Walau dimana berada, ingatku dalam doamu.
Bara~
***
Sudah beberapa hari berlalu sejak berpisah dengan Rea, Bara tinggal di rumah orang tuanya. Sementara sidang perceraian digelar hari ini, Rosa menutup bibir rapat tanpa komentar setelah semalam Aron menjelaskan kepadanya perihal alasan Bara dan Najira kekeh bercerai. Rosa awalnya tak percaya, menantu kesayangannya memilih laki-laki lain dibanding putranya. Meski begitu, ia tak ingin memaksa Najira untuk tetap berada di samping Bara tanpa rasa cinta.
Bara tampak tegang, sementara Najira terlihat biasa saja. Saat sidang usai dan mereka resmi bercerai, tak nampak sedikitpun kesedihan terlihat. Najira baik-baik saja bahkan raut wajahnya penuh kelegaan.
"Na..." Bara menoleh ke arah Najira.
"Iya, Mas."
"Semoga bahagia." Bara hampir sampai pada titik menjatuhkan hati sejatuh-jatuhnya sebelum dirinya melihat secara langsung perselingkuhan Najira. Ia sempat menggantungkan akhir hidupnya untuk bahagia sama-sama sampai tua. Namun, semua harus sirna seketika dan hal itu membuat Bara benar-benar trauma.
"Kamu juga, aku yakin kamu lebih bahagia setelah ini," ucap Najira memaksakan senyum dengan mata berkaca-kaca. Awalnya ia sempat berfikir untuk egois, memaksa di sisi Bara dengan cara apapun, bahkan cara licik sekalipun, akan tetapi akhir-akhir ini hatinya justru dibuat gelisah karena Revan yang kehilangan Rea. Hal itu semakin meyakinkan Najira untuk mengambil keputusan. Mungkin, memang sedari awal ia hanya ingin Revan bukan Bara.
Rosa memeluk Bara dengan tangis, setelah Najira pergi.
"Kamu baik-baik aja kan, Nak?" tanya Rosa, seorang ibu akan menjadi sangat peka ketika anaknya sakit.
"Baik, Bara gak apa-apa."
"Kita jadikan perceraian Bara pelajaran, Ma. Setelah ini, biarkan dia menentukan hidupnya sendiri." tegas Aron.
"Maafkan Mama ya, Bara. Mama yang maksa kamu menikahi Najira." aku Rosa.
Sebenarnya foto-foto hasil cetak perselingkuhan Najira sudah tak ia bawa, semua orang kepercayaannya yang mengatur. Hanya saja, sore itu tanpa sengaja Rosa melihat pesan masuk yang mengirimkan foto bukti perselingkuhan Najira via Wa, dan mau tak mau ia harus menjelaskan secara detail apa yang terjadi pada rumah tangga Bara pada Rosa.
"Mama masih tak menyangka, Najira setega itu." Rosa meratap, meski Aron dan Bara terlihat biasa saja.
"Makan dulu, Ma. Najira udah menentukan pilihannya, toh Bara juga sudah punya kekasih lagi." bujuk Aron, saat ini mereka tengah mampir ke sebuah restoran yang menyajikan makanan khas jepang kesukaan Rosa.
"Apa itu benar, Bara?" tanya Rosa kembali sumringah.
Bara tak menggubris, ia sibuk menscroll layar ponselnya sambil berfikir bagaimana cara menemukan Rea, apakah dia baik-baik saja saat ini? pikiran Bara dipenuhi Rea, senyumnya, semangatnya, lembutnya, celotehnya yang sangat menggemaskan bagi Bara.
"Makan, Ra." titah Aron.
"Iya Rea, aku juga pakai nasi." sahut Bara tiba-tiba, lalu mendekus saat sadar, ia tak besama Rea saat ini melainkan bersama Mama dan Papanya.
"Kamu mikirin apa sih, Ra? sampai gak konsen? cepat makan, keburu dingin." Aron berujar akan tetapi dengan tatapan mata mengintimidasi.
"Rea siapa, Ra?" tanya Rosa.
"Itu Ma, temen kerja iya temen kerja di kantor, iya kan Pa?" Bara melirik Aron, seolah meminta Papanya itu mengiyakan keinginannya.
"Iya, Ma. Rea itu pacar Bara di kantor." santai Aron, dan kini Bara yang dibuat terkejut oleh Papanya.
"Benar itu Bara? jangan sembarangan cari pacar. Bibit, bebet, bobotnya harus seimbang," ujar Rosa.
"Mama juga, jangan memandang sesuatu dari tiga sudut pandang itu, lihat menantu kesayangan mama itu, bibit bebet bobotnya sesuai tapi kelakuan..." Aron menjeda ucapannya.
"Ya, itukan kebetulan."
"Stop, aku udah kenyang." Bara bangkit, ia malas mendengarkan perdebatan kedua orang tuanya yang tak akan berujung itu jika membahas soal status. Jika Aron, papanya tak pernah mempermasalahkan perihal status, berbeda dengan Rosa yang selalu memandang bibit, bebet, bobot dan itu terasa menyebalkan di telinga Bara.
"Ra, pulang ke rumah." teriak Aron.
***
"Mas, Rea boleh izin pulang?" tanya Rea saat Revan selesai mandi, lagi pula apartemen kakaknya ini terlalu sempit jika ditinggali berdua dengannya, lebih cocok bila ditinggali oleh sepasang kekasih, bukan kakak adik seperti dia dan Revan.
"Yakin pulang? Kalau Danis ngapa-ngapain kamu gimana? Bara gak akan ada disana karena aku dengar dari Najira mereka sedang mengurus perceraian." Tanpa Revan sadari, ia sudah mengklaim Bara sebagai pelindung Rea.
"Ada Amy dan yang lain. Mas tenang aja, aku gak akan bukain pintu buat Danis," ujar Rea meyakinkan.
"Benar?" tanya Revan ragu-ragu, Rea pun mengangguk.
"Maafin aku, Mas. Tapi aku ingin bertemu Mas Bara, dan untuk itu aku harus keluar dari sini lebih dulu." batin Rea.
"Oke kalau begitu, Mas antar."
Rea mengangguk, ia menyodorkan kedua tangan.
"Sama uang jajan," ucap Rea, agar Revan lebih yakin jikalau dia akan pulang ke kos-kosan.
Revan mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang merah. Mata Rea langsung berbinar, "Makasih Mas Re, kalau aku udah sukses nanti gantian."
Begitulah Rea, ia terlalu banyak merepotkan kakaknya, padahal Revan harus bekerja lebih keras lagi untuk kuliahnya.
Awalnya orang tua Rea tak ingin anak gadisnya kuliah. Mereka berfikir, Rea adalah perempuan yang pada akhirnya akan menikah dan mengabdikan diri kepada suami.
Namun, Revan bersikukuh menguliahkan Rea agar kelak adik cantiknya bernasib lebih baik sebagai seorang perempuan.
"Jaga diri baik-baik Rea, dan ini ponsel untukmu sesuai yang Mas janjikan." Revan menyodorkan sebuah ponsel untuk Rea. Dan lagi, Rea berbinar lantaran ponsel itu seharga lebih dari lima juta.
"Ini serius, Mas?" tanya Rea.
Revan mengangguk.
"Itu sudah aktif dan ada nomor Mas disana."
"Hah, jadi aku harus ganti nomor lagi?" tanya Rea yang diangguki kepala oleh Revan.
Meski begitu, Rea tetap senang karena dengan adanya ponsel berharap ia bisa tetap menghubungi Bara atau sebaliknya.
Revan pamit, setelah mobilnya hilang dari pandangan, Rea segera memesan ojek online untuk mengantarkannya ke apartemen Bara.
"Semoga Mas Baranya ada," gumam Rea setelah sampai di gedung apartemen menjulang tinggi. Rea segera masuk dan naik ke lantai dimana apartemen Bara berada. Ia langsung menekan sandi, beruntung pintu terbuka otomatis dan Rea masuk ke dalamnya.
"Mas Bara," gumamnya menatap sekeliling, tak ada tanda-tanda kehidupan disana dan Rea sedih, ia merasa kehilangan Bara karena tak tahu bagaimana kabarnya sekarang.
Rea bahkan menunggu Bara semalaman di apartemen, tak ada tanda kehidupan disana artinya Bara memang tidak pulang ke apartemen itu.
"Biar begini, Mas! Semalam saja." Gumam Rea merebahkan diri di ranjang king size apartemen Bara, dalam benaknya benar-benar gelisah apakah ia dan Bara ditakdirkan untuk tidak bertemu lagi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Abdul Fatah
mungkin penulis ny pendukung perselingkuhan,
2023-07-31
0
botak
dasar mamak rempong cuca cucu cuca cucu bebet bobot setaraa dll pilihanmu ajaa g jauh dri seekor jalang cih,kau sajaamak Sono bkin bayi tabung dikebonmu sndri sono klo mau anak
2022-10-07
0
kala rindu menggoda eakkkkk
2022-09-29
0