Rea semakin bingung saat Bara membawanya masuk ke sebuah gerai pakaian. Gaun-gaun mahal terpampang disana. Namun, hal itu justru sama sekali tak menarik perhatian Rea. Ia bingung, gaun seperti apa yang cocok untuknya menemani Bara besok?
"Aku bingung, Mas."
"Coba yang ini, sama ini." pinta Bara.
Rea menelan salivanya susah payah, gaun yang dipilih Bara bukan hanya membuatnya terlihat berkelas tapi juga seksi. Masalahnya, apa Rea sanggup memamerkan punggungnya terekpos orang lain?
"Mas Bara terlalu baik, akan sangat mengecewakan kalau aku menolak pilihannya." batin Rea, ia meraih gaun pilihan Bara dan membawanya ke ruang ganti untuk dicoba.
"Bagaimana, Mas? apa ini bagus?" tanya Rea.
Bara mendekat, ia memperhatikan Rea dengan seksama. Sejurus kemudian menggeleng.
"Bagus, tapi hanya boleh dipakai di depanku."
"Hah?"
Rea terkesiap, Bara kembali menyodorkan sebuah gaun dan kali ini sesuai dengan pilihannya.
"Aku coba dulu, Mas."
Rea kemudian keluar dengan gaun pilihan terakhir Bara, tak terlalu terbuka dan elegan.
"Ini bagus, Rea. Kita ambil semuanya." ajak Bara.
"Mas, ini kebanyakan! Kalau uang Mas Bara habis gimana?"
"Gak akan habis Rea." Bara terkekeh, ia meraih tangan Rea dan menggandengnya keluar toko.
"Rea."
Rea menoleh ke arah ke arah suara, lalu terkejut saat melihat Danis ada disana bersama seorang perempuan paruh baya.
"Danis..." gumam Rea, Bara ikut menoleh, seketika mengepalkan tangannya.
"Hai, kamu Bara kan anaknya Rosa?" tanya wanita paruh baya yang datang bersama Danis.
"Mama kenal?" tanya Danis dengan dahi mengernyit.
"Kenal lah, kamu ini gimana sih. Tante Rosa yang sering main ke rumah masa nggak inget." bisik Mely, ibunya Danis.
"Ma, cewek yang disamping Om-om itu pacar Danis," ucap Danis membuat Mely terkejut untuk kemudian tiba-tiba tersenyum.
"Mas Bara, nggak apa-apa. Biar Rea aku nanti yang ngomong sama Danis," ucap Rea seolah tau kegelisahan Bara.
"Apa dia khawatir Danis akan macam-macam?" batin Rea yang melihat Bara mengepal dengan sorot mata tajam.
"Ayo kita sapa mereka," ajak Mely menarik Danis.
"Astaga kamu beneran Bara, tante sampai pangling karena terakhir melihatmu pas acara arisan beberapa bulan yang lalu, dan ini..." Mely melirik ke arah Rea yang terdiam dengan jemari tertaut di tangan Bara.
"Tante nggak nyangka pacar Danis secantik ini." Mely meraih tangan Rea, saat itu juga wajah Bara memanas.
Danis menyeringai, menatap Bara penuh kemenangan.
"Maaf, kami harus pergi Tante." Bara berujar dengan sopan seraya menarik Rea.
"Rea, kamu kok pergi gitu aja. Katanya pengen ketemu mamaku," ucap Danis.
Bara menoleh, menatap tak suka Danis.
"Eh..." Rea tertegun, ia memang pernah mengatakan hal itu kepada Danis, tapi itu dulu. Sebelum laki-laki itu memiliki niat buruk padanya.
"A-aku..."
"Danis, jangan gitu. Dia pasti gugup, tak masalah bagi Mama karena yang terpenting sekarang Mama sudah tau siapa pacar kamu."
"Maaf tante, kami harus pergi. Dan tolong bilang sama anak tante, jangan mengada-ngada karena Rea calon istriku, bukan pacarnya." tegas Bara dengan raut wajah kesal, ia menggandeng Rea kembali dan pergi dari hadapan Mely dan Danis.
"Rea, jadi karena itu alasanmu menolakku hah? Dasar murahan. Selain menggoda, hal apa yang membuat om-om itu tertarik padamu?"
"Danis!" Mely tak percaya anaknya berani menyinggung Bara.
"Sudahlah, Ma. Dia memang pantas dikatai karena berlagak sok suci gak taunya jadi simpanan om-om," desis Danis.
Bara langsung mendekat dan mencengkram Danis dengan wajah memanas.
"Jaga ucapanmu, atau kupatahkan tanganmu saat ini juga. Rea calon istriku, ingat baik-baik dalam otak kotormu yang hanya terobsesi itu, Rea calon istriku bukan simpanan, paham!"
Danis menghempas tangan Bara.
"Tidak perduli siapa dia, karena di mataku sekali murahan tetaplah murahan."
Bugh!
Bara meninju rahang Danis karena kesal.
"Mas udah." pinta Rea, saat melihat Bara begitu tersulut emosi.
"Danis jaga ucapanmu!" bentak Mely, membuat Danis terkejut.
"Rea?" Bara menghampiri Rea yang menunduk, ia pasti sedih mendengar penghinaan Danis padanya. Bara menariknya ke dalam pelukan agar lebih tenang.
"Aku nggak nyangka Danis setega itu sama aku, salahku apa? seingatku, kami tak pernah ada masalah selain kejadian di kos waktu itu? bukankah makin kesini, ia semakin menunjukkan ketidak pantasannya untukku Mas?" Rea sedih, ia tak menyangka Danis akan mencercanya murahan seperti itu.
"Tenang ya. Kamu sama sekali tak seperti yang laki bodoh itu ucapkan. Bagiku, kamu lebih berharga dari apapun jadi jangan memikirkan hal yang membuatmu sakit. Rea, dia sama sekali tak pantas untukmu," ucap Bara.
Di sisi lain, Mely kecewa akan sikap anaknya yang menyinggung Bara.
Mely tahu bagaimana kekuasaan orang tua Bara, jadi menurutnya mau serumit apapun masalah mereka, Danis tak sepantasnya menyinggung karena masa depan perusahaan mereka bisa terancam sewaktu-waktu.
"Mama kecewa sama kamu, Dans."
"Ma, dia merebut pacarku Ma, pacarku!" teriak Danis. Mely menatap putranya lekat-lekat, bukan perkara pacar atau bukan bagi Mely. Namun, kata murahan yang tersemat membuatnya sangat kecewa kali ini terlebih berhasil memancing amarah putra tunggal Aron dan Rosa.
"Mama kecewa, Dans! Mama tidak pernah mengajarimu mengatai perempuan murahan, baik buruknya dia itu miliknya, kamu sama sekali tak berhak sekalipun dia pacarmu. Dans, pernahkah kamu berfikir jika yang diposisi gadis itu adalah adikmu? pikirkan."
"Tapi dia beneran pacarku, Ma." suara Danis melemah.
"Pacar? Lantas kesalahan apa yang membuat dia meninggalkanmu, kamu sendiri yang tahu jawabannya." Mely yang kesal meninggalkan Danis begitu saja.
Danis mengepalkan tangannya, ia sangat kesal.
"Bukankah yang aku minta masih di batas sewajarnya orang pacaran? Rea saja yang berlagak sok suci! Aku yakin, Om-om itu pasti sudah menidurinya."
***
Bara menghempas tubuhnya di kursi mobil, ia kesal dengan kelakuan laki-laki macam Danis. Apa dia pikir setelah mengatai Rea murahan, Bara akan diam saja? tunggu saja nanti.
Meski kesal, marah, akan tetapi keberadaan Rea di sisinya mampu mengontrol emosinya. Bara menjadi lebih tenang ketika menghadapi masalah, meski entah bagi Rea sendiri.
Mereka sempat mampir makan sebelum akhirnya kembali ke apartemen.
***
Pagi hari sebelum perjalanan menuju Bandung. Bara dikejutkan keberadaan Tama di depan apartemennya.
"Kau ikut?" tanya Bara dengan kening mengkerut.
"Pastilah, karena kata Pak Aron, aku harus mengawasi kalian." Tama tersenyum bangga, sementara Bara berdecak malas.
"Rea..." panggil Bara ketika ia dan Tama sudah siap menunggu di sofa.
"Siap, Mas." Rea keluar, dia tampak cantik dengan sedikit polesan hingga berhasil membuat Bara tak berkedip.
"Ayo," ajak Bara mengulurkan tangan.
Rea tersenyum dan meraih tangan itu tanpa ragu.
"Ehm." Tama berdehem, tanpa melihat mereka.
Namun, bukan Bara jika tidak bisa acuh. Bara dan Rea cukup menganggap bahwa dunia ini milik mereka dan Tama adalah makhluk tak kasat mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Andariya 💖
so sweet banget bara dan rea🥰
2023-03-03
0
Novianti Ratnasari
aku takut klw mmh nya Bara ga restui hubungan Bara am Rea. gmn klw mmh Bara terhasut am omongan Danis
2022-09-07
0
intan 💍💞😘 OFF 👋
aq nampak kok mas Tama, sini sayang 😘😘
2022-07-01
0