Bab 16

"Bara, besok kamu berangkat pagi-pagi. Akan ada pertemuan penting jam tujuh dan sebelum itu kamu harus sudah sampai, Papa minta mulai sekarang kamu berdiri di samping Papa setiap saat."

Bara dibuat terkejut oleh ucapan Aron, bukankah kesepakatannya dulu adalah menunggunya punya anak?

"Bukannya Papa bilang, semua itu setelah aku punya anak?" tanya Bara.

"Kamu lupa, sekarang sudah duda? Mau dapat anak gimana?" tekan Aron, seketika Bara menggaruk kepalanya.

"Baik, Pa. Tapi, malam ini aku tidur di apartemen ya? Kalau tidur disini, aku takut terus teringat Najira." mohon Bara.

Sebenarnya bukan karena hal itu, Bara memang sedang ingin menyendiri saat ini karena disaat sedang kacau, ia takut justru akan berbicara ngelantur seperti tadi.

"Baiklah, tapi langsung pulang." titah Aron yang diangguki kepala oleh Bara.

Langsung pulang dalam artian Aron tak ingin Bara menghabiskan waktu untuk hal-hal tak penting seperti mengunjungi club, minum-minum atau apapun jenis penghilang masalah secara cepat.

"Iya, Pa."

Setelah makan malam, Bara pamit ke apartemen. Aron dan Rosa pun memakhlumi, lagi pula Bara laki-laki dewasa, sudah pernah menikah dan ia butuh kenyamanan.

Bara mengemudikan mobilnya, jalanan yang macet membuatnya berulang kali berdecak sebal.

Di sela-sela macetnya, Ia menghubungi Tama.

"Hallo, Ra?" saut Tama.

"Bisa cariin info seseorang?" tanya Bara di sambungan telepon.

"Siapa?"

"Revan, aku butuh alamat apartemennya."

"Revan siapa nama panjangnya?" tanya Tama.

"Aku mana tau, pokoknya cari datanya sampai ketemu." titah Bara kesal.

"Heh, Bro. Di dunia ini Revan mana yang kau cari, mana pula itu nama pasaran." desis Tama tak terima.

"Terserah bagaimana caramu, aku butuh datanya besok!" perintah Bara, yang diangguki lemas oleh Tama.

"Sial kali ini Bara, suruh nyari Revan kemana?" gerutu Tama setelah menutup teleponnya.

Bara menatap depan. Malam yang sepi dibawah sorot sinar temaram mobilnya berhenti tepat di parkiran gedung menjulang tinggi.

"Hanya dengan ini aku bisa melampiaskan rinduku bersama sisa-sisa jejakmu. Rea, berapa lama aku harus bertahan dalam keterpurukan, berjalan tertatih dipenuhi perasaan gelisah dan dilema bersamaan. Hanya denganmu aku selalu merasa baik-baik saja. Tapi, kemana saat ini aku harus mengais bayang dan senyummu?" Monolog Bara.

Bayangan ia menggendong Rea dengan cemas berputar di kepala, ditambah perasaan bersalah mendominasi semakin membuat dilema Bara tak karuan.

"Rea, kemana aku harus mencarimu? dia membawamu dariku, kenapa dia membawamu dariku? dia mengambil Najira dan sekarang memisahkanmu dariku?" Bara mengusap wajahnya kasar. Tubuhnya bergetar saat hendak turun dari mobil. Meski begitu, dengan tertatih-tatih ia melangkah masuk loby.

Butuh perjuangan untuknya sampai di lantai apartemennya berada. Bara segera menekan sandi dan menyeret kaki menuju kamarnya.

Bara ambruk di tepi ranjang, dan masih belum menyadari sesosok yang tertidur dengan balutan selimut dibalik lampu yang padam.

"Rea bahkan aromamu masih menguar disini, dan memaksaku menyiksa diri sendiri." gumam Bara dengan mata setengah terpejam.

Bara melepas sepatunya asal dan bersiap untuk tidur setelah mengganti celana panjangnya dengan celana pendek, Bara naik ke ranjang dan memejamkan matanya perlahan.

Saat hendak membuka selimut, ia tersadar ada seseorang tertidur di sampingnya.

"Rea..." pikiran Bara hanya pada satu nama itu, lalu dengan kesigapan ia menyalakan lampu tidur. Hal pertama yang terlihat adalah wajah ayu Rea yang tertidur pulas layaknya patung.

"Rea, syukurlah." Bara membelai wajah Rea yang tampak polos tanpa make up, wajah yang akhir-akhir ini berkeliaran tanpa lelah di otaknya dan tak mau berhenti.

"Aku menemukanmu, Sugar." Bara hampir menangis gila karena karena senang, lalu dengan segera mendaratkan ciuman di kening Rea lama.

Bara menelusup masuk ke dalam selimut dan memeluk tubuh Rea dari belakang, dan menenggelamkan wajahnya di punggung Rea.

Bara tertidur nyenyak, mimpi buruknya kemarin berangsur hilang.

Pagi hari Bara terbangun lebih dulu, ingin sekali lagi memastikan bahwa Rea-lah yang ia peluk semalaman. Andai hari ini tak ada pertemuan penting di perusahaan, ia mungkin lebih memilih berlama-lama memeluk Rea, memeluk erat dan tak akan membiarkannyaa pergi lagi, sejengkal pun tak akan.

Lalu dengan semangat ia melangkah ke kamar mandi dan membersihkan diri.

Tak berselang lama, Bara keluar dengan handuk yang melilit pinggang. Berjalan santai menuju lemari untuk mencari kemeja kerjanya.

Drtttt...

"Hallo," ucap Bara di sambungan telepon.

"Aku sudah menemukan alamat Revan, Bara!" Tama berujar penuh semangat.

"Oh, itu. Simpan saja untukmu!"

"Hah, bukannya kamu yang memintaku menemukan alamatnya?" tanya Tama tak mengerti.

"Iya, tapi Rea sudah kembali, dan aku tak membutuhkannya lagi," ucap Bara dengan santainya hampir membuat Tama sesak napas karena kesal.

Tut!

Telepon mati, Bara meletakkan ponselnya asal lalu tangannya terus tergerak memilih-milih pakaian mana yang cocok.

"Mas Bara," batin Rea yang baru terbangun, ia berulang kali mengusap-usap mata, berharap tak ada masalah sama sekali dengan penglihatannya.

Bara membalikkan tubuh, tampak sekali tubuh sispacknya, dan Rea hanya mampu menatap tak berkedip.

"Sudah bangun, Sayang?" Bara mengu lum senyum dan menghampiri Rea.

"Stop, Mas. Pakai celanamu dulu." Rea menutup matanya dengan jari dan sedikit mengintip dari celah membuat Bara terbahak sekaligus gemas.

"Bukannya lebih bagus gini, seingatku semalam kamu tak keberatan." goda Bara.

Pipi Rea memerah, ia memalingkan wajahnya karena malu.

"Aku, hah? Mana mungkin."

"Mungkin saja, aku tau kamu kangen sama aku kan?"

"Nggak." elak Rea.

"Beneran nggak? jangan kangen, berat! Biar aku saja."

"Sejak kapan Mas Bara hobi gombal."

"Sejak jadi duda, kenapa? kan gombalnya cuma sama kamu Rea."

"Mas Bara cepet ganti baju sana, jangan deket-deket." usir Rea.

"Kenapa, hm? Nggak akan melorot juga." santai Bara, ia malah mendekat ke arah Rea dan duduk di hadapannya dengan senyum menggoda.

"Mas, jangan nakal aku aduin nih sama Mas Revan."

Bara malah menarik tangan Rea dan meletakkan di dada polosnya.

"Mas, ya ampun." pekik Rea memalingkan wajahnya.

Bara terkekeh, "baru gitu aja pipi kamu udah kaya tomat." ejek Bara, ia melepas tangan Rea dan bangkit dari duduknya lalu dengan sengaja mengganti pakaian di depan Rea.

"Ya ampun, Mas Bara." Rea hampir saja menjerit kalau tak buru-buru menutup wajahnya dengan bantal.

"Sudah selesai, kamu ngapain nutup wajah sama bantal?"

"Ih nyebelin." Rea beranjak, setelah melayangkan tatapan tajam kepada Bara, kemudian melangkah ke kamar mandi membersihkan diri.

Cukup lama Rea berada di dalam kamar mandi, ia menggeleng lemah membayangkan tubuh Bara yang terus melintas di otaknya.

"Sial, kok jadi aku yang m*sum sih." gerutu Rea, ia keluar dengan malas dan disambut Bara yang sudah rapi dengan setelan jas hitam yang membalut tubuhnya. Bara terlihat sangat tampan.

"Mas mau kemana?" tanya Rea, ini kali pertama baginya melihat Bara sangat keren.

"Ehm, aku ada kerjaan hari ini. Tapi kita masih punya waktu setengah jam lebih untuk sarapan bersama, ayo keluar?" tawar Bara.

"Aku, aku..."

"Ayolah Rea, tidak jauh kok hanya di seberang."

Mau tak mau Rea mengangguk, ia segera membuka ranselnya untuk mencari alat make up dan memoles tipis wajahnya.

Keluar dari apartemen, kini mereka menikmati sarapan bersama di restorant seberang jalan.

"Sebenarnya, Mas Bara kerja apa?" tanya Rea, pasalnya Bara terlihat sangat modis hari ini, bahkan jass yang dikenakan bermerk.

"Hanya karyawan." santai Bara, Rea menggeleng tak percaya, itu hal yang sangat mustahil mengingat Bara begitu murah hati dengannya.

"Cepat makan, keburu dingin."

"I-Iya Mas."

***

Bara mengantar Rea sampai depan pintu apartemen lalu mendaratkan ciuman di kening.

"Jangan kemana-mana, tunggu aku pulang!" Bara berujar, seolah Rea adalah kekasihnya.

"Tapi aku harus..."

"Tunggu aku pulang kerja." potong Bara.

"Aku ingin pulang ada yang menyambutku dengan pelukan dan senyuman." pinta Bara.

"Kalau begitu mari kita menikah."

"Aku baru menyandang status duda dan kamu sudah tak sabar ingin mengajakku menikah."

"Kenapa memang? usiaku memang kecil, tapi aku memang memiliki keinginan menikah muda, sepertinya menyenangkan."

"Baiklah-baiklah, tapi masalahnya kakakmu tidak ingin kita menikah, bagaimana?"

"Benarkah?" tanya Rea.

Bara mengangguk.

"Kalau begitu, sepertinya memang kita tak akan menikah. Mas Revan pasti memiliki pandangan lain siapa yang jadi adik iparnya." Rea tampak berfikir.

"Itu tak akan pernah terjadi selama kamu di sisiku, Rea."

"Hm, bagaimana kalau..."

"Hallo, Pa?" Bara mengangkat teleponnya yang tiba-tiba berdering.

"Jam berapa ini, Ra. Sepuluh menit kamu sudah harus sampai, Papa hitung dari sekarang!" tegas Aron.

"Iya, ini juga di jalan kok Pa, lagi macet." alibi Bara, setelah mendengar omelan Aron.

"Ck, tukang bohong!" ejek Rea.

Bara mendekus, lalu memasukkan ponselnya.

"Aku kerja, jangan kabur sayang," ujar Bara yang lebih mirip sebuah bisikan.

.

.

.

LIKE KOMEN & GIFTNYA JANGAN LUPA BESTIE💅🏻

Terpopuler

Comments

Elisanoor

Elisanoor

sat set sat set 🤣 percintaan macam apah ini 🤣

2023-12-06

0

Lev I

Lev I

bikin greget ngegombalnya bara

2023-11-03

0

botak

botak

gillaaa.....Rea..polos APAANN kecil apaan,...udah lihai menggatal gtu😂

2022-10-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Ketauan
2 Bab 2 - Anak kos
3 Bab 3 - Mahkota yang koyak
4 Bab 4 - Sadar
5 Bab 5 - kepingan ingatan
6 Bab 6 - Pengakuan Bara
7 Bab 7 - Prank dari Aron
8 Bab 8 - Kata Rea
9 Bab 9 - Mencari Rea
10 Bab 10 - Mencari Rea 2
11 Bab 11 - Titik terang
12 Bab 12 - Mari bercerai
13 Bab 13 - Talak
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91 -Bonus end
92 Pengumuman karya baru
93 93. Sugar season 2
94 94. Sugar season 2
95 95. Sugar season 2
96 96. Sugar season 2
97 97. Sugar season 2
98 98. Sugar season 2
99 99. Sugar season 2
100 100. Sugar season 2
101 101. Sugar season 2
102 102. Sugar season 2
103 103. Sugar season 2
104 104. Sugar season 2
105 105. Sugar season 2
106 106. Sugar season 2
107 107. Sugar season 2
108 108. Sugar season 2
109 109. Sugar season 2
110 110. Sugar season 2
111 111. Sugar season 2
112 112. Sugar season 2
113 113. Sugar season 2
114 114. Sugar season 2
115 115. Sugar season 2
116 116. Sugar season 2
117 117. Sugar Season 2
118 118. Sugar season 2
119 119. Sugar season 2
120 120. Sugar season 2
121 121. Sugar season 2
122 122. PENGUMUMAN JODOHKU MAS DUDA
Episodes

Updated 122 Episodes

1
Bab 1 - Ketauan
2
Bab 2 - Anak kos
3
Bab 3 - Mahkota yang koyak
4
Bab 4 - Sadar
5
Bab 5 - kepingan ingatan
6
Bab 6 - Pengakuan Bara
7
Bab 7 - Prank dari Aron
8
Bab 8 - Kata Rea
9
Bab 9 - Mencari Rea
10
Bab 10 - Mencari Rea 2
11
Bab 11 - Titik terang
12
Bab 12 - Mari bercerai
13
Bab 13 - Talak
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91 -Bonus end
92
Pengumuman karya baru
93
93. Sugar season 2
94
94. Sugar season 2
95
95. Sugar season 2
96
96. Sugar season 2
97
97. Sugar season 2
98
98. Sugar season 2
99
99. Sugar season 2
100
100. Sugar season 2
101
101. Sugar season 2
102
102. Sugar season 2
103
103. Sugar season 2
104
104. Sugar season 2
105
105. Sugar season 2
106
106. Sugar season 2
107
107. Sugar season 2
108
108. Sugar season 2
109
109. Sugar season 2
110
110. Sugar season 2
111
111. Sugar season 2
112
112. Sugar season 2
113
113. Sugar season 2
114
114. Sugar season 2
115
115. Sugar season 2
116
116. Sugar season 2
117
117. Sugar Season 2
118
118. Sugar season 2
119
119. Sugar season 2
120
120. Sugar season 2
121
121. Sugar season 2
122
122. PENGUMUMAN JODOHKU MAS DUDA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!