...Selamat mengawali awal minggu...
...Sebelum baca Author ingatkan...
...Jangan lupa 🔖Vote 👍 Like ya Reader 🥰...
...^-^ ^-^ ^-^...
.
.
.
.
.
Topeng kebahagiaan sudah Aslan pasang dengan sempurna malam ini, senyum dibibir Aslan terukir dibibirnya tidak pernah luntur dari wajahnya sejak dia masuk kedalam ballroom hotel tempat digelarnya pesta pertunangannya dan Helen.
Sejak tiga puluh menit yang lalu Aslan mencari keberadaan Regan dan kedua temannya Javir dan Alaric. Mereka bertiga belum jug datang, membuat Aslan merasa tidak dianggap untuk pertama kalinya setelah sepuluh tahun hidup bersama mereka bertiga.
"Bunda anak-anak mana?" tanya Aslan berjalan mendekati Ara dan Abra.
Ara hanya mengangkat bahunya cuex tetap dengan senyum yang terukir di bibirnya, terlihat Ara masih enggak berbicara dengannya sejak pertemuan keluargabmalam itu.
Aslan tersenyum segaris, menahan kekecewaannya. Aslan sadar jika mereka bertiga, Abra dan Ara kecewa dengan keputusannya, tetapi bukankah seharusnya merek menghargai keputusannya dan datang dipesta pertunangannya meski hanya sekedar menyetor muka.
"Mereka pasti datang kok As"
Aslan menoleh kesumber suara, ternyata Almera Mafazah teman Regan yang akrab dipanggil Mela oleh mereka semua.
"Lo dateng sendiri?" tanya Aslan membalas uluran tangan Mela.
"Iya" jawab Mela dengan senyum lebarnya, "selamat semoga langgeng sampek nikahan ya."
Aslan tersenyum sambil mengangguk.
"Tuh mereka dateng kan" Mela menunjuk kearah pintu masuk ballroom.
Terlihat Alaric dan Javir masuk bersama, beberapa orang menatap kearah merkea berdua. Selain terlambat, siapa yang akan melewatkan sosok artis dan model international yang sering berkelebat dilayar televisi Indonesia. Terlebih Javir juga memiliki wajah yang bisa dibilang cukup mengimbangi Alaric.
Aslan menghela nafas lega berjalan dengan cepat menghampiri mereka, setidaknya kehadiran mereka bisa mengurangi tekanan bathinnya.
"Gie kira kalian gak bakalan dateng" ucap Aslan setelah berdiri didepan keduanya.
Javir menatapnya datar tidak berniat merespon ucapan Aslan.
Sedangkan Alaric berdecak menatap Aslan dengan tatapan malas, "mana bisa kita kehilangan moment bisa ngeliat lo sok bahagia di pesta bul***t lo."
"Bukannya menyenangkan ngeliat lo tersiksa karena kebodohan lo?" timpal Javir.
Aslan tertawa kecil mendengar perkataan mereka yang menusuk.
Wajah dingin Javir dan Alaric tiba-tiba berubah, mereka berdua tersenyum lebar kearah belakang Aslan membuat Aslan penasaran menolehkan kepala, ternyata Helen sedang berjalan kearah mereka.
"Cantik sih ... tapi entah kenapa gue kurang suka" desis Javir lirih sebeum menjulurkan tangannya pada Helen yang sudah menghentikan langkahnya didekat Aslan. "Hei selamat ya ..." ucap Javir dengan riang menunjukkan kebahagiaannya.
"Terima kasih" ucap Helen menyambut uluran tangan Javir.
Alaric sendiri hanya tersenyum segaris dengan kedua tangan masuk kedalam saku celananya. Alaric dan Regan dua orang yang tidak suka menyembunyikan perasaannya, jika mereka tidak suka akan sesuatu maka akan sulit untuk menutupinya, begitupun sebaliknya jika mereka mulai menyukai sesuatu.
Dret ...
Ponsel Aslan bergetar.
Aslan mengeluarkan ponselnya, ada panggilan dari nomora tak dikenal membuatnua menerutkan kening.
"Halo" sapa Aslan.
"Halo mas, ini Mas Aslan ya?, saya ojek online mau mengantar paket."
Kening Aslan semakin mengerut dalam, "paket?" tanya Aslan memastikan sekali lagi.
"Iya mas, ini paket dari Una untuk Aslan" jawab mas Ojol. "Alamatnya hotel ini tapi saya gak boleh masuk sama pihak hotel, bisa minta tolong ke lobby mas, karena saya mau narik lagi ini."
"Ya udah mas saya kesana sekarang tunggu bentar." Aslan memutuskan komunikasi begitu saja.
Baru dia sadari jika Alaric, Javie bahkan Helen menatap kearahnya dengan tatapan penasaran mereka.
"Aku lobby dulu ambil paket ya" pamit Aslan pada Helan.
Kepala Helen mengangguk pelan.
"Paket?" tanya Alaric.
Aslan kembali menoleh menatap Alaric, "iya ... kalian nikmatin aja dulu makanannya."
Sepanjang perjalannya menuju lobby hotel, otak Aslan serasa berputar keras berfikir siapa yang mengirim paket ladanya. Una?, Aslan tidak mengingat siapa Una.
^-^
"terima kasih pak"
Aslan berbalik hendak kembali masuk kedalam hotel menuju ballroom tetapi langkahnya terhenti kala tangannya tidak sengaja menyenteh sesuatu yang terbungus kertas.
Gelang ini adalah Gelang pemberian Aslan pada Zia sebagai hadiah karena Zia berhasil mengikuti peragaan busana yang cukup terkenal di Indonesia untuk pertama kalinya. Gealang yang Zia pilih sendiri padahal zodiak Zia bukan Leo.
Brak ...
"Woy ... siapa"
Benda jatuh sekaligus teriakan dari lobby menarik perhatian Aslan dari bungkusan majalah ditangannya.
Seseorang berjaket berlari menuju motor terparkir didepan lobby hotel dikejar beberapa scurity sebelum menarik gas pergi begitu saja.
Aslan terdiam serasa mengenali orang itu.
Tatapan Aslan teralih pada para karyawan hotel yang sedang membereskan rangakian bungan dan benner yang terdapat namanya dan Helen berjatuhan dan berantakan.
Mungkin pria itu kesenggol hingga menjatuhkan semua.
Aslan berpikir positif saja.
Kembali Aslan menatap gelang ditanganya, hanya dibungkus kertas sobekan majalah, tidak seperti dua kotak yang lainnya yang terlihat rapi dan mewah didalam paper bag yang dia terima dari ojol tadi.
Tampa membaca siapa pengirimnya Aslan bisa tahu jika Zia yang mengirimnya bukan Una. Perempuan itu tahu dia bertuangan malam ini, dan dia mengembalikan pemberiannya yang Aslan pikir gelang pemberiannya ini sudah rusak atau Zia buang karena hanya gelang murahan dua puluh ribuan.
Aslan mengeluarkan kotan bersar terlebih dahulu bertulisan Dari keluargamu di Malang dan memilih tidak membukanya. Tetapi saat mengeluarkan kotak kecil bertulisan For My Aunty dengan gambar love yang ditulis berkali-kali, yang Aslan yakini pasti pemberian Zia membuat Aslan penasaran dan membukanya.
Kalung?
Aslan terdiam, Zia memberikan Helen kalung?.
Tidak ambil pusing, Aslan kembali memasukkan semuanya dalam paper bag dan kembali berjalan masuk kedalam ballroom hotel.
Regan yang sudah ada didalam ballroom berjalan menghampirinya, Aslan tidak banyak bicara saat Regan mengambil paper bag darintangannya, dia malah memberinya dan berjalan melewati Regan begitu saja untuk menghampiri tamu yang Helen ajak berbincang.
Sampai acara pertunangan tukar cincin selesai, meski raut wajah Aslan memasang topeng bahagia penuh senyuman. Otak Aslan terus saja berputar menebak-nebak apa maksud dari kaluang bertulisan Freedoom Forever pemberian Zia.
"Selamat malam semua".
Suara Regan menarik seluruh atensi Aslan menatap pada Regan yang sudah berdiri diatas panggung sengan sneyim lebarnya menatap kearahnya.
"Bro, maaf gue gak mau kalah" ucap Regan mengangkat tangan tetap menatapny.
Aslan yang melihatnya hanya bisa tersenyum, Regan pasti akan melakukan hal gila kali ini, Karena tidak biasanya Regan membuat dirinya sendiri menjadi pusat perhatian banyak orang.
Regan menatap keseluruh isi ruangan ballroom berakhir dengan menatap tajam pada Belda. Aslan tertawa kecil mulai paham kenapa Regan melakukan hal yang tidak dia sukai.
"Malam ini dia mengatakan saya posesif" ucap Regan tergelak kecil, kembali menatap lurus kedepan.
Beberapa orang yang berada diruangan itu ikut tertawa mendengarnya, tidak terkecuali Aslan dan Helen yang merangkul lengan Aslan.
"Dan dia sepertinya sengaja membuat saya cemburu malam ini, karena sebelum kesini saya membuatnya kesal."
Ah ... Aslan sedang kesal sepertinya, mangkanya dia tidak bisa mengontrol dirinya. Aslan menoleh kearah tatapan mata Regan mencari sosok Belda, ingin tahu apa yang sebenarnya dilakukan Belda hingga Regan seperi sekarang.
Belda bersembunyi dibelakang dua orang pria yang tidak Aslan kenal, mungkin mereka tamu undangan dari pihak Anggara, pantas saja jika Regan seperti sekarang.
"Jadi agar saya tidak merasa cemburu lagi, saya harus mengumumkan jika dia milik saya pada kalian semua" Regan mengulum bibirnya, "dan selamat kamu berhasil membalaskan dendam kekesalanmu padaku."
Kembali seisi ballroom tertawa mendengar ucapan Regan yang seakan curhat didepan mereka semua tampa malu.
" Hei Quela Belda ..."
Kali ini Regan mengucapkan nama Belda secara langsung, tidak lagi menyindir-nyindir seperti sebelumnya.
"Mau menikah denganku?"
Aslan tersenyum simpul mendengarnya, khas seorang Regan Ganendra yang tidak suka basa basi. Terlihat wajah Regan mengetat, dia mentembunyikan kegugupannya. Hanya beberpa orang yang mengerti perubahan Regan, dan Aslan salah satu diantaranya.
Melihat Regan yang begitu berani dengan tatapan mata tajam menyorot Belda benuh dengan kesungguhan dan cinta membuat senyum Aslan perlahan memudar.
Tidak bisa dipungkiri Aslan iri pada Regan benar-benar iri melihat Regan bahagia mengumumkan cintanya pada Belda didepan semua orang.
Sedangkan dirinya?
Sejak dulu dia harus menyembunyikan apa yang dia rasakan pada sosok Zianka Valeri, perempuan yang dia cintai, perempuan yang dia fikir keponakannya, perempuan yang tidak akan bisa Aslan raih.
Dulu di balik topeng kata keponakan bisa membuat Aslan begitu dekat dengan Zia, membebaskan Aslan mengelus rambutnya menunjukkan perasaan sayangannya, memeluk Zia dengan segenap hati. Tapi semenjak semua terbongkar siapa dirinya, menatap mata Zia dia tidak mampu, kylit mereka bersentuhan sedetikpun serasa tersengat berpon-pon listrik.
Dan yang membuatnya perlahan memutuskan menjauh kala Ayah Zia, Firdaus secara gambalng mengatakan ...
"Sampai kapanpun aku tidak akan merestui kalian, lebih baik selamanya kamu menjadi adikku dari pada menantu!."
Lalu dengan jahatnya Aslan menyakiti perasaan Zia setelah perempuan itu mengatakan ...
"Aku tahu Uncle bukan Uncle kandungku, aku juga tahu perasaan Uncle padaku, begitu juga sebaliknya bukan?, Uncle juga tahu perasaanku pada Uncle. Jadi ... ayo jadi sepasang kekasih."
Perempuan itu mengatakannya dengan wajah polosnya, pipi yang bersemu merah menatap Aslan dnegan mata berbinar penuh harap.
Tetapi Aslan dengan pintarnya menutup wajahnya dengan topeng jahat menyakiti hati Zia dengan perkataan menyakitkan.
"Tidak ... aku tidak memiliki perasaan apapun padamu. Aku juga tidak tahu perasaanmu seperti apa, yang aku tahu kamu hanya anak merepotkan yang segala sesuatu perlu bantuanku, dan mengekoriku kemanapun membuatku risih."
Hanya karena ingin membalas budi keluarga yang sudah mengasuhnya dari kecil, dia menyakiti perempuan yang dirinya cintai.
Aslan ingin seperti Regan dan Abra yang selalu menunjukkan cintanya pada pasangan mereka dimanapun, kapanpun dan sesuka hati. Aslan ingin seperti yang lainnya bebas mengatakan cinta, Aslan ingin bebas ... bebas dari perasaan yang mengekangnya bebas selamanya ... Freedom fo ...
Kembali Aslan mengingat tulisan di kalung yang Zia berikan tadi, Freedom Forever.
Apa maksud dari tulisan itu adalah Zia membebaskan perasaannya pada Aslan untuk selamanya?.
Jika iya, maka semua benar-benar berakhir seperti yang dia ucapkan waktu itu.
Berakhir ...
Aslan tersenyum getir, tangannya masuk kedalam saku celananya, menggenggam erat gelang pemberiannya pada Zia yangbperempuan itu kembalikan.
^-^
Mobil Aslan sudah berhenti tetap didepan rumah Helen, tetapi, tangan kirinya masih saja Helen genggam dengan erat sejak mereka masuk kedalam mobil meninggalkan pekarangan hotel.
"Terima kasih" ucap helen lembut.
Sudah beberapa kali Helen mengucapkan terima kasih padanya, sudah beberapa kali Helen mengucapkan dia bahagia, tapi balasan dari semua ungkapan itu hanya Aslan balas dengan senyum lebarnya.
"Aku akhirnya bisa menggenggam tangan ini" ucap Helen menatap tangan menreka yang bertautan.
"Terus gak akan kamu lepas meski sudah sampai depan rumah kamu?" tanya Aslan terkekeh kecil.
Helen merengut mengangkat wajahnya menatap Aslan dengan tatapan sedih, "maunya sih enggak" ungkapnya lirih.
Aslan terkekeh kecil, menarik tangannya dari genggaman tangan Helen dan menggenggam tangan Helen lembut. "Udah malem sana tidur" ucap Aslan.
Kali ini Helen yang terkekeh, mencium pipi Aslan dengan cepat sebeljm keluar mobil dan berlari masuk kedalm rumah.
Wajah bahagia, senyum yang lebar pudar seketika. Topeng yang Aslan gunakan sudah hilang entah kemana.
Aslan melirik kaca spion mobilnya, melihat paperbag dijok belakang dengan tatapan dingin. Aslan tidak memberikan kalung pemberian Zia pada Helen.
Tangannya mengepal menahan sesak ingin berteriak dan marah entah pada siapa, kesal ....
Zia tidak salah ...
Dia yang salah ...
*Gue yang berengsek
Bang**t* ....
^-^
.
As I Love You masih bisa dibaca terpisah dari dua cerita Author sebelumnya ...
Hanya saja cerita Aslan yang terselip-selip di novel One More Chance dan Only you secara jelas akan Author jabarkan disini 🥰
Terima kasih sudah baca 😇 Author ingatkan lagi mohon untuk jangan lupa tinggalkan jejak kalian semua demgan klik👍Like dan 💬Comment sebelum hengkang dari Bab ini 🤗 Tolong hargai karya Author 🙏
Terima kasih 😍
Love you 😘
Unik Muaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments