Gallabo Caffe, Najira sedang menunggu Revan setelah mengabaikannya dua hari ini. Pagi tadi, Najira mengatakan akan menyusul Bara pada Rosa mertuanya, ia berniat menghabiskan waktu menemani Revan di apartemennya. Terlebih, Ia mencium kecurigaan Papa Aron tentang perselingkuhannya, Najira berusaha merefres otak untuk rencana berikutnya.
"Honey," panggil Revan saat melihat tubuh Najira terpaku di salah satu sudut Caffe.
"Mas, aku kira kamu bakalan marah." Najira menyambut Revan dengan senyuman.
Cup.
Kecupan singkat Revan daratkan di kening Najira dan langsung duduk di hadapannya dengan ekspresi sulit diartikan.
"Sejak hari itu, aku khawatir. Khawatir Bara akan menyakitimu," ucap Revan.
"Aku juga khawatir Mas Bara akan mukul kamu, tapi ternyata enggak dan dia malah maafin aku, maaf ya sayang. Tapi, aku nggak ada kabar karena Mas Bara mengajakku menginap di rumah orang tuanya." Bohong Najira.
"Dia maafin kamu?" tanya Revan tak percaya.
"Sebodoh itukah Bara memaafkan Najira setelah melihatnya berada di bawah kungkunganku?" batin Revan tak senang.
"Kamu kok cemberut?" tanya Najira.
Revan mengusap wajahnya kasar, "Gak papa, hanya kepikiran adikku." Revan memaksakan senyum, sementara Najira mengerutkan kening.
Di Kantor Alnav Group, Aron tengah menghubungi orang kepercayaannya.
"Awasi terus pergerakannya, saya mau foto yang bisa menunjukan bahwa mereka benar-benar ada hubungan, pantau terus interaksinya!" Titah Aron disabungan telepon.
"Baik Tuan, saya akan mengirim ke email anda setelahnya."
"Bagus, saya tunggu hasilnya."
Tut!
Telepon terputus, Aron segera duduk dan mengecek emailnya.
Orang kepercayaannya bukan hanya mengirim foto-foto, tapi juga informasi terkait tentang laki-laki yang menjadi selingkuhan Najira. Tiba-tiba ia memijat pelipisnya sambil berdecak.
Kembali menghubungi orang kepercayaannya.
"Kamu cetak foto Najira sebanyak-banyaknya, itu akan menjadi kado ulang tahun terbaik untuknya."
"Baik, Tuan."
"Berani menyakiti anakku, kamu harus menanggung konsekwensinya Najira." batin Aron.
***
Najira keluar caffe bergelanyut manja di lengan kekar Revan, laki-laki itu bahkan rela meninggalkan pekerjaannya demi menikmati waktu bersama Najira di apartemen.
"Aku kangen tau, Mas."
"Aku juga Honey," ucap Revan seraya menyibak anak rambut yang menutupi wajah Najira dengan tak sabar begitu sampai di apartemen.
"Kamu tahu kan sayang, Mas Bara itu kaku, dia nggak pernah semanis kamu!"
"Kalau begitu, bercerailah dengannya lalu menikah denganku." pinta Revan, Najira menggeleng.
"Kenapa, apa karena dia kaya?"
Najira menghela napas, "apa seperti itu penilaianmu terhadapku? aku bukan wanita gila harta, semua berawal dari almarhum kedua orang tuaku dan Tante Rosa, mereka bersahabat hingga suatu ketika membuat perjanjian akan menikahkan anak-anaknya. Seumur hidup aku selalu membuat kedua orang tuaku kesusahan hingga napas terakhir, pesannya hanya satu 'agar aku tetap berada di sisi Bara apapun yang terjadi ' begitu."
"Tapi jika seperti ini, bukankah terkesan egois. Kamu bisa mendapatkan kebahagiaanmu yang sebenarnya dan Bara juga, lagian aku tidak yakin kalau Bara benar-benar memaafkanmu." Revan tampak kecewa dengan keputusan Najira.
"Hm, aku tidak pernah memaksamu berada di posisi ini? Kamu yang datang, hubungan kita hanya sebatas simbiosis mutualisme kan?"
Revan terdiam, ia memilih beranjak meninggalkan Najira yang duduk di ranjang. Revan membuka kemejanya dengan kasar, ia menyalakan rokoknya, menghisap dalam-dalam sambil sesekali menghela napas berat.
'Aku tidak pernah memaksamu berada di posisi ini? Kamu yang datang, hubungan kita hanya sebatas simbiosis mutualisme kan?'
Ucapan Najira semakin dipikirkan semakin membuatnya sakit.
***
Rea masih membeku saat Bara mengajaknya ke suatu tempat. Sepanjang perjalanan ia tak banyak bicara, bahkan cenderung diam.
Rangkaian tanda tanya berputar di kepala dan Bara hanya menjawab ketidak mengertiannya dengan anggukan kepala, apa dia pikir Rea bisa menebak pikirannya? Menyebalkan memang.
"Kita mau kemana sih, Mas?" tanyanya kesekian kali, saat mereka sudah sampai di pelabuhan.
"Ke pulau seribu." santai Bara, Rea membulatkan mata tak percaya.
"Hah?"
"Atasanku memberikan dua tiket gratis berlibur di pulau seribu, karena istriku sibuk jadi aku mengajakmu."
Rea tertegun, jadi dia hanya menggantikan?
Kenapa mendadak Rea kesal, kenapa mendadak dia tak ingin mendengar apapun tentang istri Bara?
Bara yang melihat Rea diam pun terkekeh, "aku gak sebodoh itu Rea, kamu bilang aku gak boleh maafin dia." Bara berujar seraya mengacak rambut Rea. Kini mereka harus naik kapal menuju salah satu tempat privat di pulau seribu.
"Aku juga tidak bermaksud apa-apa."
"Tapi wajah kamu mengatakan kalau lagi kesal." Bara terkekeh. Namun, Rea memilih memalingkan wajah menatap lautan.
Di sisi Bara, Rea bisa menemukan ketenangan, apa karena Bara pria dewasa? tak seperti Danis yang selain kekanakan dia juga sangat egois.
"Re, boleh aku memelukmu?"
"Jangan gila, ini di tempat umum, Mas."
Bara terkekeh, senang sekali ia menggoda Rea. Gadis itu tak akan bisa menutupi kegugupannya, terlihat jelas di rona merah yang tercetak di pipi.
"Berarti nanti boleh." tawar Bara.
"Nggak boleh, kita nggak ada status apapun. Lagi pula kamu masih suami orang," ujar Rea menekankan kata 'suami orang' kepada Bara.
"Hahah, baiklah. Kamu mau menungguku?"
"Menunggu apa? jangan aneh-aneh."
"Menungguku bercerai," ucap Bara.
"Nggak kamunya aja masih trauma."
"Hm..." Bara hanya berdehem, tak mengelak apapun, karena saat ini untuk membangun lagi sebuah hubungan, ia harus berfikir puluhan kali.
"Oh ya Mas, kamu pernah pacaran berapa kali?" tanya Rea.
"Sekali, dua tahun kami menjalin hubungan." jawab Bara.
"Jujur apa bohong nih jawabannya?"
"Jujurlah, kami putus karena aku harus menikahi Najira."
Mendengar jawaban Bara membuat Rea seketika menemukan ide. Ide tentang bagaimana membuka pola pikir Bara, bahwa tidak semua pernikahan akan berakhir saling menyakiti.
"Kasian sekali mantanmu, dia pasti sakit hati banget." Rea merubah ekspresi wajahnya menjadi sedih. Kapal sudah menepi dan mereka justru larut dalam obrolan.
"Itu kan masalalu Rea, ayo kita turun." Bara mengulurkan tangannya, untuk menggandeng Rea.
Rea hanya mau tak mau menyambutnya, terlebih saat Bara mengajaknya ke sebuah resort yang tak terlalu besar tapi terlihat mewah.
"Kita tinggal disini?" tanya Rea membulatkan mata.
"Hya kita satu kamar eh..." Bara menggantung ucapannya.
"Pa... Ehm, atasanku hanya memesan satu kamar, karena setahunya aku sudah beristri." Bara menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Baiklah, aku bisa tidur di sofa nanti." Rea cemberut.
"Sekarang kita istirahat." Bara membuka pintu kamar, kamar yang menghadap laut langsung itu benar-benar membuat Rea takjub. Tak sia-sia Bara membujuknya untuk mengambil cuti sebelum berangkat tadi.
"Ayo kita lanjutkan," ajak Rea yang menarik Bara untuk bersantai di balkon.
"Melanjutkan apa? Aku lelah Rea, kamu tau tadi pagi pacarmu itu hampir menghajarku, dia bawa dua orang."
"Kamu bilang apa?" tanya Rea.
"Aku bilang kalau kamu kembali ke keluargamu."
"Hah, bagaimana kalau Danis mencariku ke apartemen kakakku?" Wajah Rea berubah panik.
"Apa itu mungkin?" tanya Bara.
Rea mengangguk, "Sangat mungkin."
"Pasti setelah ini, kakakku akan mengomel panjang lebar jika tau aku pergi sama kamu, dia memiliki tempramen buruk. Selain itu, dia juga buta dan bodoh."
Bara terbahak.
"Kamu sedang menjelek-jelekkan kakakmu sendiri?"
"Hey, itu kenyataan tau Mas. Kapan-kapan aku ceritain masalahnya, oh ya tentang mantan kamu itu bagaimana? Apa dia sudah menikah."
Bara mengangguk.
"Nah itu dia sudah menikah," ucap Rea menepuk lembut bahu Bara.
"Tidak semua hal akan selalu berakhir menyakitkan, seperti halnya mantan kamu. Mungkin, dia pernah merasakan kecewa terlalu dalam, tapi dibalik itu dia juga berusaha keras menata hati."
Hya, hanya saja yang buat aku nyesek itu kenapa istriku harus berkhianat kalau pada awalnya mau sama-sama memulai hubungan. Soal mantanku, setidaknya aku memutuskannya lebih dulu sebelum menikah dengan Najira."
"Sama saja." cibir Rea.
"Beda lah Rea."
"Samalah, kamu belum ngerasain aja sakitnya ditinggal nikah apalagi pas sayang-sayangnya."
Deg!
Bara menatap Rea lekat, bahkan gadis di depannya saat ini jauh lebih dewasa dibandingkan dengan Najira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Tiyara Dwii Febrianisa
jangan2 rea adeknya revan
2024-01-28
1
☠ᵏᵋᶜᶟ 𝕸y💞Sarinande⒋ⷨ͢⚤
yes salut ma pa Aron... kereeen 👏👏
2023-03-07
1
Andariya 💖
Rea kamu dewasa banget 😀🤭
2023-03-03
0