Golden Luxury Hotel milik keluarga Tristan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Anggra
aduhhhh knp Tristan jd cowok baik bgt sihh ..terlalu baik Thor ...jd pd baper tuh cewek" yg dtolongin
2022-05-19
2