Bertemu

Menatap kursi besar direktur dengan tatapan dingin.

Tangannya mengepal bahkan tidak ada segarispun senyum yang terukir dibibirnya seperti biasanya. Semua menggambarkan apa yang sedang dia rasakan saat ini, Aslan benar-benar menghilang.

Krek ...

Pintu ruangan terbuka perlahan, Helen menoleh kearah pintu, Wahyu masuk kedalam ruangannya dan menatap Helen dengan kening mengerut. "Ada apa?" Tanya Wahyu langsung to the poin.

"Segera percepat pernikahanku dan Aslan."

Gerakan tubuhnya terhenti, Wahyu mengurungkan niatnya untuk duduk, perkataan Helen berhasil menarik perhatiannya.

"Aku tidak sedang dalam kondisi ingin berdebat atau semacamnya, permisi."

Helen keluar dari ruangan itu dengan langkah tegasnya, meninggalkan Wahyu yang terperangah tidak habis pikir dengan kelakuan Helen yang semakin membuatnya geram.

"Ketampanannya benar-benar menaklukkannya hingga cinta buta, apa dia menyepelekan status keluarga Anggala?" Omel Wahyu menatap garang pada pontu ruangannya yang telah tertutup.

Tidak ada yang bisa menghentikan Helen, bahkan meski sebenarnya mampu dan berkuasa, Wahyu tidak bisa berkutik.

Helen satu-satu penerusnya ...

Anak satu-satunya ...

Dan segala hal ancaman Helen akan terjadi deyik itu juga, seperti dia keluar dari rumah dan tidak masuk kantor berminggu-minggu karena Wahyu menentang permintaannya bertunangan dengan Aslan, membuatnya kelabakan dengan proyek yang Helen tangani.

^-^

"Gue gak mau tahu lo harus dateng ke kantor GG sekarang"

Tangan kiri Aslan memegang ponselnya sedangkan tangan kanannya mulai menyeting kamera di tangannya.

Hari ini adalah jadwal take foto salah satu produk baru milik perusahaan Ganendra, dan Aslan baru ingat tadi pagi jika Javir memintanya untuk sekalian take foto Zia dan dan Alaric untuk hotel mereka.

Ya ... Zia Valery adalah brand ambasador produk baru perusahaan Ganendra, dan lagi-lagi teman-temannya ikut-ikutan Abra dan pari direksi menyiksa Aslan dengan memperkerjakan dia dan Zia.

Kurang ajar ....

Ingin rasanya memaki, tetapi pada siapa?. Karena setiap jawaban mereka selalu masuk akal dan logis 'Zia sedang naik daun'.

"Lo gila gue udah ada janji mau datang ke pod ..."

"Ya udah kalau gitu thanks udah gak bisa dateng" potong Aslan dengan santainya.

Tampa babibu Aslan memutuskan sambungan telepon mereka secara sepihak, jika Alaric tidak bisa datang Aslan sangat amat bersyukur, jadi nanti dia tidak akan lama-lama bersama Zia, karena selama proses photoshoot pasti akan terasa canggung.

Tap ... tap ...

Langkah kaki yang semakin mendekat sejenak membuat Aslan terdiam, itu langkah kaki Zia. Sekenal itu kah Aslan pada sosok Zia?, ya ... karena sejak Zia lahir hingga berusia enam belas tahun mereka tinggal disatu rumah yang sama, sekolah yang sama sehingga mengharuskan mereka selalu bersama dan mengenal satu sama lain.

Aslan dan Zia saling mengenal kebiasaan dan watak masing-masing, itu sudah sangat pasti dan tidak usah dipertanyakan kembali.

"Ya Tuhan dia cantik banget ..."

"Lebih canti dari tv atau majalah"

"Jadi bersyukur kerja di departemen pemasaran."

Sayup-sayup Aslan mendengar pujian dari karyawan di belakangnya, tetapi Aslan tidak berniat menoleh melihat Zia,karena sebentar lagi perempuan itu akan berdiri didepan kameranya.

Mata Aslan melihat langkah kaki Zia yang melangkah semakin mendekat dan berhenti tepat didepannya, hanya berjarak dua langkah dari tempat Aslan berdiri.

"Loe kerja disini?"

Aslan tetap menunduk, sedangkan matanya melirik pada Zia memastikan jika Zia sedang berbicara dengannya.

Terlihat Zia menatap Aslan dengan tatapan tak percaya, setelah yakin jika Zia berbicara dengannya barulah Aslan mengangkat kepalanya menatap Zia hingga tatapan mereka saling bertautan.

"Ya" jawab Aslan singkat.

Zia tertawa sarkas, "pantas saja gue gak asing dengan mana Ganendra" gerutunya, balik badan dan berdiri didepan set yang telah disiapkan untuk take foto.

Dengan sopan Zia mengambil produk yang diulurkan padanya, tersenyum ramah dan mulai berpose dengan elegan.

"Ah ... senyumnya mantap."

"Gue minta foto bareng nanti."

"Waw ... dia sangat terlihat sempurna."

"Bodynya Bro ... kayak gitar spanyol."

Aslan mulai terganggu, terutama dua kata terakhir yang dia dengar.

Tangan kiri Aslan berhenti memberi isyarat, dia berdiri tegak menghela nafas sejenk dan berbalik menatap semuanya dengan tataoan dingin penuh intimidasi.

Kinoi yang langsug paham berjalan kearah gerombolan orang-orang yang berbicara tadi. "Mas Mabak tolong jangan be ..."

"Keluar" ucap Aslan dengan nada dingin penuh perintah.

Kinoi memghela nafas mendengarnya, karena Aslan sudah marah, maka mood Aslan akan buruk selama photoshoot.

"Saya tidak bisa bekerja kalau kalian berisik" desis Aslan melihat mereka masih belum juga keluar.

"Maaf Pak" ucap Manager pemasaran yang bsrtanggung jawab atas produk yang sedang Aslan kerjakan.

"APA KALIAN TIDAK MENDENGAR APA YANG SAYA KATAKAN?" teriak Aslan menggelegar.

Semua yang ada langsung kocar kasir keluar dari ruangan dengan terburu-buru.

"Karyawan yang bertanggung jawab tunggu di Waiting Stage" ucap Aslan tegas, "Manager pemasaran dan sisten Zian disini" lanjut Aslan datar tampa menatap asisten Zia.

Terlihat Kinoi menunjuk dirinya sendiri, mata Aslan melotot pada Kinoi memberi isyarat untuk kembali bekerja dan duduk di depan komputernya.

Ruang studio kembali tenang, mulailah Aslan kembai mengangkat kameranya dan kali ini hanya terdengar suara jepretan kamera Aslan.

"Sudah berapa lama kerja double?" tanya Zia sambil berpose.

"Cukup lama" ucap Aslan singkat dan datar tampa memastikan kekanan dan kekiri pada siapa Zia bertanya, karena dia tahu pertanyaan itu pasti untuknya.

"Berarti tidak cukup hebat dong ..." kalimat Zia menggantung, "karena gue baru tahu ABAS Putra Studio."

"Lo aja yang selalu kudet"

"Lo ..."

Zia marah, berhenti berpose dan hendak berjalan mendekati Aslan, tetapi Aslan memberi isyarat untuk diam diposisinya yang hendak berjalan menatap tajam kedepan dan ...

Jepret ...

Zia terperangah melihat Aslan mengambil fotonya begitu saja.

Bukan hanya Zia, Kinoi dan asisten Zia secara bersamaan melirih kearah layar komputer dan terperangah melihat hasil jepretan Aslan barusan.

Angel yang diambil sangat sempurna, tajam dan Zia terlihat cantik dengan keangkuhan diwajahnya.

"Jangan pernah meragukan kehebatan gue dala fotografi" ucap Aslan dengan senyum sarkasnya, melirik pada Kinoi lalu pada Zia seakan memberi tahu hasil jepretannya barusan pasti sangat bagus.

Krek ...

Terdengar pintu ruangan terbuka, semua mrnatap kearah pintu, Abra berjalan masuk dengan Sam dibelakangkanya.

Aslan menunduk sejenak lalu kembali fokus kedepan dan melihat Zia tersenyum pada Abra sebentar dan kebali berpose.

Abra yang pasti bukan sekedar memantau hasil photoshoot yang dilakukan Aslan, karena biasanya Abra memasrahkan semua pada Aslan dan Kinoi sehingga Abra tidak akan repot-repot datang ke studio foto diperusahaan Ganendra.

"Next" ucap Aslan sambil berbalik menghampiri Kinoi.

Zia berjalan dengan senyum mengembang menghampiri Abra, "Lama tidak bertemu, apa kabar Om?" tanya Zia sopan menjulurkan tangan untuk bersalaman.

"Baik, kamu apa kabar?" tanya balik Abra.

"Baik Om" jawab Zia riang lalu menghadap Sam dan bersalaman.

Bersalaman yang Zia lakukan bukan berjabat tangan, tetapi gerakan bersalaman yang muda pada yang tua, Zia mencium telapak tangan mereka dengan sopan.

Semua gerakan Zia tidak luput dari tatapan Aslan hingga perempuan itu pamit untuk pergi ke ruang ganti pada Sam dan Abra.

"Dari dulu dia selalu salaman tiap bertemu" ucap Abra menatap kepergian Zia lalu melirik Aslan, "jarang ada perempuan sesopan dia bukan?."

Aslan yang mendapat lirikan dan pertanyaan tak terduga dari Abra hanya tersenyum segaris, dan memilih balik badan menyibukkan diri memperhatikan hasil jepretannya di komputer.

Lebih baik tidak menanggapi perktaan Abra, karena pada akhirnya Aslan bisa menebak kemana arah pembicaraan mereka nantinya.

Selama Zia berganti pakaian Aslan mengecek hasil fotonya, terkadang berdiskusi dengan Abra, Kinoi dan Manager pemasaran.

Tangan Abra seskali menepuk pundak Aslan dan tersenyum dengan bangga padanya membuat Aslan tersenyum lebar.

"As ... loe tuh ya benar-benar ngeselin ..."

Semua yang sedang memperhatikan hasil jepretan Aslan dilayar komputer menoleh kearah pintu ruangan, Alaric berjalan masuk dengan wajah kesal melangkah cepat kearah Aslan.

Dengan santainya Aslan malah memutar kursinya menghadap Alaric tidak berniat untuk berdiri.

"Javir kan udah bilang loe harus kasih kabar tiga hari sebelumnya, gue harus kembali rombak jadwal kalau gini, kita juga belum kasih tahu Zia kalau hari ini ..."

"Loe cerewet" potong Aslan dengan santainya.

"Loe jangan seenak nya dong gue juga ..."

"Kalau gak karena geratisan, mana mau gue bawa barang banya begini sendirian."

Kalimat Alaric kembali terpotong karena keluahan Javir yang menggelegar satu studio. Javir masuk dengan membawa beberapa stel baju yang akan digunakan Alaric dan Zia dikedua tangannya.

Aslan memberi isyarat pada Kinoi untuk mengambil barang bawaan Javir agar tidak mendengar gerutuhan lanjutan Javir.

"Ini sebenarnya ada apa?" tanya Abra.

"Dia gak bilang mau melakukan photosoot hari ini dengan Zia, Je sudah bilang kalau ..."

"Gue lupa" porong Aslan dengan santainya memotong gerutuan Javir pada Abra.

"Gak loe pasti sengaja" seru Alaric, "gue harus atur jadwal gue gara-gara loe."

"Ya tingga atur ulang aja."

"Emangnya gampang ngatur jadwal gue yang padet?, gue udah ngatur pusing-pusing"

Alaric mengomel, sesekali Javir juga menimbrung membela Alaric sedangkan Aslan masih saja santai duduk menatap mereka bergantian.

"Minta bantuan aja sama Ar, dia kan pinter ngatur jadwal padat"

"Ogah" tolak Regan yang baru masuk.

Abra dan Sam hanya tersenyum simpul menatap mereka berempat yang mulai cekcok, mereka berdua sudah terbiasa melihat pertengkaran Regan, Aslan, Javir dan Alaric.

Tidak seperti Asisten perempuan Zia dan Manager Pemasaran yang tercengang menatap sosok tampan mereka berempat berkumpul, berdebat lalu tiba-tiba diam saling tatap tajam dan bubar sedetik kemudian.

Zia yang baru keluar dari ruang ganti tertegun sejenak melihat teman-teman Aslan sudah berada di ruangan itu.

"Hai Zian" sapa Regan menghampiri Zia dan memeluknya.

"Hai Ar" balas Zia.

Alaric berjalan mendekat dengan senyum lebarnya, merentangkan tangan hendak memeluk Zia juga seperti Regan barusan.

"Ayo cepat Al ... lo ganti baju sana, kerjaan gue diatas banyak" seru Aslan.

Alaric yang hendak memeluk Zia menoleh pada Aslan menatapnya tajam, mengerti kenapa Aslan begitu malah membuat Alaric tersenyum culas, memeluk Zia dan mengecup pipi Zia sebelum melangkah pergi, begitu juga dengan Javir yang melakukan hal yang sama.

Ketiganya sengaja membuat Asan jengkel, Aslan kesal meraih botol minuman Kinoi dan melemparnya pada mereka bertiga.

Regan tertawa ngakak, Zia yang tak mengerti mengerutkan kening sebelum langkah kan kakinya kembali bersiap untuk take foto.

^-^

"Seperti biasa, loe selalu sempurna jika menyangkut dia" ucap Regan yang berdiri dibelakang Aslan.

Tangan Aslan yang sedang menggerakkan mose terhenti sejenak, menoleh pada Regan dengan kening mengerut.

Regan tak menanggapi tatapan Aslan, dengan santai duduk disalah satu kursi yang tidak jauh dari tempat Aslan duduk.

Mereka baru saja selesai melakukan phoyoshoot, Alaric masih berganti pakaian dengan dibatu Javir di ruangan Waiting room.

"Terima kasih atas kerja samanya" ucap Zia sambil melangkah menghampiri mereka.

Zia, Asistennya, Javir dan Alaric secara bersamaan masuk kedalam ruangan studio.

"Sama-sama" jawab Kinoi dengan senyum lebarnya.

"Kita makan siang bareng ya Zi" ajak Regan, "udah lama gue gak ketemu loe."

Kursi Aslan langsung berputar menghadap Regan, mata Aslan bahkan menatap Regan penuh curiga.

Yang ditatap hanya balas menyengir dan kembali menatap Zia menunggu jawabannya.

Zia melirih pada semua teman Aslan satu persatu, lalu terpaku sebentar pada Aslan yang menatap Regan, sebelum mengangguk dengan semangat pada Regan menyetujui ajakannya.

"Ok ayo ... gue udah lapar" ucal Zia dengan semangat.

"Sip" Alaric merangkul pundak Zia dan mengajaknya berjalan keluar ruangan.

Aslan menendang kursi Regan, kursi yang diduduki Regan memiliki roda, sehingga Regan terdorong kebelakang dan berputar-putar, buaknnya marah Regan malah tertawa ngakak sebelum berlari menyusul Alaric dan Zia.

Javir menepuk pundak Aslan, "anak itu sepertinya butuh pengalihat setres dari Belda."

Aslan berdecak, "beresin nanti kirim ke email gue" ucap Aslan pada Kinoi.

Tangan Aslan dengan lincahnya mengeluarkan dompet Javir dari saku celana Javir, mengambil uang tiga ratus dan meletakkannya diatas meja depan kinoi. "Ajak yang lain makan siang, udahnya itu langsung balik studio."

Kembali Aslan memasukkan dompet Javir kesaku celana Javir, dan berjalan pergi menyusul yang lainnya.

Di lobby

Terlihat Alaric, Regan dan Zia menghentikan langkah mereka entah berbicara dengan siapa Aslan jadi penasaran dan memempercepat langkahnya dan Javir.

Kurang dari tiga langkah mendekati mereka, langkah Aslan terhenti. Tatapannya pertama kali tertuju pada Zia, bukan Helen yang berdiri berbicara dengan Alaric. Aslan lebih tertarik melihat ekpresi apa yang akan Zia tunjukkan saat melihat Helen tepat didepannya.

Sedangkan Javir terus melangkah berdiri disamping Regan meninggalkan Aslan yang masih terdiam.

Regan berbalik badan seakan memastikan Aslan berada dibelakangnya, "tuh dia tunagan loe yang loe cari" ucap Regan datar kembali melangkah diikuti yang lainnya.

Tatapan Aslan masih tertuju pada Zia yang kembali berbicara dengan Alaric dengan senyum dibibirnya dan tertawa kecil.

Dia tidak perduli

Aslan tersenyum kecut.

Pertemuan dengan Helen tidak membuat Zia sedih atau marah, tidak mungkin Zia tidak tahu jika perempuan yang mencarinya adalah Helen tunangannya. Lagi pula Regan terang-terangan mengatakan 'tuh dia tunagan loe yang loe cari pada Helen', tetapi Zia masih bisa tersenyum dan tertawa tampa menoleh kebelakang.

^-^

.

If you don't mind please leave a 👍Like and 💬Comment 

Because it means a lot to me  😇 

Thank you 😉 have a nice day 😄

Love You😘

Unik Muaaa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!