Teman Bicara

...Maaf jika update telat, karena gak lulus-lulus reviwe Author gak tahu apa yang salah 😩...

...^-^ ^-^ ^-^...

.

.

.

.

.

Tangan Helen melingkari lengan Aslan, mereka sedang berada di pusat pembelanjaan untuk menonton bioskop. Helen terlihat sangat antusias saat Aslan menghubunginya tadi.

Aslan menghubungi Helen dan mengajaknya nonton bukan tampa sebab, tapi karena ingin menunjukkan seberapa di serius dengan Helen pada Regan dan temannya yang lain yang selalu menyindirnya.

"Kita mau nonton apa?" tanya Helen mendongakkan kepalana menatap Aslan dengan senyum.

"Terserah kamu maunya apa" jawab Aslan.

Helen mengangguk antusias berjalan membeli tiket membiarkan Aslan berdiri menunggunya.

Kepala Aslan menoleh kekanan dan kekiri memastikan jika ketig temannya tidak mengikutinya, meski tahu wlaupin mereka tidak berada disekitarnya, Javir maupun Regan pasti tahu dimana posisinya sekarang

Tepat saat Aslan henkan kembai melihat pada Helan, ekor matanya menangkap sesuatu dan secara tiba-tiba membjatnya terpaku pada sosok perempuan yang berjalan dengan seorang pria disampingnya, Zia dan Orion. Meski memakai masker dan topi Aslan masih bisa mengenalnya.

"Adanya film action"

Terdengar gerutuhan Helen, Aslan dengan cepat menoleh pada Helen. "Terus gimana gak jadi nontonnya?, atau mau makan-makan aja?."

Kepala Helen menggeleng dan mengangkat tanganya yang memegang tiket masuk dengan wajah cemberut, Aslan tertawa kecil meraih tangan Helen dan menariknya agar mereka cepat-cepat masuk kedalam bioskop.

F enam dan tujuh, kursi tempat duduk mereka

Aslan mempersilahkan Helen untuk masuk dan duduk, sedangkan dia memilih duduk di pinggir saja. Merasa diperhatikan Aslan menoleh kebelakang sebelum duduk, ternyata Zia dan Orion duduk tepat dibelakangnya dan Helen.

Kembali mereka berdua sok tidak kenal, hanya saling tatap beberapa detik dan duduk dengan tenang.

Selama film diputar telinga Aslan seakn tuli tidak mendengar suara dari film yang di tontonnya, dia lebih fokus pada suara Zia dan Orion yang terkadang sedang membahas film yang mereka tonton, atu bahkan terkekeh entah apa yang mereka berdua tertawakan.

Tiba-tiba lengan Aslan ada yang menyentuh, membuat fokus Aslan teralih kesamping.

"Aku ngantuk" ucap Helen lirih.

Aslan tersenyum menggenggam tangan Helen lembut mendekatkan kepalanya untuk berbisik. "Tidur aja, nanti aku bangunin" ucap Aslan lembut.

Brak ...

Tubuh Aslan seakan terdorong kedepan hampir saja terjatuh, tangannya yang menggenggam tangan Helen sampai terlepas.

Seseorang mendang sandaran kursinya dari belakang.

"Oh ... maaf" ucap Zia dengan mimik wajah yang sok menyesal menatap Aslan lalu beralih pada Helen. "Terlalu terbawa suasana jadi ikut ikutan nendang, maaf ya mbak mas."

Yupz ... Zia baru saja menendang sandaran kursi Aslan, yang sangat Aslan yakini perempuan itu memang sengaja melakukannya.

"Kamu ini ..." tegur Orion.

Zia kembali duduk menyandar pada sandaran kursinya, menoleh pada Orion sambil mengedip-ngedipkan matanya membuat Orion tergelak.

Sebelum Aslan kembali duduk dengan benar dia melihat Orion mengelus punggung tangan Zia dan mengaitkan jemari mereka berdua.

Rahang Aslan mengeras!.

^-^

Setelah menonton Helen terburu-buru keluar terlebih dulu karena ada telephone dari Papanya. Aslan yang tidak suka berdesakan memilih diam menunggu semua penonton keluar dan bisa berjalan leluasa.

Baru saja dia berdiri dari kursinya, Zia dan Orion melewatinya turun lebih dulu.

Aslan menghela nafas pasrah saja berjalan dibelakang mereka, langkah Aslan terhenti saat Zia dan Orion berhenti melangkahkah.

Zia berbisik pada Orion sebelum berlari kecil menuju toilet, tangan Aslan mengepal melihat kedekatan mereka.

Bukannya kembali melangkahkan kaki keluar seperti Orion, Aslan masih berdiri seakan membatu didepan toilet yang tidak jauh darinya.

Satu persatu orang yang ketoilet keluar, Zia belum juga keluar, kebiasaan Zia yang selalu lama di toilet membuat Aslan memiih berdiri di pintu masuk toilet pria bersebelahan dengan pintu toilet wanita entah dengan alasan apa.

Tepat saat melihat Zia keluar dari toilet wanita, Aslan menarik lengan Zia masuk kedalam salah satu bilik di toilet pria.

Ruangan yang sempit mengharuskan mereka berdiri berhadapan dengan jarak yang cukup dekat.

"Apa kamu sengaja mau membuatku cemburu?" Tuding Aslan.

Zia yang mendengarnya hanya mengerutkan kening tidak menjawab.

"Kamu sengaja menendang sandaran kursiku karena cemburu?."

Zia tetap terdiam, perlahan kedua sudut bibirnya tertarik.

Aslan yang melihatnya menatap Zia dengan tatapan heran.

Perlahan tangan Ziz terangkat menyentuh pipi Aslan, "hai uncel" sapa Zia sangat lirih.

Terdapat getaran dalam suaranya, dan pada detik itu juga segala hal emosi dalam diri Aslan seakan luntur seketika.

Mata Zia yabg menataonya dengan mata berbinar sangat menyejukkan hatinya, terlebih posisi merek yang dekat sangat memungkinkan untuk Aslan menyelam pada mata coklat Zia.

"Aku tidak berniat sama sekali membuatmu cemburu" ucap Zia lirih, "tetapi selamat ... segala tindakan kecilmu padanya berhasil membuatku cemburu."

Zia mendorong dada Aslan pelan untuk menjauh darinya, tangannya meraih gagang pintu disampingnya dan membuka pintu kubel toilet perlahan tampa memutuskan tautan mata mereka sebelum Zia keluar dari sana.

Aslan masih terpaku ditempatnya berdiri, Zia terlihat sangat tenang tidak seperti dulu.

Niat ingin memarahi Zia malah berbalik membuatnya bungkam seribu bahasa.

^-^

Selesai mengantar Helen, Aslan langsung meluncur ke Blue Heaven club untuk menenangkan diri.

Jam sudah menunjukkan jam sebelas lewat, tetpi aslan tidak perduli dengan halotu, meski besok pagi di hrus masuk kantor.

Aslan memutuskan untuk ke Blue Heven cub sendirian tidak mungkin dia mengajak Kinoi dan teman-temannya untuk balapan, terlebih arah rumah Helen dan tempat motornya yang berada di Raja Throne hotel sangat berlawann arah, yang ada dia harus bolek balik dulu.

Diatas stage ada seorang Dj Qiun Bee, dia adalah Quela Belda, pacar Regan. Entah kenapa Regan selalu uring-uringan akhir-akhir ini, yang pastinya tidak lain dan tidak mungkin pasti karena perempuan itu.

Aslan hanya duduk didepan bartender, menatap Belda yang terlihat sangat bahagia diatas sana, bahkan beberapa pengunjung juga terlihat senang di dance floor, tetapi tidak dengan Aslan meski musik yang dibawakan Belda cukup nyaman didengar telinganya.

Musik perlahan mulai mengecil, terlihat Belda sudah selesai perfom turun dari stage. Tangan Aslan melambai-lambai agar Belda melihatnya dan untung saja perempuan itu menoleh kearah bartender dan tidak sengaja tatapan mereka bertemu, Belda membalas lambaian tangan Aslan dan berjalan mendekat dengan senyum dibibirnya.

"Hai ... dengan siapa kesini?" tanya Belda setelah berdiri didekat Aslan.

Kepala Belda meoleh kekanan dan kekiri, Aslan yang paham Belda mencari Regan tersenyum simpul.

"Ar gak ikut, gue sendirian" ucap Aslan.

Belda langsung menghela nafas kecewa dan duduk dikursi dekat Aslan. "Tumben lo sendirian kesini ada masalah?" tanya Belda.

Kepala Aslan mengguk.

"Masalah Helen dan Zia?."

Kening Aslan langsung mengerut menatap Belda dengan senyum segarisnya.

Belda tertawa melihatnya, "lo tahu kan, adek lo itu selalu bercerita segalanya dan menggurutu segala hal sama gue. Jadi jangan heran kalau gue juga tahu masalah Zia."

"Dia cerita apa aja?."

"Banyak, dia bercerita masa kecil kalian juga, Zia dan Sean kembaran Zia" jawab Belda. "Dia gak ngomong sama lo, karena kecewa sama keputusan lo tunangan dengan orang yang gak lo cintai. Tapi semua yang ingin dia ungkapkan pada lo selalu dia utarana ke gue, dia gak mau ngomong sama lo karena takut marah lagi dan kalian nanti bertengkar."

Aslan tersenyum mendengarnya, Regan ternyata tidak seperti apa yang Aslan pikirkan, membencinya dan tidak mau berteman dengannya. Ternyata dia malah menjaga jarak agar tidak semakin membuat renggang hubungan mereka.

Salah satu sifat Regan ini adalah turunan dari Ara, yang memilih diam atau menjauh jika sedang marah atau kecewa.

"Cobalah berbicara duluan dengannya Bang, meski terkesan judes nantinya" ucap Belda, lalu terkekeh kecil.

"Lo sendiri gimana?"

Belda tersenyum simpul.

Mengerti jika Belda tidak ingin membahasnya Aslan hanya tersenyum simpul dan menatap kelain arah.

^-^

Butuh teman bicara, Aslan akhirnya memilih ke Raja Crown setelah dari Blue Heavent Club. Meski tadi dia mengobrol sebentar dnegan Belda, tetap saja Belda tidak akan memahami perasaan seorang pria.

Diruang santai dan dapur tidak ada orang, jadi Aslan berjalan terus menaiki tangga mencoba mencari salah satu dari ketiga tamannya untuk dia ajak bicara.

Kakinya terhenti kala melihat pintu kamar Regan terbuka. Aslan menatap Regan yang terlihat fokus kelayar leptopnya, dia sampai tidak sadar jika Aslan masuk menatapnya dari ambang pintu sejak tadi.

"Lo ngapain disini?" tanya Aslan datar.

Gerakan tangan Regan terhenti, dia menoleh kearah pintu sejenak sebelum kembali menggerakkan tangannya seakan tidak perduli dengan kehadiran Aslan.

Aslan menghela nafas tidak mendapat respon Regan, dia berjalan menghampiri Regan dan merebahkan tubuhnya diatas kasur disamping Regan duduk.

"Lo sendiri kenapa ada disini?, ini bukan hari jum'at" ucap Regan, tetap dengan tatapan matanya masih menatap layar leptopnya.

"Karena sosok ciptaan Tuhan yang selalu bikin otak muter" jawab Aslan menderamatisir.

Regan terkekeh sepertinya dia paham dengan apa yang dimaksud Aslan barusan. Tangan Regan menutup layar leptonya, meletakkannya di nakas samping tempat tidur dan ikut merebahkan tubuhnya disamping Aslan mereka berdua menatap kelangit-langit kamarnya.

Tidak ada yang mengatakan apapun, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Atau bahkan sibuk memikirkan maslah yang mereka hadapi, sama-sama sedang memikirkan sosok perempuan ciptaan Tuhan seperti yang di katakan Aslan.

"Gue kira hanya gue disini."

Aslan dan Regan menoleh kearah pintu secara bersamaan, diambang pintu Alaric berdiri dengan wajah kelelahannya. Perlahan Alaric berjalan dengan lesu kearah kasur dan merebahkan tubuhnya disamping Aslan.

"Bentar lagi lo kan ulang tahun Ar" ucap Alaric lirih, "ngadain pesta atau apa gitu ... biar gue bisa ngelepas penat dan bahagian meski sebentar."

"Enggak gue males" tolak Regan mentah-mentah tampa pikir panjang, "kita udah pada sibuk dengan kerjaan masing-masing. Gue gak mau pesta-pestaan, kalian juga udah minta PJ bermodus restu."

Alaric menaik turunkan kakinya seperti anak kecil yang sedang mengambek, "gue bener-bener butuh hiburan Ar ... tadi ke club, meski Belda yang main gue tetep kurang puas."

"Gue juga dari sana kenapa kita gak ketemu?" tanya Aslan menoleh pada Alaric.

"Gue kan hanya bentar, Belda main dapet sepuluh menit gue keluar terus naik mobil hanya muter-muter doang."

"Oh iya, kalau Belda lagi ngedj ngapain lo disini?" tanya Aslan pada Regan, pura-pura tidak tahu jika mereka berdua ada masalah

Regan berdecak dan berbalik badan menelungkup tidak ingin membahas hal itu.

"Sepertinya bukan hanya gue yang pusing gara-gara sosok ciptaan Tuhan yang selalu bikin otak muter" ucap Aslan sambil terkekeh.

"Kenapa percintaan kita ngenes banget?"

Tiba-tiba Javir datang dan ikut merebahkan tubuhnya, alhasil mereka berempat tiduran berdesak-desakan di kasur Regan.

"Nauzubillah kalau sampai tua kita hanya hidup berempat tampa perempuan disisi kita" seru Regan.

Aslan tertawa ngakak.

Javir tiba-tiba bangun dan memukul Regan dengan bantal. "Jangan ngomong sembarangan, gue ogah hidup sampek mati bareng kalian mulu."

"Enak aja, emangnya gue mau" Regan membalas pukulan Javir dengan guling.

Perlahan, kegundahan hati Aslan perlahan menghilang terganti dengan perasaan bahagian dan gelak tawa bersama dengan ketiga sahabatnya.

Tidak ada senyaman mereka bertiga, saat Aslan mendapat masalah, meski tidak menceritakan secara gamblang pada mereka tetapi perasaannya merasa lega. Karena setiap mereka bersama seluruh masalah seakan terangkan.

Teman Bicara

Aslan hanya membutunkan mereka bertiga.

^-^

.

Hanya bisa menghela nafas saja 😔

Pasrah saja pada para Reader yang hanya mampir untuk baca tampa memberi 👍Like dan 💬Comment

Tetap Author ucapkan terima kasih karena sudah mau mampir 🙏

Love you 😘

Unik Muaaa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!