"Brayan sedang mencoba bakat barunya yang baru saja dia temui. Dia bisa berlari sangat cepat sehingga tanpa sengaja melakukan time travel. Waktu itu dia mengelilingi kota Dallas dengan kecepatan cahaya, yaitu 186.000 mil per detik. Semakin cepat manusia bergerak, semakin lambat waktu yang bekerja padanya," jelas Brigita.
"Dengar, aku tidak terlalu mengerti. Apa kalian bisa langsung to the point saja," tutur David.
"Intinya waktumu terulang kembali saat Brayan mengelilingi kota Dallas sebanyak tujuh kali putaran. Kau kalikan saja dua kali karena kecepatan larinya sama dengan kecepatan cahaya," jelas Bricia.
David semakin mengerutkan keningnya. Dulu saat dia duduk di bangku sekolah menengah atas, dia sangat membenci pelajaran fisika dan matematika. Sekarang dia dihadapkan dengan persoalan hidupnya yang berhubungan dengan fisika.
"Kata lainnya kau bereinkarnasi," jelas Bree.
David terdiam. Dia berusaha mencerna kata demi kata yang diucapkan oleh Bree.
"Hahaha ... mana mungkin. Aku berpikir bahwa saat ini aku ada di neraka," ucap David sambil tertawa.
Brigita mengeluarkan api dengan sekali jentikkan jari nya. Api itu berwarna biru. Dia mendekatkan api itu ke ujung tangan kanan David. Sontak saja David menjerit kepanasan.
"Aaa ... Kau gila ya!" teriak David kepanasan.
"Nah, itu baru neraka! Hehehe..." seru Bree sambil terkekeh.
"Bree!" seru Bricia dan Brigita bersamaan.
"Mau bagaimana lagi? Habisnya dia tidak percaya. Ya sudah, aku rasakan saja dia," tutur Bree tanpa dosa.
"Memangnya kau pernah ke neraka?" tanya Brayan.
"ih ... kau itu!" rajuk Bree sambil mencibirkan bibir bawahnya.
David berpikir mungkin yang dikatakan oleh mereka bisa jadi benar. Akan tetapi, bagi dia seorang yang modern dan rasional sangat sulit untuk menerimanya. Dia merogoh saku celana mengambil ponsel.
"Disini tidak bisa menggunakan ponsel. Kita sedang berada di dalam dimensi lain," jelas Brayan.
Bricia mengeluarkan iPad miliknya. Dia membuka rekaman video, dan memperlihatkannya pada David.
David meraih iPad itu, dan menonton video yang sedang diputar. Video itu menampilkan adegan yang tertangkap kamera CCTV dari sebuah acara di salah satu televisi.
Ada beberapa potongan video yang menangkap beberapa orang yang memiliki bakat yang luar biasa. David sendiri sampai tercengang melihatnya. Setelah cuplikan video itu usai. David menyerahkan kembali iPad Bricia.
"Masih belum percaya?" tanya Bree.
"Aku masih bingung," jawab David sambil mengangkat kedua bahunya.
"Sudahlah! Jangan dipermasalahkan lagi. Kita langsung saja ke intinya memanggil dia kesini," ucap Bricia.
"Dengar David! Brayan akan melakukan kembali lari super cepatnya itu, tapi dengan arah yang berlawanan," jelas Brigita.
"Apa hubungannya denganku?" tukas David.
"Tentu saja ada. Mengingat yang mati itu adalah kau!" seru Bricia.
"Brayan akan melakukan larinya berlawanan arah. Dia berharap dapat mengembalikan kejadian atau sejarah yang seharusnya tidak diganggu olehnya tanpa sengaja," jelas Bree.
"Apa? Tunggu dulu. Itu artinya aku akan kembali mati?" tanya David. Dia sangat terkejut mendengar penjelasan Bree.
Jadi benar bahwa dia reinkarnasi karena kesalahan seorang remaja yang hanya mencoba bakat barunya.
"Ya, tepat sekali!" seru Bricia.
"Oh no!" seru David.
David mengusap wajahnya dengan kasar. Itu artinya dia akan kembali ke malam itu dan tidak bernyawa.
"Berapa lama waktu yang kau mundurkan?" tanya David.
"336 jam," jawab Brayan.
David mengangkat sebelah alisnya lagi. Dia sangat malas berhitung sekarang. Mengapa disaat seperti ini dia harus bertemu dengan sesuatu yang berhubungan dengan hitungan.
"Dua Minggu sebelumnya," timpal Brigita.
David ingat, dua Minggu sebelum kejadian berdarah itu. Dia masih berada di Indonesia. Dia juga menerima panggilan dari paman Jeff yang mengatakan untuk tidak kembali ke Dallas dalam kondisi apapun. Ternyata kepulangannya ke Dallas sudah direncanakan oleh si ba ji ngan Arnold untuk mengambil alih seluruh perusahaan dan menghabisinya.
"Tidak! Jangan lakukan itu!" seru David.
"Mengapa kami harus tidak melakukannya lagi?" Bricia.
David terdiam. Dia harus bisa meyakinkan empat kakak beradik ini bahwa dia pantas untuk hidup kembali.
"Beri kami satu alasan!" seru Brigita.
"Aku mati dalam keadaan tidak bisa melawan sama sekali. Kedua tangan dan kakiku terikat. Jika saja saat itu aku mati dalam keadaan yang adil mungkin aku akan pasrah saja untuk tidak meminta kepada Tuhan kehidupan kedua. Tunggu!" seru David.
Keempat kakak beradik itu menatap David dengan seksama. Mereka terlihat menantikan penjelasan David lebih lanjut.
"Bukankah bakat kalian adalah pemberian dari Tuhan?" tanya David.
Tidak satupun diantara mereka yang menjawab. Mereka masih menantikan penjelasan David. Karena masih di tatap seperti itu, David segera melanjutkan kalimatnya.
"Kalian sendiri yang bilang jika bakat kalian adalah pemberian dari Tuhan. Dengan kata lain bakat yang murni bukan sihir. Dan kalian bukanlah penyihir," jelas David.
"Akhirnya kau mengerti tentang bakat murni kami," ujar Bree santai.
"Jadi, kehidupan kedua ku ini juga merupakan pemberian dari Tuhan melalui kalian. Apa kalian akan membantahNya?" tanya David penuh penekanan.
Mereka berempat saling pandang. Yang dikatakan oleh David ada benarnya. Dia ditakdirkan untuk hidup kembali. Tuhan yang merestui kehidupan keduanya. Mereka hanya perantara tanpa sengaja. Saat pengujian itu mereka berada di tempat dan waktu yang salah.
"Baiklah. Alasanmu dapat diterima," ucap Brigita.
"Tapi kak," sanggah Bricia.
"Sudahlah Brixi. Yang dikatakannya sangat masuk akal. Lagipula apa kau lupa pesan mom dan dad," jelas Bree.
"Bisa tidak kau hilangkan kebiasaan mu menyingkat namaku!" perintah Bricia sambil mencubit pelan adik kembarnya.
"Aw ... sakit Brixi!" keluh Bree.
Bricia sampai membulatkan kedua bola matanya agar adiknya itu tahu jika dia sangat tidak suka dengan singkatan nama itu.
"Jadi?" tanya David memecah perdebatan mereka.
"Kami setuju untuk tidak melakukannya," jelas Brigita.
"Ada satu syarat," ucap Brayan tiba-tiba.
Ketiga kakaknya langsung menatap ke arahnya. Mereka bingung syarat apa yang akan diajukan oleh adik bungsunya pada David.
"Kau harus menjaga Elaina dengan baik," tutur Brayan dengan serius.
"Ah! Elaina!" seru mereka bertiga. Mereka hampir lupa dengan adik sepupu mereka.
"Apa hubungannya dengan Elaina?" tanya David.
"Dia dan kedua adiknya adalah sepupu kami. Kecelakaan yang dialami oleh kedua orang tuanya membaut mereka jadi yatim piatu. Kebetulan Elaina bekerja di mansion mu," jelas Brayan.
David menatap tak percaya pada remaja pria itu. Tadi dia terlihat ketakutan dan bicara terbata-bata. Sekarang dia terlihat serius saat membicarakan Elaina. Tatapan matanya sangat tajam seolah menekan David untuk melakukan apa yang di perintahkan nya.
"Baiklah. Aku setuju," ucap David.
"Ingat jangan pernah mempersulit bahkan membuatnya menangis!" perintah Brayan.
"Ah ya! Jangan lupakan kedua adiknya di kampung!" seru Bricia.
"Ok, ok. Aku mengerti," ucap David.
"Kau jangan hanya bilang ok saja. Awas saja jika kau ingkar. Aku akan dengan senang hati melakukan lari cepat ku dengan atau tanpa memberitahumu!" ancam Brayan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
laras hati
mumeti
2024-05-14
0
As Cempreng tikttok @adeas50
🤣🤣
2022-05-23
1
As Cempreng tikttok @adeas50
apakah dia flash!😁
2022-05-23
1