"Kau bisa pegang kata-kataku!" tegas David.
"Ok. I trust you," balas Brayan.
"Waktunya mengembalikannya," ucap Bree.
"Apa yang di kembalikan?" tanya David.
Dia belum mendapat jawaban dari pertanyaannya. Tangan kiri Brigita sudah mencengkram pergelangan tangan kanannya. Telunjuk kanannya menulis pola di permukaan telapak tangan David. Sama seperti tadi saat mereka memasuki dimensi ini. Tapi bedanya, pola yang saat ini di gambar terbalik. David dapat merasakan sentuhan telunjuk Brigita.
Cahaya yang menyilaukan kembali menutupi seluruh tubuhnya, dan menghilang di telan cahaya.
David tersadar di bangku taman seperti tadi sebelum dia bertemu Brigita. Dia melihat ke sekeliling. Sosok Brigita tidak ditemukan sama sekali olehnya. Orang- orang yang berada di taman masih sama. Dia merasa tertidur dan bermimpi. Dia mengusap wajah dan kedua matanya.
David mengambil kaleng soda sisa minumnya, dan melihat komposisi air soda yang diminumnya. Tidak ada kandungan alkohol sama sekali. Meskipun dia terkenal jahat dan kejam, dia tetap memiliki kelemahan. Tidak bisa minum alkohol. Meskipun kadar alkohol di minuman sangat rendah. David akan segera tertidur saat meminum yang berbau alkohol.
Dia sempat bingung sampai suatu suara berbisik di telinga kanannya.
"Ini bukan mimpi," ucap Brigita. Suara yang dikenalnya.
"Reinkarnasi mu benar adanya," suara Bree menggantikan suara Brigita.
"Ingat janjimu!" seru Bricia.
"Elaina!" timpal Brayan.
Kedua mata David membulat sempurna. Yang baru saja dia alami ternyata nyata, bukan mimpi. Dia menatap kedua telapak tangannya bergantian. Memukul wajahnya berharap semua ini benar-benar nyata. Tingkah lakunya sampai ditertawai seorang balita yang sedang duduk di pangkuan ibunya.
Balita itu mengira jika David sedang mengajaknya bermain. Sadar akan tingkah konyolnya, dia segera bangkit dari duduknya. Membuang kaleng kosong sofanya, dan berjalan ke arah mobilnya.
Semburat kebahagiaan terpancar dari wajah David. Bagaimana tidak? Dia kembali hidup. Pembalasan dendamnya akan dia mulai. Di dalam pikirannya sudah banyak rencana yang akan dijalankan olehnya.
Saat ini dia harus menyelamatkan Theo dan paman Jeff. Dia harus mencari Theo terlebih dahulu, dan mengangkatnya menjadi asisten pribadinya. Sedangkan paman Jeff akan dia pindahkan ke Indonesia bersama Theo. Waktunya memberi paman Jeff kekuasaan diatas paman yang tidak tahu diri itu, Arnold. David hampir melupakan putra kesayangannya yang berstatus sebagai adik sepupu.
"Hampir saja aku lupa dengan bocah tengik itu," ucap David sambil memasuki mobilnya.
David menghidupkan deru mesin mobil sportnya. Dia meninggalkan parkiran taman perlahan. Sepanjang perjalanan menuju perusahaan, dia berpikir keras tentang balas dendamnya.
"Aku harus belajar ilmu bela diri bersama Theo nanti," ucap nya pelan sambil menyetir mobil.
Sepupu tengiknya itu walaupun dia terlihat dungu tapi tenaga nya sangat kuat sekali. Sangat susah untuk dikalahkan. Meskipun David jago berkelahi, tapi sangat berbeda jika memiliki keterampilan khusus bela diri.
David sampai bergidik mengingat kejadian saat dia meregang nyawa. Sungguh sangat menyakitkan. Dia masih bisa merasakan kesakitan itu di seluruh tubuh, terutama lehernya.
Beberapa menit kemudian, mobil yang dikendarai David sudah berada di halaman parkir perusahaannya. David perlahan keluar dari mobil. Dia segera menuju ke lantai sebelas, ruangan CEO miliknya. Perusahaannya yang disini masih kurang modern ketimbang yang berada di Dallas. Namun ini adalah perusahaannya sendiri. Perusahaan yang dia bangun tanpa campur tangan dari harta kekayaan keluarga Benjamin.
David menaiki lift khusus CEO yang langsung menuju pintu depan ruangannya. Sepanjang perjalanannya menuju lift. Tanpa dia sadari senyum tipis tercetak jelas di wajahnya sehingga membuat karyawan wanita yang melewatinya terpesona oleh ketampanannya.
Tiba di ruangannya, David segera menghempaskan bokongnya ke atas kursi kebesarannya. Kursi yang membuatnya bangga atas seluruh pencapaiannya selama lima tahun terakhir.
David segera mengambil ponselnya dan mengubungi paman Jeff.
"Halo!" sapa paman Jeff.
"Halo, paman. Apa saat ini kau sedang sibuk?" tanya Jeff pelan.
"Tidak. Aku sedang dalam perjalanan pulang," jawab paman Jeff.
"Bagus. Paman, aku ingin paman ke Indonesia dalam waktu dua hari. Dan, jangan biarkan uncle Arnold beserta Benny tahu akan keberangkatan paman ke sini!" perintah David.
Cukup lama keheningan terjadi di sambungan telpon itu.
"Apa aku harus kesana?" tanya Jeff.
"Ya. Kau harus kini. Bawa seluruh keluargamu kesini. Akan aku persiapkan tempat tinggal untukmu dan bibi Rachel. Aku membutuhkan bantuan-mu disini!" ucap David tegas.
"Bagaimana dengan perusahaan Benjamin disini?" tanya Jeff.
"Aku akan meminta asistenku untuk mengurusinya," jawab David.
"Jika kau menyuruh asisten-mu mengurusi perusahan Benjamin. Siapa yang akan membantumu mengurus perusahaan-mu disana?" tanya Jeff lagi.
"Aku ingin kau membawa serta Theo James kemari. Dia yang akan menjadi asistenku nanti," jawab David.
"Bagaimana kau tahu tentang Theo James. Dia baru dua bulan ini bekerja di perusahaan Benjamin?" tanya Jeff penasaran.
David terkejut mendengar pertanyaan yang terlontar dari pamannya. Saking semangatnya akan reinkarnasinya, dia sampai lupa jika dia tidak pernah mengurusi karyawan di perusahaan Benjamin.
"Well, aku selalu meminta Brian untuk memberiku informasi mengenai perusahaan Benjamin disana. Setidaknya aku masih peduli dengan perusahaan itu," jelas David panjang lebar.
Lagi. Keheningan menghampiri percakapan mereka.
"Baiklah. Aku akan membawa Theo bersamaku. Beri aku waktu tiga hari untuk menyelesaikan semuanya dengan rapi," pinta Jeff.
"Terima kasih paman," ucap David.
Jeff sangat terkejut mendengar keponakannya yang terkenal Arrogant dan keras kepala mengucapkan terima kasih padanya. Perasaannya tersentuh saat mendengar kalimat itu.
* * *
Tujuan utama David tercapai. Membuat paman Jeff dan Theo ke Indonesia. Mereka berdua rela berkorban untuknya sampai akhir napas mereka. David bertekad untuk menjaga mereka.
"Kali ini, di kehidupan kedua ku jangan harap kau bisa menyentuh mereka," tegas David pada dirinya sendiri.
"Elaina," suara bisikan Brayan.
"Astaga, kau jangan suka melakukan hal seperti itu!" seru David. Tubuhnya sampai terlonjak saat mendengar bisikan yang tiba-tiba di dekat telinga kanannya.
Sepertinya dia mulai terbiasa dengan bisikan atau sesuatu yang diluar nalar. Kehidupan keduanya saja sudah di luar nalar. Apalagi hal-hal aneh lainnya.
"Aku tahu. Setidaknya berikan aku kesempatan untuk mengurus yang lain dulu. Aku tidak akan pernah mengingkari janjiku!" seru David.
Dia merasa seperti orang gila yang berbicara sendiri. Untung saja dia berada di dalam ruangannya sendiri. Bagaimana jika dia sedang berada di tempat umum.
"Aku pegang kata-katamu," bisik suara Brayan.
Suara bisikan itu adalah suara Brayan yang selalu saja mengingatkan dia tentang Elaina. Pemuda itu sangat perhatian sekali pada Elaina.
"Tunggu! Bisa bantu aku sesuatu?" pinta David.
"Apa?" tanya Brayan.
"Bisa tidak jika kau ingin berbicara seperti ini, beri aku aba-aba terlebih dahulu," pinta David.
Suara Brayan menghilang tanpa jejak.
"Si al! Aku merasa dipermainkan," gerutu David.
"Apa kau mengumpat ku?" tanya Brayan.
David segera menguasai emosinya.
"Menurutmu? Apa aku sedang mengumpat tembok?" David balik bertanya.
"Hahaha ... baru kali ini aku merasa senang bisa mempermainkan seseorang dengan bakat ku."
"Bagaimana?" tanya David. Dia segera memotong kesenangan Brayan.
"Baiklah. Akan aku pertimbangkan," jawab Brayan.
"Harus. Aku tidak terima kata pertimbangkan," ucap David tegas.
"Ok. Ok. Aku pergi sekarang," balas Brayan.
Suara Brayan kini menghilang. David menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Dia menangkupkan kedua tangannya sambil berkata.
"It's my new life. Let's start the game!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Sunny
swmangat David 💪💪
2022-05-16
0
Reinon
GO... go... go... David... hajar tuh si dua beranak Benjamin...
2022-05-04
2
smoochyzz
ditunggu lanjutannya!!
2022-05-03
1