...Selamat Hari Senin 🔖 Vote jangan lupa 🥰...
.
.
.
Pagi-pagi Aslan sudah berada dirumah Ganendra membantu Ar mempersiapkan acara garden party di halaman belakang rumah sebagai pesta kecil-kecilan untuk memperingati ulang tahun Regan.
Regan belum datang, sehingga Aslan jadi jengkel sendiri. Pada hal Aslan sengaja berangkat pagi-pagi ingin bertanya perihal penghuni apartemen si pembalapa misterius itu.
"Kenapa?"
Tiba-tiba Ara datang berdiri disamping Aslan yang sedang duduk didekat pemanggang dwngan wajah kusutnya. Aslan berdiri mengambil baskom berisi daging yang akan dipanggang dari tangan Ara.
Tangan Ara tiba-tiba menarik baskop yang dia bawa tadi dari tangan Aslan kembali.
Kepala Aslan langsung menoleh, dia menatap Ara dengan kening mengerut tampa mengucapkan apapun.
Ara berdecak dan memukul lengan Asln cukup keras, "ditanya Bunda kenapa malah diem, kebiasaan" omel Ara.
Aslan menyengir kecil, "lagi bnyak bikiran Bun, jdi males ngomong" keluh Aslan sambil mengelus lengannya.
"Gak sopan As"
"Iya-iya maaf"
Ara mengusap lengan Asln lembut, "biar Bund yang manggang, kamu bantu Ayah jaga si kembar diar gak ngerecokin nanti kena bentak mereka."
Aslan melirik kearah Abra dan si kembar di dekat meja, Bilqis duduk diatas meja terus saja mengunyah makanan yang Abra dan Chaka tata di piring. Aslan tertawa melihatnya, begitu juga degan Ara.
Aslan melangkahkan kakinya dengan cepat mendekati mereka bertiga.
"Berhenti mengunyah ... kamu mau jadi gendut?" tanya Aslan menurunkan Bilqis dari atas meja.
Bilqis tertawa kecil menyodorkan kue ditangannya lalu merentangkan tangan minta gendong.
"Udah besar Bi" tegur Chaka memelototi Bilqis, "apa lagi kamu kan gendut."
"Ih ... aku gak gendut" rengek Bilqis dan berjalan pergi kearah gazebo meninggalkan Aslan yang sudah merentagkan tangan siap menggendongnya.
Mereka bertiga tertawa melihat Bilqis, tidak sengaja saat mereka tertawa Aslan melihat Regan berdiri di ambang pintu belakang rumah menatap kearah mereka semua.
Aslan tidak langsung menghampiri Regan meski dia sejak tadi tidak sabar menubggu kedatangannya, karena kalah cepat dengan Ara yang lebih dulu menghampiri Regan dengan nampan ditangannya sebelum Regan berjalan mendekat kearah Aslan.
"Bukannya kamu gak mau datang?, kenapa sekarang malah datang?" sindir Abra.
"Bunda yang nyuruh pakai ngancam-ngancam sega ..."
"Pria tidak bisa menggenggam perkataannya begitu" ucap Abra datar dan sangat pelan, namun sepertinya Regan dapat mendengarnya meski Abra kembali sibuk menata meja, "tidak bisa dipercaya" lanjut Abra.
Aslan tersenyum simpul mendengarnya, Regan dan Belda sedang ada masalah, dan sepertiya semua orang menatap sinis pada Regan. Kebiasaan keluarga Ganendra yang akan terang-terangan menunjukkan bersikap ketikan sukaan mereka secara gamblang.
"Maaf Belda telat ya Bun"
Tatapan mata Aslan teralih.
Terlihat dari kejauhan Belda menghampiri Ara, penampilan Belda tidak seperti kala terakhir mereka bertemu di cafe Gea, penampilannya kali ini tampak fresh dan cantik.
"Belda potong rambut" ucap Aslan, beralih melihat reaksi sahabatnya itu.
"Itu lebih cocok dengannya, terlihat dewasa" sahut Abra setelah melirik penampilan Belda.
Mencoba sok sibuk, Regan mengambil beberapa kue untuk diberikan pada Bilqis yang duduk gazebo. Aslan mengikutinya dari belakang, dia harus menyelesaikan tujuannya menemui Regan.
"Loe belum selesai cari yang gue minta?" tanya Aslan berdiri disamping Regan duduk.
"Menurut loe?"
Regan malah baik tanya tampa mengalihkan tatapannya pada Belda, Aslan berdecak kesal mendengar nada bicara Regan yang terkesan cuek.
"Gak mungkin loe belum ..."
"Emang" potong Regan santai tampa merasa bersalah..
Tangan Aslan berkacak pinggang menatap Regan nyalang, mood Aslan yang sudah amburadul sejak semalam jadi semakin hancur mendengarnya.
"Terus kenapa loe gak langsung bilang ke gue kalau ..."
"Sengaja"
Lagi-lagi Regan memotong kalimat Aslan, tapi kali ini Regan menoleh kearahnya dengan tatapan malas dan jengkel.
"Malam itu saat loe nemuin gue di rumah sakit, gue langsung meriksa cctv apart itu dan ternyata ada dia."
Aslan mengerutkan kening tak mengerti.
"Gue gak bodoh kayak loe sampek cari nama semua penghuni apart itu, liat cctv di lift sebelum loe nemui gue, pekerjaan selesai." Regan berdiri dari duduknya, "itu memang Zian ... As" sangat santai melanjutkan perkataannya.
Aslan hendak mengatakan sesuatu tetapi urung kala mendengar gemuruhan suara petir di langit.
Regan menepuk pundak Aslan pelan, "ingat loe sekarang sudah punya tunangan. Itu salah satu alasan gue gak ngasih tahu loe," ucap Regan datar dengan tatapan matanya yang begitu tajam menatap Aslan.
"Boleh gue minta cctv ..."
"Udah" potong Regan lagi, "cukup lo tahu aja dia di sana."
Gerimis mulai turun, semua dengan cepat membereskam barang-barang dan berlari kecil masuk kedalam rumah.
Regan berlari membantu Ara dan yang lainnya, Aslan masih terdiam ditempatnya menatap kosong kedepan dengan tangan mengepal.
Dia tersadar kala tangan kecil Bilqis menarik-narik celananya, Aslan tersenyum simpul dan menggendongnya berlari masuk kedalam rumah.
Setelah mendudukkan Bilqis di sofa ruang keluarga, Aslan mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan mengirim pesan pada Kinoi melalui nomor lain seperti biasa.
Besok malam
Usahakan pembalap misterius itu datang
Harus
Ya, tujuan Aslan hanya ingin memancing Zia kembali keluar dan menghentikan aksi gila perempuan itu malam ini juga.
Kerena tidak mungkin bagi Aslan langsung menghampiri Zi ke apartemennya dan melarangnya ikut balapan lagi, setidaknya nanti malam dia akan memberi pelajaran dan membuat nyali Zia ciut untuk kembali ikut balapan liar.
Meski sebenarnya dia ingin malam ini juga menghentikan Zia, tetapi dia tidak mungin meninggalkan pesta ulang tahun Regan.
^-^
Matahari sudah mulai terik, sarapan sudah selesai tiga jam lalu.
Di sofa panjang ruang tamu, Regan masih tidur sejak tadi belun juga bangun. Ara yang biasanya akan mengomel jika jam segini masih ada anak-anak yang tidur, malah memerintahkan semua untuk tidak berisik agar Regan tidak terbangun.
Sedangkan di lantai dua, semua berjejer menatap kebawah dimana Regan tidur. Si Kembar Bilis dan Chaka, Aslan, Mela dan Gea yang masih berada dirumah Ganendra berdiri di rolling pembatas.
"Mereka putus?" tanya Aslan entah pada siapa.
"Gak tahu" Gea yang menjawabnya.
Mela menoleh pada Gea, "bukannya kamu tadi yang nemenin dia ke bandara?."
"Memang, tapi gue gak denger mereka bilang putus atau selesai."
"Berarti gak putus" celetuk Bilqis.
Gea dan Mela langsung mengangguk menyetujui apa yang diucapkan Bilqis barusan.
"Tetap saja tidak, hubungan mereka jelas" sahut Chaka.
Semua menoleh pada Chaka yang dengan santainya membalas tatapan mereka semua sebelum balik badan dan pergi begitu saja.
Dari sekian banyak orang hanya Chaka yang tidak suka saat Regan bersama dengan Belda, Aslan melihat keposesifan dalam diri anak itu pada Belda.
"Mas Aslan ada Mbak Helen didepan"
Semua yang masih berdiri diponggir rolling pembatas menoleh kesamping, Mbok Min ternyata sudah berdiri tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Helen?" tanya Aslan mencoba memastikan apa yang dia dengar.
"Iya Mas, sekarang Mbak Helennya nunggu didepan" ulang Mbok Min.
Aslan berjalan dengan cepat menuruni tangga, langkahnya begitu lebar bahkan terkadang berlari kecil.
Hampir satu minggu Aslan tidak menemuinya, mereka hanya sekedar chat dan menelfon sebentar karena kesibukan Aslan beberapa hari ini. Kesibukan kantor dan lebih didominasi oleh kesibukan memastikan sosok Pembalap Misterius itu adalah Zia.
Di kursi depan teras rumah Ganendra Helen duduk menatap ketaman depan dengan tatapan kosong.
Beberapa kali Aslan menghembuskan nafas sebelum melangkahkan kakinya mendekati Helen.
"Pagi" sapa Aslan.
Helen menoleh kesamping dan tersenyum simpul, Helen berdiri melangkah mendekati Aslan hingga menyisahkan jarak tiga langkah dan menatap Aslan dalam.
"Kemarin ada pesta keluarga ya?" tanya Helen tetap dengan senyum segarisnya.
Aslan melirik kelain arah sejenak sebelum mengangguk membenarkan, "iya" jawabnya singkat.
"Aku lihat di Insta story Alaric, sepertinya kemarin sore sebelum hujan ya?, memangnya ada pesta apa?."
"Bukan pesta, hanya kumpul-kumpul BBQ biasa sekeluarga dan teman-teman Regan."
Wajah Helen langsung cemberut menatap Aslan sedih, "terus kenap aku gak di undang?" Cicit Helen.
Aslan tersenyum simpul sebelum mengatakan sesuatu yang tiba-tiba membjatnya bunhkam.
"Sebenarnya kalian, terutama kamu menganggap aku apa?, kalian ... " kalimat Helen menggantung menghela nfas dalam sebelum melanjutkan, "kamu dan keluargamu menganggapku apa?" tatapan kecewa terlihat jelas disorot mata Helen.
Kening Aslan mengerut menatap Helen tajam, "apa maksudmu?" desisnya dalam.
Senyum di bibir Helen semakin lebar, namun tatapan matanya begitu dingin menatap Aslan. "Kamu sudah memiliki tunangan yang artinya akan menjadi salah satu bagian dari keluarga kamu, keuarga kalian. Seharusnya kamu atau mereka ngundang aku disetiap cara yang kalian adakan, atau meski hanya sekedar berkumpul, agar aku tambah deket dengan kamu dan mereka. Meski kamu bukan anak kandung tapi kamu orang yang telah mereka anggap anak, mereka anggap keluarga, sepatutnya kamu dan mereka juga ..."
"Stop it ..." desis Aslan dengan suara rendah.
"Kenapa?" tanya Helen dengan nada meninggi seakan menantang, "apa perkataanku salah?, aku hanya mengutarakan apa yang aku rasakan. Kita sudah dua bulan bertunangan, sampai kapan aku harus memberimu waktu untuk menyesuaikan diri dengan status hubungan kita yang menurutmu tiba-tiba ini?" Helen terlihat kehilangan kontrol.
Aslan tidak menanggapi apapun, tangannya mengepal dan menatap tajam pada Helen.
"Sampai kapan aku nunggu kamu cinta sama aku ?, sedangkan kamu seakan tidak memberi waktu untuk kita bersama dan saling kenal. Ada acara pesta seperti kemarin saja kamu tidak mengundangku."
Kaki Aslan melangkah selangkah semakin mengikis jarak diantara mereka, "kamu sendiri sudah tahu aku bukan anak kandung mereka, aku hanya orang yang mereka anggap anak. Lalu apa aku mempunyai hak untuk mengundangmu?, sedangkan acara kemarin bukan acaraku tapi acara mereka."
"Tapi aku ..."
"Ya!" potong Aslan tegas, "kamu adalah tunanganku, aku sudah memiliki tunangan. Tetapi sampai kapanpun aku bukan salah satu anak kandung mereka, jadi aku dan kamu harus tahu menepatkan diri. Lalu apa seorang anak angkat bisa seenaknya membawa seseorang yang tidak mereka undang?. Kamu sudah tahu dnegan jelas posisiku, lalu apa aku perlu memperjels kedudukanku dan apa yang ..."
"As"
Panggilan lembut dan sentuhan lembut dilengannya berhasil menghentikan kalimat penuh emosi Aslan seketikan.
Tampa menolehpun Aslan tahu siap yng memanggilnya barusan, Ara pasti sudah mendengar perkataannya barusan.
"Helen, saya minta maaf" ucap Ara lembut.
Kepala Aslan langsung menoleh pada Ara terkejut, "Bunda" tegurnya tak terima mendengar Ara meminta maaf pada Helen.
Ara menoleh pada Aslan dan tersenyum kecil, "bisa bunda bicara dengan Helen?" tanya Ara lembut.
"Bun ini uru ..."
"I know" potong Ara tegas, "tapi aku adalah Bundamu" lanjutnya penuh tekanan, "Ar ajak As masuk" perintah Ara pada Regan tampa memutuskan tataoan tajamnya pada Aslan.
Lengan Regan membelit leher Aslan dan menarik paksa Aslan masuk kedalam rumah.
Ara membangunkan Regn di ruang tamu, tidak sengaja mendengar suara Helen diluar, Ara hendak meminta Aslan membawa Helen untuk masuk. Tetapi langkahnya terhenti diambang pintu, membuat Regan penasaran berdiri dan berjalan menghampiri Ara sehingga tidak sengaja mereka mendengar percakapan Aslan dan Helen.
Sebelum Aslan marah pada Helen lebih jauh lagi, Ara lebih dulu keluar dari rumah mendahului Regan yang masih ragu untuk melangkahkan kaki.
"Loe terlalu sibuk mikirin Zia" ucap Regan menghentikan gerakan Aslan yang hendak duduk di sofa ruang tamu, "hingga loe lupa udah punya tunangan."
Aslan tidak menanggapi, dia menyandarkan punggungnya kesandaran sofa menatap kosong kelangit-langit rumah.
"Perkataan Helen yang meluapkan kekecewaannya sebenarnya tidak salah, tapi Helen juga udah kelewatan sampai bawa status-status segala" Regan duduk disamping Aslan, "gue udah peringatin loe sebelum loe tunangan dengan Helen, dan bahkan setelahnya bukan."
Aslan tidak menyahut, Dia tetap diam.
Dianggap Anak
Kenapa kata itu harus terlontar dari mulut Helen?.
Kenapa kata-kata yang sangat dibencinya harus terlontar dsri mulut tunangannya?.
*Tunangan ...
Helen Tunanganya* ...
Lalu setelahnya bagaimana Aslan akan bersikap pada Helen?.
Kata-kata itu selalu berhasil menyakitinya, maka ini akan semakin sulit bagi Aslan untuk membuka hatinya pada Helen.
^-^
.
Maaf baru muncul 🙏
Gara-gara susah lulus reviwe Author jadi males 😔 pada hal gak ada unsur vulgar, politik apalagi plagiat 😩
Tiap update harus rombak nulis dua sampai tiga kali sampek merasa feelnya kadang kurang dapet 😭
Mohon maaf ya Reader 🙏
Yang nunggu updatean As I Love You klik 👍 Like dong ...
Terima kasig sudah mampir 😇
Love you 😘
Unik Muaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Rahayu
lanjut...
2022-05-17
0
Nyra Chayank ArfaGus
tetap semangat ya....😘😘
2022-05-17
1