"Rea biar pulang denganku dan Najira." Revan menghela napas kasar saat mengatakan kalimat itu kepada Bara. Ada rasa tak enak menyeruak, terlebih dia adalah selingkuhan mantan istri Bara. Meski begitu, Rea adalah adiknya dan ia lebih berhak.
"Baik." jawaban singkat Bara, meski terdengar nada lebih ke keberatan.
"Aku minta maaf sudah hadir diantara hubunganmu dan Najira. Tapi, Rea adalah adikku dan masa depannya masih panjang. Aku harap kamu sedikit paham akan hal itu, dia masih kuliah dan akan lebih baik kamu mencari wanita lain jika ingin menikah lagi." jelas Revan.
Deg!
Wajah Bara seketika pias, ia sudah menduga Revan tak akan membiarkan Rea tetap di sisinya.
"Kenapa? apa karena aku mantan suami Najira?"
"Bu-Bukan." Revan mengusap wajahnya sekali lagi.
"Lantas?" tanya Bara, ia ingin tahu seperti apa sosok kakak dari Rea ini, hingga Najira begitu tergila-gila padanya.
"Rea masih terlalu kecil untuk menikah, kecuali jika kamu mau menunggu, aku tidak akan melarangnya. Aku tidak melarang Rea dekat dengan siapapun selagi itu baik untuknya."
"Oke." Bara beranjak.
Ia kembali menoleh dan melihat Revan menatapnya.
Jawaban Bara terkesan ambigu, tapi Revan tak ambil pusing.
Bara menemui Rea sebentar sebelum gadis itu pulang bersama Revan juga Najira.
"Rea..."
"Iya, Mas. Maaf ya aku harus pulang sama mereka."
Bara mengangguk, "tidak apa-apa."
"Rea, aku pernah bilang jika aku belum bisa menjanjikan pernikahan untukmu. Aku minta maaf tapi apa kamu mau menungguku?"
Rea terdiam, ia menatap Bara lekat-lekat dan ini kesekian kalinya Bara meminta ia menunggu. Terus terang, permintaan Bara terasa ambigu ditelinga Rea.
"Rea..."
Rea mengangguk, tak berselang lama panggilan kembali terdengar. Revan sudah bersiap pulang bersama Najira dan mau tak mau Rea melangkah meninggalkan Bara.
"Aku pulang, Mas."
***
Revan membawa Rea ke apartemennya setelah mengantar Najira. Ia punya banyak pertanyaan yang belum terjawab oleh adiknya.
"Kita makan dulu Rea, baru kita bahas masalahnya."
"Ok, tapi Mas berutang penjelasan sama aku."
"Baiklah, Mas akan ceritakan semuanya setelah kamu cerita sama Mas apa yang menimpamu dan ah iya, ponselmu mana?"
"Ponselku rusak, jatuh pas aku sampai di pulau seribu."
"Oke-oke nanti Mas belikan yang baru, Mas hampir gila nyari kamu kesana kemari, tanya sama Amy sampai menghampiri Danis dan dia menceritakan semuanya."
"Apa yang diceritakan Danis?" tanya Rea, mendengar namanya membuat emosi Rea naik.
"Dia memaksamu makan, kamu menolak dan memilih pergi dengan Bara, apa itu benar?"
"Seharusnya Mas Revan hajar saja orang itu sampai mati." desis Rea kesal.
"'Dia memaksaku minum minuman yang sudah dicampur obat hingga hilang kendali dan hampir saja memper kosaku kalau Mas Bara tidak datang dan menghajarnya. Setelahnya aku tak ingat apa yang terjadi." jelas Rea yang tak ingin menceritakan apa yang terjadi diantaranya dengan Bara malam itu.
"Bara yang membantumu?" tanya Revan.
Rea memalingkan wajahnya, mendengar nama Bara ia jadi lupa meminta nomor ponselnya. Lantas bagaimana caranya Rea bertemu Bara, atau mungkin mereka tidak akan bertemu lagi. Mendadak hatinya merasa sedih.
"Mas Bara yang membantuku, awalnya aku hanya tak sengaja masuk kamarnya saat Danis datang."
"Jadi Bara itu juga yang kos di samping kamar kamu?"
"Iya Mas."
Revan memijat pelipisnya, akan tetapi ia juga tak bisa menyalahkan pertemuan Bara dan Rea jika dia sendiri juga termasuk andil dalam kerusakan hubungan mereka.
"Sejak kapan Mas jadi selingkuhan Mba Najira?"
"Sudah lama," ucap Revan.
"Jadi wanita yang kata Mas Revan kekasih itu adalah istri Mas Bara?"
Lagi-lagi Revan mengangguk.
"Najira adalah wanita baik, dia ramah, friendly dan manja, sedangkan Bara? dia selalu disibukkan oleh pekerjaan. Hubungan mereka memang terikat pernikahan, tapi dibalik itu Najira selalu merasa kesepian dengan sikap Bara yang berubah-ubah. Sebelum aku mencari kamu, aku masih merasa kalau Najira akan mempertahankan pernikahannya, dia selalu bilang hubungannya baik-baik saja meski kami ketahuan, tapi kamu tahu? aku sendiri bahkan syok saat dia memutuskan untuk bercerai dengan Bara, aku juga baru mengetahuinya sewaktu di pulau seribu." jelas Revan.
"Tapi tetap saja Mas Revan salah."
"Aku tidak bilang kalau tindakanku benar."
Rea kesal, ia melangkah meninggalkan Revan dan masuk ke dalam kamar. Sejujurnya, ia ingin sekali pulang ke kosan atau apartemen Bara yang nyaman untuk menghindari Revan, ia masih sangat kesal dengan kakaknya meski Bara sudah membujuk untuk tidak melakukan hal itu.
Di sisi lain, Najira dan Bara kini sedang menghadapi Rosa. Wanita paruh baya itu syok mendengar apa yang dikatakan putra dan menantunya. Baik Bara maupun Najira, keduanya sepakat untuk tidak mengungkap apa yang menjadi penyebab mereka bercerai kepada Rosa.
"Kalian ada masalah apa sebenarnya sampai harus bercerai?" tanya Rosa, ia seolah tak lega dengan penjelasan Bara maupun Najira.
"Sudahlah Ma, mereka berhak menentukan pilihan ke depannya. Bara dan Najira mungkin sudah merasa tak cocok." bela Aron.
"Iya, Ma. Kami sudah memutuskan hal ini dari jauh, sebenarnya kemarin-kemarin Najira juga lagi nyiapin mental buat ngomong sama Mama, semoga Mama nggak keberatan dengan keputusan ini."
"Najira benar, Ma. Karena Bara juga sibuk, jadi Bara harap dengan keputusan ini, kehidupan Najira kedepannya lebih baik."
"Apa tidak bisa dipertahankan? Mama ingin punya cucu." pinta Rosa memelas.
Bara dan Najira kompak menggeleng.
"Kita sudah berpisah, Ma. Bara sudah menalak Najira."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
m͒0͒π͒&͒3͒🤗ᵇᵃˢᵉ
sabar ya ma"Rosa kau harus di bohongi sama suami bahkan anak dan menantu itu... semua demi kabaikan
2023-03-02
1
pasti syok ma²h rosa kalo tau alasan apa yg mendasari perceraian mereka..
2022-09-29
0
💫✰✭ᵀᵀ°𝓔𝓵𝓪 𝓐𝓻𓅓 𝓝𝓛✰✭🌹
ya salah sendiri memaksa anaknya biar nikah
2022-09-26
0