Kamu percaya karma? atau lebih tepatnya ketika kamu meninggalkan seseorang? Hal yang terlihat biasa bagimu, bisa jadi adalah hal yang paling menyakitkan dalam hidupnya.
Rea~
***
Kamu mau makan apa? istirahat dulu, makan dulu, atau kamu mau jalan-jalan?
Bara itu typical pria yang bisa berubah-ubah, kadang dingin kadang perhatian, tapi entah kenapa Rea menyukai hal-hal kecil dalam diri Bara. Karena meski ia bukan siapapun, Bara selalu bertanya padanya, memintanya memilih, bukan mendominasi pilihan.
"Aku mau tidur, nanti sore ajalah Mas."
"Tapi kita belum makan, Rea?"
Rea mengangkat wajah dan menatap Bara sambil terkekeh, "Mas laper?"
"Iya, hhe."
"Yaudah aku temenin, tapi aku nggak makan." Rea bangkit, akan tetapi gerakannya yang spontan membuat ponsel di sisinya tergeser hingga jatuh.
Tar!
"Yah..." Rea terkejut mendapati ponselnya jatuh, ponsel android versi lama yang harganya tak seberapa tapi cukup bagus bagi Rea.
Bara memungut dan melihatnya, "ya ampun Rea, ini ponsel jaman kapan?" tanyanya tak percaya terlebih Rea cantik, anak kuliah, tapi ponselnya hanya seharga 3 jutaan.
"Jaman purba," jawab Rea kesal, lalu menarik ponsel itu dari tangan Bara.
"Ini tuh ponsel legend tau, Mas. Aku mendapatkannya juga susah payah," gerutu Rea.
"Yah mati, gimana ini?" panik Rea saat berusaha menghidupkan ponselnya tapi nihil tak menyala.
"Coba sini lihat?" tawar Bara.
Rea pun menyodorkan ponselnya, meski tak yakin Bara bisa membuat ponselnya hidup kembali.
"Gak bisa ini, Re. Sayang sekali, di pulau ini nggak ada gerai ponsel, ada tempat servis tapi jauh dari sini dan membutuhkan waktu lama, nanti saja sepulang dari sini aku beliin."
"Hah, terus gimana? Nanti kakakku khawatir pasti nyariin aku..."
"Kamu hapal nomornya? Kalau iya, kamu bisa pakai ponselku untuk memberi kabar." tawar Bara.
"Enggak, Mas. Mana hafal aku, nomorku sendiri aja gak hafal."
"Hm."
Rea menyimpan ponselnya, "ayo makan, katanya laper."
"Eh, kita pesan makanan aja kalau begitu. Lagian pasti capek banget kamu." Bara pun keluar sebentar.
Rea hanya menghela napas melihat punggung tegak itu meninggalkannya.
Lima menit kemudian Bara kembali, "Kita tunggu aja, nanti dianterin kesini. Aku pesenin menu yang ada nasinya."
"Eh, O yaudah kalau begitu Mas, barusan aku juga mau ngingetin kalau harus menu yang ada nasinya."
Bara terkekeh, Rea itu gadis unik, pikirnya.
***
"Boleh tau kakakmu dimana?" tanya Bara, selagi makanan datang, ia ingin banyak tau tentang Rea.
"Oh, dia kerja. Kerja kantoran sih, Mas. Tapi cuma sebagai staff aja, tinggalnya di apartemen daerah Cempaka."
Bara mengangguk-ngangguk.
"Kamu nggak tinggal sama kakakmu aja?" tanya Bara.
"Nggak, soalnya jauh banget dari Kampus. Lagian Kampus dan Kantor kakakku itu berlawanan arah, aku jadi gak mau ngrepotin dia buat nganter jemput aku."
Lagi, Bara hanya mengangguk. Dalam hati, ia sangat salut dengan Rea yang mandiri. Bukan hanya itu saja, dari segi sikap Rea juga dewasa.
Makanan pun datang, Rea kembali dibuat sumringah karena Bara memesankan menu yang ia sukai, ikan bakar madu dan pastinya ada nasi disana.
"Duh, ini sih kesukaan aku banget, Mas."
"Berarti aku pinter dong, pilih menu!" ucap Bara dengan bangga.
"Dih, iyain deh biar seneng."
***
"Mas, kamu marah?" tanya Najira sambil memeluk Revan dari belakang, lantaran sedari tadi hanya ada asap rokok yang mengepul di ruangan, bukan sentuhan atau ajakan main seperti yang Najira harapkan.
"Aku sedang gak mood." Revan kembali mengesap rokoknya.
"Gimana sih, aku dah meluangkan waktu buat ketemu kamu loh," ucap Najira cemberut, Revan menggerus kasar sisa rokoknya yang hampir habis ke dalam asbak, lalu berdecak malas.
"Bukankah hubungan kita hanya sebatas simbiosis mutualisme? Kenapa harus merengek? aku sedang tidak mood melakukannya, paham kan!"
Deg!
Najira terdiam, kenapa rasanya sakit sekali saat Revan menekankan kata itu? padahal kata itu berawal dari dirinya.
"Baik, nikmati hidupmu. Aku akan pulang!" Najira beranjak dan mengambil tasnya lalu keluar dari apartemen milik Revan. Dalam hati ia berharap Revan akan mengejarnya. Namun, perasaannya mendadak gusar saat tak melihat Revan keluar mengejarnya.
Sial sekali.
Najira pulang ke rumah dengan kesal.
"Selamat datang Bu Najira." Pak Jovi menyapa, setelah membukakan pintu gerbang.
"Mas Bara ada kesini kah Pak selama saya pergi?" tanya Najira, bisa saja kan saat ia berada di rumah mertuanya. Bara datang kesini, mengambil sesuatu misalnya.
"Tidak ada, Bu. Menurut yang saya tahu, Pak Bara sedang berlibur."
"Berlibur? bukannya dia ke Bandung?" tanya Najira.
Pak Jovi menggaruk kepalanya, ia tidak tahu pasti bossnya ada dimana. "Tama bilang, Pak Bara berlibur ke pulau seribu, Bu."
Deg!
"Baik, Pak Jovi makasih infonya." Najira melenggang masuk.
Najira menghempas tubuhnya ke atas ranjang, andai ia tak memancing kemarahan Revan mungkin ia akan mengajak laki-laki itu menyusul Bara ke pulau seribu. Kini, ia semakin gusar dan resah.
"Mas Bara tidak mungkin berlibur sendiri, aku tahu tabiatnya. Atau jangan-jangan sebenarnya dia juga punya simpanan?" Najira mengatupkan bibir, bukankah jika benar peluangnya menjadi janda semakin besar? Dan Najira tak mau hal itu sampai terjadi, benar-benar tak mau.
Revan dilanda khawatir, pasalnya ponsel Rea tak bisa dihubungi. Kanaya, teman Rea menghubunginya karena sesuatu.
Sebuah pertanyaan yang membuat Revan sangat tercengang, karena Kanaya menanyakan perihal izin cuti Rea yang mendadak selama seminggu.
"Rea nggak mungkin pulang ke Bandung tanpa memberitahuku harusnya, tapi kemana dia?" batin Revan, yang langsung keluar apartemen dan pergi menuju kos-kosan Rea.
Sampai disana, Revan berjalan tergesa menuju kamar kos Rea dan mengetuknya berulang-ulang.
"Rea, Re..." Panggil Revan.
Hening, tak ada sautan.
"Rea kamu di dalam kah, Dek?" Revan tak menyerah, karena adiknya itu memiliki kebiasaan mengurung diri seharian di dalam kos.
"Mas Revan." Amy terkejut mendapati kakak Rea datang.
"My, Rea kemana? tidurkah dia susah banget buka pintunya, kebiasaan!"
"Ehm itu, Mas. Sebenarnya..." Amy menunduk, memainkan jari-jarinya, haruskah ia mengatakan apa yang terjadi pada Revan.
"Rea pergi sama laki-laki kamar sebelahnya."
"Hah? kok bisa, kemana?" Revan semakin khawatir, apalagi mendengar kata laki-laki. Tidak biasanya Rea pergi bersama sembarang orang.
"Duduk, Mas. Jadi begini, pas hari itu Pacarnya Rea datang malem-malem, dan nggak tau apa yang terjadi intinya Rea hampir diperkosa. Beruntung, laki-laki kamar sebelah menolongnya dan membawa Rea pergi. Amy juga gak tau kemana, tapi yang pasti sejak kejadian itu pacar Rea terus datang sambil teriak-teriak."
Revan mengepalkan tangannya.
"Oke Amy, makasih infonya." Revan pamit.
"Sama-sama Mas, insyaallah Rea aman kok."
Meski begitu, Revan tetap khawatir terlebih ponsel Rea tak bisa dihubungi. Ia akan mencari Rea hari ini juga. Revan pun memutuskan mencari Danis lebih dulu.
"Danis, dasar breng sek. Berani melukai Rea-ku!"
.
.
.
Yey, kalian benar! Rea adiknya Revan😂🥳
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
vj'z tri
🤨🤨🤨 rea adiknya Revan 🫣🫣🫣🫣
2024-12-26
0
Elisanoor
Astags, dasar Novel 🤣
2023-12-05
0
☠ᵏᵋᶜᶟ 𝕸y💞Sarinande⒋ⷨ͢⚤
wow ternyata Rea adik dari Revan selingkuhan Najira... kejutan apa lg ini... kereeen 👏👏
2023-03-07
1