"Revan, kamu dimana sih dari tadi nggak bisa dihubungi? kesel aku!" Najira marah-marah saat puluhan kali menelpon Revan, dan baru mendapat respon. Tak ingin menyia-nyiakan, ia pun langsung mengomel panjang lebar.
"Dimana pun, aku lagi ada urusan. Berhentilah menelponku," ucap Revan dingin.
" Mas Revan aku minta maaf, aku nggak bermaksud marah-marah sama kamu, atau bersikap gimanapun, oke? Sekarang kamu dimana?" Suara Najira melembut.
"Baiklah, Honey. Tapi aku beneran lagi repot, adikku hilang." Suara Revan terdengar lirih dan frustasi.
Najira mengatupkan mulutnya, "kamu dimana? aku temani kamu cari Rea ya?"
"Iya, aku di jalan menuju kos-kosan Rea, aku balik lagi kesana karena butuh informasi siapa laki-laki yang membawa Rea pergi."
"Oke, aku naik taksi kesana. Kita bertemu disana."
Najira memang sedikit tahu cerita tentang Rea, adik Revan yang sangat mandiri dan kekeh tak mau merepotkan kakaknya, dari situ dia merasa sangat salut. Sayang sekali, mereka belum pernah bertemu. Andaikan bisa bertemu, Najira berharap bisa berteman baik dengannya.
Revan menghela napas kasar, ia sudah berusaha mencari Rea kemanapun, akan tetapi hasilnya nihil. Revan bahkan sudah menemui Danis dan menghajarnya, tapi jawaban Danis membuat ia semakin terkejut dan frustasi.
Flash back on,
"Dans, keluar kamu!" teriak Revan sambil mengetuk pintu dengan keras.
"Mas Revan, kenapa teriak? telingaku gak sedang budek." Santai Danis.
Bugh!
"Berani kamu masih bersikap santai sama aku?" hardik Revan.
"Kenapa tidak? aku merasa tidak melakukan kesalahan."
Deg!
Danis melongok ke belakang Revan, barangkali Rea ikut dan mengadukan semua yang ia lakukan kepada kakaknya.
"Mana Rea, Mas?" tanya Danis tak sabar.
Bugh!
Lagi-lagi Revan memukul rahang danis.
"Dimana Rea kamu bilang? Kamu apakan adikku, hah?"
"Aku, aku hanya memaksanya untuk makan Mas, tidak lebih. Tapi Rea malah kabur dengan tetangga kosnya yang menyebalkan itu."
"Siapa? Siapa namanya?"
"Entah, dia sepertinya seumuran Mas Revan." Danis pura-pura sedih, "maaf Mas, aku gak bisa jaga Rea."
Arghhhh! Revan menjambak rambutnya frustasi.
Flash back off.
Revan kini berada di ujung jalan arah kosan Rea, ia sedang menunggu Najira karena di panggilan tadi wanita itu hendak menyusulnya mencari Rea.
"Mas..." Panggil Najira begitu turun dari taksi dan langsung berjalan menghampiri Revan yang termangu menatapnya. Revan tak percaya wanita yang berstatus istri orang itu rela datang untuk menemaninya mencari Rea. Jika dipikir hubungan mereka hanya sebatas simbiosis mutualisme, nggak seharusnya Najira datang! Nggak seharusnya Najira bersikap yang pada akhirnya membuat Revan kembali berharap.
"Hai, Honey." Revan tersenyum.
"Kita tanya pemilik kosnya dulu, Mas. Dia pasti tahu data siapa laki-laki yang kos di sebelah kamar Rea."
"Ah, kenapa aku tak kepikiran kesana." Revan mengulas senyum, ia meminta Najira masuk ke dalam mobilnya.
Tak berselang lama mereka sampai di kos-kosan Rea.
Revan bertanya pada Amy, setelah mendapat infonya mereka berdua menyambangi langsung Ibu pemilik kos.
"Maaf, ada perlu apa ya, Mas?" tanya Ibu kos.
"Begini, Bu. Ada anak kos bernama Alrea Anandita. Dia adalah adik saya, dia menghilang bersama laki-laki yang menyewa kamar di sebelahnya." Terang Revan.
"Hm, kamar sebelah ya?" tanya Ibu kos kembali memastikan, Revan mengangguk.
"Apa boleh tahu siapa nama penghuninya beserta nomor ponsel?" tanya Najira kemudian.
"Ah iya, Bu. Saya butuh nama dan nomor ponselnya laki-laki itu," ungkap Revan.
"Ada dua laki-laki. Namanya Devan dan Bara." jawab Ibu kos.
Sontak Najira dan Revan saling pandang, Bara? tapi itu hal yang sangat tidak mungkin.
"Hanya kebetulan sama," bisik Najira menenangkan, ia tahu apa yang ada di fikiran Revan saat ini.
"Dua, ya? boleh tau mereka kerja apa, Bu?" tanya Revan, mendadak wajahnya muram saat mendengar nama Bara, hatinya bergemuruh.
"Oh, kalau Bara saya nggak tau. Kalau Devan, kerja di Supermarket."
"Masa tidak ada info atau apa seputar siapa Bara itu?" Najira ikut menyanggah.
"Saya nggak tau, karena laki-laki bernama Bara itu sudah menyewa dua bulan ke depan. Dan saya juga bukan tipe orang yang terlalu mempermasalahkan data jadi selagi mereka tau batasan saya rasa tak masalah." terang Ibu kos.
"Terima kasih infonya, Bu. Kami permisi!" pamit Revan dan Najira.
***
Di tepi pantai, Rea dan Bara sedang menikmati hari pertama liburannya. Rea sangat antusias terlebih ini pertama kalinya ia mengunjungi pulau seribu.
"Kau senang, Re?" tanya Bara saat melihat Rea justru asik bermain air di tepi.
"Hah, tentu saja Mas. Ini masih berasa mimpi, aku bisa menikmati liburan disini." Rea sejenak bahkan bisa melupakan masalahnya. Berbeda dengan Bara, semakin Bara sering bersama Rea semakin ia ingin segera mengurus perceraiannya. Tapi, bagaimana dengan mama? Najira adalah menantu kesayangan Rosa, apakah mamanya akan murka saat dirinya berniat menceraikan Najira?
"Bagaimana jika kakakmu mencarimu? apakah tidak ada cara lain menghubunginya?" tanya Bara.
Rea kemudian berfikir, "ada Mas, tapi aku nggak yakin mas Revan bakal membuka akun fbooknya." Muka Rea mendadak sedih.
"Ya udah, kamu coba aja Re. Pakai ponselku," ucap Bara meminta Rea mendekat.
Rea pun mengangguk, meski kaku ia akhirnya berselancar di ponsel milik Bara. Dalam hati, ia sempat berfikir sepercaya itukah Bara dengannya? mereka bahkan baru kenal berapa hari.
Rea menghela napas kala melihat laman beranda kakaknya, tak ada postingan terbaru atau hal yang menandakan akun itu aktif baru-baru ini.
'Kak Re, maaf Rea gak ngasih kabar. Rea lagi diajak temen liburan, kebetulan temanku dapat tiket liburan gratis ke pulau seribu kemarin.'
Begitulah pesan Rea, ia hanya berharap semoga Revan segera membaca pesan inboxnya.
Bara sibuk mengesapi rokoknya, Rea yang baru saja ingin menyerahkan ponsel akan tetapi tertarik pada sebuah folder bernama galeri.
Apakah ia terlihat lancang jika membukanya? Namun, dengan tak sabar tangannya membuka folder itu. Rea mematung di tempat.
Sejak kapan Bara mengambil foto-fotonya? Danis saja tak pernah sekalipun melakukan hal konyol seperti ini, menyimpan fotonya diam-diam. Meski begitu, Rea mengembalikan ponselnya kepada Bara dan bersikap seolah-olah tidak tahu.
Bara menatap Rea yang berjalan ke arahnya. Meski raut wajah itu sama sekali tak senyum, Bara tetap menyambutnya.
"Sudah selesai? gimana dibalas?" tanya Bara. Rea menggeleng lemah.
"Tapi kemungkinan jika kakakku mencari, ia pasti akan membuka akun media sosialnya."
"Kamu yakin Re?"
"Yakin, Mas."
Sugar, berapa lama aku harus memenjarakanmu di sisiku?
Semakin hari, perasaan takutku semakin menjadi.
Tentang banyak hal, banyaknya cerita singkat kita.
Apa aku akan terus seperti ini?
Menjadikanmu sebuah bayangan, yang entah kepada siapa hati ini tertuju.
***
Revan mulai lelah, mencari Rea sepanjang kemana anak itu pergi dan mengunjungi teman-temannya akan tetapi hasilnya nihil, Rea tak ketemu.
Revan semakin frustasi, Najira menjadi tak tega.
"Revan, kita istirahat dulu malam ini. Besok lanjut cari lagi."
"Ya, tapi apa aku bisa tidur sementara adikku bersama laki-laki asing." lirih Revan yang sudah berkaca-kaca, ia merasa gagal menjadi kakak, ia merasa gagal menjaga Rea.
"Aku temani kamu ya, besok kita cari sama-sama." Entah kenapa kalimat itu terlontar mudah dari bibir Najira, yang jelas ia merasa sedih saat Revan kalut dan frustasi seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Elisanoor
Bodoh nya si Bara, bini luh udah du garap kebo yang laen mlah masih mikir mau cere atau engga 😆
2023-12-05
0
guntur 1609
begh secara gak langsung junpa juga hub yg rumiy
2023-05-06
1
☠ᵏᵋᶜᶟ 𝕸y💞Sarinande⒋ⷨ͢⚤
Bara, jangan kamu sakiti atau permainkan perasaan Rea ya,apalg klu kamu nanti tau siapa Rea sebenarnya...
kasihan Rea gak tau apa " tentang masalah antara kamu & Revan
2023-03-08
0