David tersentak saat tangan kanannya diraih oleh sepasang tangan kasar dan keriput. David menoleh ke samping. Seorang wanita tua duduk di sampingnya. Wanita itu mengenakan jubah. Penutup kepala jubah itu menutupi seluruh kepalanya. Kecuali rambut putih panjangnya yang tergerai melewati penutup kepala.
David ingin menarik tangannya, namun ditahan oleh wanita itu. Dia membalik tangan David sehingga telapak tangannya kini menghadap keatas. Jari telunjuk kanannya mengusap pelan permukaan telapak tangannya. David sempat menarik tangannya lagi karena merasakan sensasi seperti tersetrum. Rasanya juga sedikit perih.
"Maaf nyonya, siapa anda?" tanya David pelan sambil meringis kesakitan.
"Kau ditakdirkan untuk bertemu denganku hari ini," jawabnya sambil masih mengusap telapak tangan David. Gerakannya seperti membuat bentuk pola.
"Maaf nyonya, apa aku mengenalmu?" tanya David lagi.
"Sst ...!" wanita itu hanya mendesis menyuruh David untuk diam.
David langsung mengunci mulutnya. Dia memutuskan untuk percaya pada wanita tua itu saat ini. Mungkin saja dia bisa mendapat jawaban atas kejadian aneh yang menimpanya.
"Selesai!" seru wanita itu tiba-tiba.
Keadaan yang tadinya cerah kini berganti gelap gulita. Awan putih berganti menjadi awan yang sangat gelap. Siapapun yang melihatnya sudah dipastikan akan lari, dan mengira dunia akan kiamat. Angin mulai bertiup kencang. Angin itu mulai membentuk seperti pusaran, melahap semua benda yang berada di sekitarnya.
David ingin berlari dari sana untuk menyelamatkan diri. Tapi tangan kanannya masih dipegang erat oleh wanita tua tadi.
"Tenanglah!" perintah wanita tua itu.
"Hah! Bagaimana aku bisa tenang nyonya," seru David dengan suara yang bergetar.
"Diam dan duduklah kembali di sampingku jika kau ingin jawaban!" seru wanita tua itu sambil menatap wajah David.
David terkejut melihat wajah wanita tua itu. Tubuhnya sangat tidak sesuai dengan wajahnya. Tangan keriput dan rambut putih. Tapi wajahnya masih terlihat muda. Sangat tidak sesuai dengan tubuh ringkihnya.
Jika dia tidak salah menebak, tubuh wanita tua itu berusia tujuh puluh tahun, dan wajahnya berusia sekitar empat puluh tahun. Mulutnya ternganga saking terkejutnya.
David akhirnya menyerah. Dia memilih mengikuti perintah wanita itu. Kali ini dia tidak menyebutnya wanita tua setelah melihat wajahnya. Dia duduk tepat di sebelah wanita itu
"Dengarkan dan ikuti perintahku!"
David hanya menganggukkan kepalanya.
"Buka telapak tangan kananmu sekarang!" perintah wanita itu.
David segera membuka telapak tangan kanannya. Benar saja dugaannya. Wanita itu membuat sebuah pola yang tadinya tak kasat mata. Tapi kini pola itu terlihat nyata karena mengeluarkan sinar berwarna emas dari telapak tangannya sendiri. David terkesima melihat sesuatu yang menurutnya ajaib.
Pusaran angin itu mendekati mereka perlahan. Wajah David terlihat memucat.
"Astaga, masa aku harus mengalami mati sekali lagi," ucap nya lemah.
"Hadapkan telapak tanganmu pada pusaran itu!" perintah wanita itu lagi.
David segera melakukan perintahnya. Dia sudah tidak ingin mendebat wanita itu lagi. Dia hanya ingin semua ini cepat selesai. Pusaran angin semakin mendekat. David tidak ingin melihat apa yang akan terjadi berikutnya. Dia memilih untuk memejamkan kedua matanya.
Meskipun kedua matanya terpejam, dia bisa merasakan bahwa kegelapan tadi berubah menjadi cahaya yang terang.
"Buka matamu!" perintah wanita itu.
David membuka kedua matanya perlahan. Lagi. Dia terkejut bukan main. Taman kota yang tadinya dia berada menghilang begitu saja. Tidak ada awan gelap dan pusaran angin kencang di tempatnya sekarang.
David dan wanita itu kini berada di sebuah padang rumput yang sangat luas. Padang rumput berwarna kuning menyala seperti matahari.
"Brigita!" seru wanita itu.
David menaikkan sebelah alisnya. Dia masih bingung dengan keadaan yang tiba-tiba seperti ini.
"Namaku," ucap wanita itu tanpa menatap David.
"Oh, aku ..." ucapan David langsung dipotong oleh Brigita.
"David Walker. Seorang pria yang mati terbunuh di tepi danau Ray Hubbard," jelas Brigita.
"Ba-gaimana kau tahu?" tanya David terkejut.
"Aku tahu semuanya tentang mu," tutur Brigita.
Brigita berjalan selangkah di depan David. Dia berjalan selangkah demi selangkah menuju sebuah pondok di bawah pohon besar.
David yang masih terkejut segera tersadar saat melihat sosok Brigita mulai menjauh. Dia segera mengikuti wanita itu sebelum dia tertinggal jauh.
Brigita berdiri di depan pintu pondok. Pintu itu terbuka tanpa harus di ketuk terlebih dahulu.
"Apa kau bersamanya?" tanya suara seorang pria yang terdengar masih remaja..
"Dia di belakangku!" seru Brigita.
Brigita masuk ke dalam pondok. David segera mengikutinya masuk ke dalam. Lagi-lagi dia terkejut melihat isi dalam pondok itu. Dari luar pondok itu terlihat sudah tua dan reot. Keadaan di dalam pondok sangat jauh berbeda.
Dindingnya terbuat dari batu alami. Ukurannya cukup luas, dan terasa hangat. David melihat ada tiga orang di dalam sana tidak termasuk mereka. Seorang remaja pria dan dua orang wanita kembar dewasa yang seumuran dengannya.
"Ah, maafkan aku!" ucap remaja pria itu sambil menunduk.
"Duduklah!" perintah salah seorang gadis kembar.
David meraih sebuah kursi kayu dan duduk disana. Semuanya kini duduk mengelilingi meja bundar, seperti sedang mengadakan konferensi meja bundar saja.
"Perkenalkan aku Bree. Dia saudari kembar ku Bricia, dan adik laki-laki kami Brayan. Kau sudah bertemu kakak tertua kami, Brigita," jelas wanita itu.
"Aku rasa, aku tidak perlu memperkenalkan diriku lagi," tutur David.
Mereka semua hanya diam, kecuali Brayan yang dari tadi terlihat gelisah.
"Mengapa kau meminta maaf padaku?" tanya David pada Brayan.
"A-ku," ucapnya terbata dan langsing dihentikan oleh kakaknya, Bricia.
"Kami bukan penyihir," tutur Bricia.
David langsung berdiri saat Bricia mengucapkan kata 'penyihir'.
"Jika kalian bilang bukan, itu berarti iya!" seru David.
"Duduklah!" perintah Brigita.
Keempat orang itu menatap David memintanya untuk segera duduk dan menyelesaikan kekacauan yang disebabkan oleh adik bungsu mereka.
"Ok. Aku duduk," jawab David sambil menarik kursinya menjauh dari mereka. Dia memilih duduk di dekat pintu masuk agar memudahkan dia untuk lari jika sesuatu terjadi.
"Kami anak-anak berbakat yang memiliki kekuatan murni. Kau pasti pernah melihat berita di televisi, khususnya pada sebuah acara yang menangkap kejadian aneh pada layar CCTV," jelas Bricia.
"Ada yang tiba-tiba menghilang, berlari dengan cepat, mengeluarkan api dari tubuh, terbang, dan masih banyak lagi bakat yang dimiliki oleh anak-anak berbakat seperti kami," Bree ikut menjelaskan.
"Sebentar. Beri aku waktu untuk mencerna semua ucapan kalian," pinta David.
David memang pernah menonton berita tentang itu. Akan tetapi semua berita itu di bantah karena hoax, dan itu hanyalah trik kamera.
"Terus apa hubungannya denganku?" tanya David.
"Tentu saja ada," jawab Bree.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Brayan... aku ngetik bray, langsung muncul nama brayan.. wow keren sudah ada dalam kamus...
popular name brati 😍
jangan2 brayan yang ga sengaja bikin David mati ya Thor?
2022-05-19
1
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
nama yang cantik 😍
2022-05-19
1
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
jadi bayangin visual drakor itu yaa thoorr, penyihir cantik 😍😍😍
2022-05-19
1