Melihat pintu kamar kos Rea terkunci membuat Danis menghela napas. Ini bukan kali pertamanya Rea marah karenanya. Namun, biasanya gadis polos itu akan merengek sendiri bahkan meminta maaf untuk sesuatu yang bukan kesalahannya jika Danis bersikap cuek. Dari awal, Danis memang berniat ingin menyentuh lebih kekasihnya itu, tak disangka ia mendapat penolakan.
"Re, aku pastikan kamu akan memohon sendiri padaku." Danis menghela napas, lalu berbalik meninggalkan depan pintu kamar Rea.
"Ck! Itu tidak akan pernah terjadi setelah hari ini, Dans!" gumam Rea yang mendengar ucapan Danis tadi.
"Jangan mau ditidurin tanpa dibayar," desis Bara di belakang Rea, suaranya tepat di tengkuk leher Rea hingga berhasil membuat bulu kudu Rea meremang seketika.
"Heh, emang aku cewek apa?" tanya Rea.
"Ck! Pergi sana, kita tidak seakrab Romeo dan Juliet untuk bisa berada dalam satu kamar." Bara menatap tajam Rea.
"Cih, siapa juga yang mau sama laki-laki tua sepertimu!" kesal Rea kemudian keluar dari kamar Bara.
Brakkk!
Rea membanting pintu saking kesalnya, hingga tak menyadari bahwa masih ada Danis di halaman kos-kosannya.
"Re?" Danis menggaruk kepala, saat melihat Rea keluar dari kamar sebelah dengan membanting pintu, ia yang hendak pulang menjadi urung dan berjalan mendekati Rea.
"Astaga!" pekik Rea, ia berusaha membuka pintu secepat mungkin dan berusaha menguncinya dari dalam. Sialnya lagi, Danis langsung mendorong pintu hingga terbuka.
"Mau apa kamu?" pekik Rea melempari Danis dengan barang-barangnya.
"Hei, tenang Baby!" Danis menyeringai kemudian menutup pintu.
"Keluar kamu, Dans. Kita putus, aku nggak mau punya pacar mesum!" pekik Rea yang terduduk dan berusaha mundur menghindari Danis.
Bara mendekus demi mendengar teriakan Rea di kamar sebelah, makhlum saja dinding kos-kosan bukanlah dinding apartemennya yang kedap suara. Ia mencoba tidur, menutup telinganya dengan bantal, akan tetapi nihil.
"Jangan-jangan itu cewek di apa-apain lagi." gumam Bara yang langsung terduduk karena mendadak dirinya ikut gelisah.
Sial.
Bara memutuskan keluar, ia bukan orang yang suka ikut campur masalah orang lain.
Klek klek klek...
"Sial, pintunya dikunci dari dalam." umpat Bara.
"Mas, tolong! Siapapun tolong dobrak pintunya," ucap Rea sambil terisak.
Danis sudah berhasil merobek paksa piyama Rea hingga kancingnya berhamburan kemudian mencekoki Rea minuman yang sudah Danis campur dengan obat perang sang.
"Ini akibatnya jika kamu melawan, Rea. Harusnya kau cukup menurut dan aku akan memperlakukanmu dengan lembut, tapi kamu memaksaku melakukan ini." Danis menyeringai.
Rea menunduk memeluk lututnya, ketakutan dan tubuhnya bergetar hebat.
"Kamu breng sek, Dans!" pekiknya.
Brakkk!
Bara berhasil mendobrak pintu kamar kos milik Rea. Matanya tertuju pada gadis yang menunduk memeluk lutut sambil terisak.
"Breng sek!" maki Bara seraya melayangkan pukulan bertubi-tubi ke wajah Danis.
Entah kenapa ia menjadi sangat marah saat laki-laki bau kencur itu berusaha melecehkan Rea. Mungkin sedari awal Bara memang butuh pelampiasan atas kemarahannya yang terpendam.
Bugh!
Bugh!
"Heh, kamu rupanya!" desis Danis seraya mengusap sudut bibirnya yang berdarah.
Bara tak memerlukan ocehan Danis, ia membuat laki-laki itu babak belur.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Bara, akan tetapi Rea diam dengan bulir bening membasahi pipinya.
Bara berfikir sejenak, rasa-rasanya tempat ini tak aman untuk Rea. Ya, dia tau nama Rea karena Danis memanggilnya dengan nama itu.
Bara langsung menggendong tubuh Rea yang membeku dengan tatapan kosong. Bara menghela napas kasar karena melihat sesuatu yang menyembul dibalik piyama Rea yang telah koyak.
"Heh, laki sialan mau kamu bawa kemana kekasihku?" pekik Danis, akan tetapi tubuhnya terasa sakit semua karena tonjokan Bara.
Danis meringis saat Bara dengan gesit membawa kabur Rea bersama mobilnya entah kemana.
"Re, kamu tenang ya! Aku punya tempat aman untuk kamu bersembunyi sementara waktu." Bara bicara seolah sudah mengenal Rea lama.
"Panas sekali." Rea mendesis, dan itu membuat Bara gelagapan.
Ia bukan laki-laki tak normal, terlebih keadaan Rea seperti itu dan ia tak sempat mengambil apapun untuk menutupi tubuh Rea.
"Tolong, ini panas sekali." Rea menggeliat resah dan Bara semakin mempercepat laju mobilnya.
San Marinzo Apartemen, kawasan apartemen mewah milik Bara yang sempat menjadi tempat tinggalnya sebelum menikah.
Salah satu aset hasil jerih payah Bara sendiri selama bekerja.
"Ck! Harus ku apakan wanita ini." desis Bara, dilihat dari wajahnya yang masih imut bisa dipastikan Rea berusia sangat jauh di bawahnya, mungkin sekitar 21 tahun.
Bara menggendong Rea memasuki lift menuju lantai apartemennya.
Sialnya, Rea terus menggeliat kepanasan hingga Bara sendiri mulai merasa tak nyaman.
"Huhhh, akhirnya." Bara menghempaskan tubuh Rea ke ranjang king size miliknya dan membalut tubuh Rea dengan selimut. Namun, hal itu tak berlangsung lama karena Rea menyibaknya.
"Hei, hei kenapa dibuka selimutnya? Bajumu itu koyak tak se..."
Bara belum sempat melanjutkan ucapannya, Rea sudah menarik tangan kekar itu hingga membuatnya ambruk tepat diatasnya.
"Aku kepanasan," gumam Rea dengan mata sayu.
Bara berdecak, ada yang meronta tapi bukan perasaan. Kenapa mendadak n*fsunya tak terkontrol hanya dengan melihat wajah polos Rea.
"Ini tidak benar," gumamnya berusaha menjauh akan tetapi lagi-lagi tangan Rea menariknya.
"Tolong aku..." lirih Rea.
"Hah, kamu akan menyesal Rea," ujar Bara agar gadis itu segera sadar.
Rea terus menggeliat tak nyaman.
Tiba-tiba bayangan Najira berada diatas kung kungan laki-laki lain meracuni kepala Bara, lantas yang ia lakukan adalah mencium Rea yang berhasil membuatnya resah.
Bara mulai menjejaki tubuh Rea yang sedari tadi sudah memancing kelakiannya, ia sudah tak perduli lagi nasib gadis ini setelahnya.
"Kamu akan menyesal membuatku seperti ini, oh ****..."
"Eummm..." Rea hanya bergumam tak jelas, dan ini diluar kesadarannya.
Bara mulai menyentuh tubuh Rea, memainkan tangannya disana akan tetapi pikirannya dipenuhi Najira.
Suara lembut Najira saat bercinta dengan laki-laki lain terngiang di telinga.
"Kamu breng sek, Najira!" umpat Bara yang sudah menanggalkan pakaian Rea. Rea yang dibawah pengaruh obat hanya bisa mendes*h saat tangan Bara menggerayanginya.
Bara sudah kesetanan, kemarahannya kepada Najira ia tumpahkan kepada gadis sepolos Rea. Tangannya terus bergerilya kemana-mana, hingga dengan tak sabar ia membuka pakaian Rea juga miliknya.
"Aku akan menghapus jejak laki-laki breng sek itu dalam tubuhmu sayang!" bisik Bara mulai tak terkontrol.
"Euhhhh...." Rea hanya bisa memekik dan marancau tak jelas terlebih saat Bara berusaha menjebol pertahanannya.
"****, susah sekali." pekik Bara.
"Heh, Danis! Sampai kapanpun aku gak mau tidur sama kamu, bodoh! Kamu pikir selama ini aku tak tahu kamu ada main sana sini, aku akan membunuhmu breng sek!" umpat Rea tiba-tiba, dan saat itulah Bara berhasil menerobek pertahanannya.
"Sakit!" teriak Rea.
Bara mempercepat lajunya tanpa memperdulikan Rea yang berulang kali memekik kesakitan. Bahkan tangan gadis itu berulang kali mencakar punggungnya.
"Kamu pikir kamu cantik, aku bahkan bisa mendapatkan wanita yang aku mau, Najira! Kamu yang membuatku begini, aku tidak akan pernah memaafkanmu!" teriak Bara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
zeus
Kamu Marah kok modelnya kyk betina bara
Yah lampiasin lah ke binik kamu atau selingkuh an nya kok mlh ke orang lain..
2025-02-06
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅢🅦🅔🅔🅣ᵃⁿᵍᵍᶦ
nah loohh,,,2 2 nya berimajinasi sendiri,,bara marah karena najira dan rea marah karena danis
2023-03-31
0
☠ᵏᵋᶜᶟ 𝕸y💞Sarinande⒋ⷨ͢⚤
Danis beneran ya brengsek😠😠
mudah mudahan Bara mau tanggung jawab setelah apa yg dilakukan ke Rea
2023-03-06
0