"Kau dengarkan baik-baik ceritaku! Aku tidak suka jika harus mengulangi cerita yang sama sepanjang hidupku!" perintah Brayan.
David menaikkan sebelah alisnya. Dia menyimak setiap kata yang keluar dari mulut Brayan. Mengulangi. Kata yang digaris bawahi oleh David. Artinya rahasia tentang Elaina sudah lebih dari satu kali diceritakan.
"Aku mendengarkan mu!" seru David. Dia kembali ke kursi yang tadi didudukinya.
"Elaina adalah putri dari bibi ku Elinor. Bibi Elinor adalah adik perempuan ayahku. Ayahnya adalah sahabat dekat ayahku."
"Apa tidak bisa ke intinya saja?" tanya David. Dia sangat bosan jika harus mendengar cerita yang sangat panjang. Terlalu berbelit-belit. Padahal inti dari cerita itu sama saja.
"Aku tidak masalah jika hanya langsung memberitahumu tentang rahasia atau bakat ya g dimiliki Elaina. Tapi ingat! Aku sudah berniat dari awal untuk menceritakan padamu tentang Elaina dari awal. Jadi jangan salahkan aku ke depannya!" ucap Brayan santai.
David terdiam mendengar perkataan Brayan. Dia terlihat berpikir sangat keras. Menimbang-nimbang apakah harus mengetahui dari awal tentang Elaina atau hanya bakatnya saja. Kepalanya mulai berdenyut lagi.
"Tampilkan wujud mu!" perintah David.
"Apa kau yakin?" tanya Brayan.
"Kau mau bercerita panjang lebar tanpa wujud. Kau mau membuatku gila atau mati lagi?" tanya David sambil menahan emosinya.
"Ok. Ok. Aku akan menghampirimu sekarang," balas Brayan santai.
Wusss ...
David melihat kilatan cahaya yang sangat cepat. Kemudian berhenti tepat dihadapan David. Dia tercengang melihat pemandangan di depan matanya.
"Kau!" seru David.
"Kenapa? Tubuhku bagus kan!" seru Brayan. Dia sengaja bergaya di depan David memperlihatkan tubuh six-pack nya. Tubuhnya masih penuh dengan busa sabun. Salahnya sendiri berkomunikasi dengan David saat lagi mandi.
"Tubuh seperti roti sobek saja kau banggakan. Cepat bilas tubuhmu ke kamar mandi!" perintah David.
"Hahaha..." suara tawa Brayan menggelegar di seluruh ruang kerja David. Dia melangkahkan kakinya menuju sebuah pintu yang terletak di sebelah kiri.
"Kau mau kemana?" tanya David.
"Kau sudah pikun ya? Bukannya kau sendiri yang menyuruhku ke kamar mandi!" seru Brayan.
"Aku memang menyuruhmu ke kamar mandi. Tapi, apa kau bertanya dimana letak kamar mandinya?" tanya David.
"Itu sudah pasti pintu menuju kamar mandi!" seru Brayan sambil menunjuk pintu yang terbuat dari kayu.
"Coba saja!" seru David.
David memperhatikan Brayan berjalan ke arah pintu yang dimaksudnya. Brayan membuka pintu itu dengan santai.
"Satu ... dua ... tiga ..." David menghitung pelan sampai hitungan ketiga.
"Aaa ..." teriak suara beberapa orang maid. Mereka berteriak sangat kencang sehingga mengundang maid lain yang berada tidak jauh dari sana. Dua orang maid yang baru saja tiba di depan pintu ruang kerja tuan mereka kembali berteriak histeris. Siapapun pasti akan berteriak saat melihat tubuh polos yang di penuhi oleh busa sabun.
Brakk ...
Brayan segera menutup pintu dengan kuat. Dia berbalik menghadap David yang terlihat sangat tidak peduli.
"Mengapa kau biarkan aku membuka pintu itu?" geram Brayan.
"Bukannya aku sudah memperingatkan mu dari tadi?" David tidak menjawab pertanyaan Brayan, dia justru melempar pertanyaan kepada Brayan.
"Mana ada kau memperingati ku!" tukas Brayan.
Pop ... pop
Gelembung busa Brayan mulai meletus satu persatu. Tubuh polosnya semakin terlihat. Bahkan juniornya hampir saja terlihat jika dia tidak segera menutupnya dengan kedua tangannya.
Bukan sifat David senang berdebat. Baginya perdebatan seperti itu hanya seperti perkelahian mulut antara wanita. Dia hanya mengangkat alis kanannya.
"Mana kamar mandinya?" tanya Brayan.
"Bukannya kau sangat pintar menebak!" tutur David santai.
"Kau!" teriak Brayan.
"Geser saja pintu lemari minuman itu!" perintah David sambil menunjuk lemari khusus untuk minuman.
Brayan di buat terkejut olehnya. Bagaimana bisa ada seseorang yang membuat pintu kamar mandi seperti itu. Pantas saja dia tidak bisa menemukan kamar mandi. Karena seingat dia, dimana-mana kamar mandi itu ada pintunya. Satu-satunya pintu yang ada di ruangan ini hanya pintu tadi. Ternyata pintu tadi adalah pintu untuk keluar masuk ruangan ini.
Brayan segera menggeser pintu aneh itu ke kanan. Alhasil pintu itu tidak terbuka sama sekali. Ingin sekali dia menggunakan kekuatannya. Tapi tidak bisa. Kakak tertuanya Brigita sudah berpesan untuk tidak asal menggunakan kekuatannya.
"Siapa yang bilang jika kau harus menggeser lemari itu ke kanan?" tanya David. Wajah Brayan hampir memerah karena menahan amarah. Luas melihatnya seperti itu membuat David segera memberitahu cara membuka pintu kamar mandi.
Brayan segera menggeser lemari minuman ke kiri. Sebuah ruangan yang berukuran tiga kali empat meter persegi terpampang di hadapannya. Sebuah ruangan yang cukup luas untuk sebuah kamar mandi. Brayan segera masuk dan mulai membersihkan dirinya.
David tertawa terbahak-bahak saat Brayan menutup pintu kamar mandi dengan sedikit kuat. Membuat beberapa botol minuman disana sedikit bergerak. Akhirnya dia bisa membalas keusilan Brayan. Beberapa jam terakhir, Brayan selalu mengerjainya tanpa ampun.
Beberapa saat kemudian, Brayan keluar dari kamar mandi lengkap dengan pakaian. Celana pendek selutut warna khaki dan baju kaos lengan pendek warna putih. Pakaian itu memang sudah disediakan di dalam lemari kamar mandi. Jika David sedang ingin menghabiskan waktunya di ruang kerja tanpa harus kembali ke kamarnya untuk mandi.
"Ternyata ukuran tubuh kita sama," ucap David sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Selesai mengeringkan rambutnya, dia melemparkan begitu saja handuk yang tadi dipakainya untuk mengeringkan rambut ke atas sofa. Dia sendiri langsung menghempaskan tubuhnya di kursi yang bersebrangan dengan David.
David sangat malas berdebat. Dia hanya menatap tajam saat Brayan melempar handuk itu ke sofa.
"Aku ambil minuman dulu!" tutur Brayan. Dia beranjak ke arah lemari minuman dan memilih salah satu minuman favorit David. Moscato.
"Kau ini sangat aneh. Tidak bisa minum alkohol tapi punya berbagai jenis alkohol. Ckckck..." ledek Brayan.
"Apa kau sudah selesai?" tanya David.
"Baiklah. Aku akan menceritakan tentang Elaina. Kau dengarkan baik-baik. Aku tidak akan mengulanginya!" perintah Brayan.
David tidak merespon perkataan Brayan. Dia hanya fokus menatap wajah remaja pria itu.
"Eh iya, aku lupa. Kau mau mendengarkan dari awal atau intinya saja?" tanya Brayan.
"Menurutmu?" David kembali melontarkan pertanyaan.
Brayan tahu jika sudah berhadapan fisik seperti ini pasti David akan mendengarkan keseluruhan ceritanya.
"Aku tidak akan mengulang bagian awal tadi!" seru Brayan.
David hanya menatap lekat Brayan.
"Bibi Elinor jatuh cinta dengan seorang pemuda keturunan bangsawan yang kebetulan memiliki bakat alami. Pria itu bernama Bishop Cruise. Mereka menjalin kasih tanpa sepengetahuan kedua keluarga. Sampai akhirnya bibi Elinor hamil. Saat usia kandungannya lima bulan, mereka sudah tidak bisa menyembunyikannya lagi. Keluarga Cruise tidak mau menerima kehadiran bibi Elinor dan bayi mereka."
Brayan berhenti bercerita. Dia menenggak minuman yang tadi diambilnya dari lemari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
yani_nera
kata-kata ini harusnya milik Bryan
2022-07-22
1
Reinon
bisa melayang... keren
2022-05-05
2
smoochyzz
semangat thorr~
2022-05-05
1