Helen Anggara

Perlahan hujan mulai turun rintik-rintik, Aslan baru mematikan mesin mobilnya menatap keluar kaca mobil dengan malas.

"Hujan" gumanya dengn nada malas.

Hari ini ada jamuan makan siang Abra denga salah satu klien, dan Abra memintanya menemani karena Sam sekretarisnya sedang menemani Ibnu Asistennya menemui klien lain.

Perlahan Aslan membuka pintu mobil dan keluar berlri kecil masuk kedalam restaurant.

Tangannya mengusap-usap bahu jas yang dia pakai dari air hujan, sambil berjalan menuju meja dimana Abra sudah duduk dengan kien mereka.

"Maaf kalau saya telat" sapa Aslan sopan berdiri di samping Abra duduk.

Pertemuan seperti ini amat tidak Aslan sukai, karena harus memasang senyum hingga pulang nanti.

"Tidak apa-apa, itu anak saya baru dateng juga" Pak Wahyu, kliennya menunjuk kearah pintu masuk restorant.

Perempuan cantik, anggun dan elegan berjaan mearh mereka menatap lurus pada Aslan dengan senyum lebarnya, dia Helen anak sekaligus CEO di perusahaan milik Pak Wahyu.

"Kalian ini belum menikah malah dateng telat terus setiap ada acara seperti ini" ucap Wahyu sambil melirik Aslan.

Aslan tersenyum kecil dan duduk disebelah Abra.

Entah kenapa Aslan tiba-tiba melirik Abra yang duduk dengan punggung menyndar pada sandaran kursi, menatap dingin pada Helen yang duduk dihadapan Aslan dengan tatpan dingin.

Ada yang anaeh dengan Abra, tetapi Aslan tidak akan bertanya sekarangkarena kurang sopa, terlebih Aslan ingin cepat-cepat selesai dan pulang.

"Pak Aslan sudah umur berapa?, kenapa belum menikah?"

Tangan Aslan yang hendak menyendok makanan dihadapannya terhenti mengangkat wajah menatap Helen yang ternyata menatapnya dengan lekat menunggu Aslan menjwab pertanyaannya.

"Saya masih belum berfikir kearah sana" jawab aslan singkat.

"Pasti mau buat Perusahaan Ganendra lebih berkembang lagi baru mau menikah ya?" kli ini Pak Wahyu yang bertanya.

Aslan hanya tersenyum simpul melirik pada Abra meminta bantuan.

Arah dari topik pembicaraan ini sudah sering terjadi setiap kali Aslan menemani Abra menjamu klien perusahaan mereka.

Kali ini sepertinya Abra tidak berniat membantunya, Abra masih terus saja menikmati makanannya.

"Tidak juga" bantah Aslan, "saya masih memiliki ...."

Dret ....

Ponsel Aslan bergetar di atas meja.

Nama Bunda Ara muncul di atas layar ponselnya.

Aslan bernafas lega, Ara menyelamatkan dirinya.

"Dia pasti minta jemput ditoko" ucap Abra menarik perhatian Aslan, "kamu jemput Bunda saja nanti Ayah pulang dijemput Pak Man."

Aslan mengangguk patuh, berdiri dan pamit pulang terlebih dulu.

Setelah menjauh dari mereka, Aslan mencoba menghubungi Ara balik setelah panggilan darinya berakhir.

"As ... besok sebelum kesini jangan lupa belikan susu untuk si kembar ya"

Aslan mengerutkan keningnya, berbalik badn menghadap Abra yang ternyata menatapnya dengan tajam.

Kepala Abra dengan samar memberi isyarat seakan meminta Abra pergi.

Mungkin Ayah tahu ku tidak suka acara beginian

Kalimat itu terlintas begitu saja di benak Aslan sebelum tersenyum lebar pada Abra dan menganggukkan kepala keluar dari restauran.

^-^

Crown Atau Penthouse

Tetapi kebanyakan para karyawan Hotel Raja Throne menyebut lantai itu lantai Crown, terletak di lantai paling atas Hotel Raja Throne. Tidak ada satu karyawanpun yang pernah kesana kerena tidak ada yang tahu jalan masuk menuju Raja Crown kecuali pemilik Hotel Raja Throne, Regan, Aslan, Javir dan Alric.

Mereka berempat Regan, Aslan, Javir dan Alaric memulai usaha perhotelan mereka sejak lima tahun lalu.

Pada Awalnya Alaric memutuskan tinggal di Indonesia lebih dulu, setelah Aslan pulang baru mereka berempat mulai membangun bisnis mereka dengan membeli tanah, membangun gedung dan terus berkembang hingga menjadi Hotel bintang lima di Jakarta.

Semu memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, jadi selain mereka sibuk dengan kerjaan dan profesi mereka dari hari senin hingga Jum'at, makan saat weekend pun mereka menyempatkan diri untuk menyelesaikan tugas perhotelan mereka.

Jika bertanya kapan santai dan jalan-jalan?, setelah tugas mereka selesai atau jika ingin bersantai dulu baru mengerjakan tugas mereka tidak masalah asal sebelum hari Senin tugas mereka harus kelar.

Hukuman bagi yang tidah menjalankan tugas tidak menerima gaji satu bulan full, berkewajiban menjadi babu di Raja Crown dari bersih-bersih, cuci baju dan memasak selama sebulan.

Tempat yang mewajibkan mereka untuk menginap disana dari malam sabtu sampai mereka menyelesaikan tugas hotel mereka masing-masing.

"Yang lain langsung ke rumah Bunda kan?"

Javir bertanya sambil menuruni tangga.

Karena kerjaan mereka berdua belum selesai, alhasil mereka berdua harus menginap di Raja Crown satu malam lagi.

Setelah acara pesta ulang tahun perusahaan dengan para karyawan, Bunda Ara panggilan mereka pada Zahra mengadakan makan bersama dengan keluarga besar Ganendra, teman dan kerbat dekat di halaman belakang rumah.

"Iya" jawab Aslan lirih sibuk membalas pesan dari Ara.

"Lo lagi chatingan sama siapa?" tanya Javir duduk disamping Aslan.

"Bunda" jawab Aslan, "dia minta kita beli susu buat si kembar."

"Kemarin kita cuma beli soft drink, lupa gak beliin minuman buat mereka."

Aslan mengangguk merespon ucapan Javir.

Mereka berdua berjalan masuk kedalam lift, Aslan memencet tombol B0 dan menempelkan jempolnya pada fingering disebelah pintu lift.

Di Raja crown tidak ada pintu masuk, yang ada hanya lift yang terhubung langsung ke tempat rahasia biasa mereka keluar masuk atau langsung kebasement khusus mereka.

Tidak ada yang bisa sembarang masuk ke Raja Crown dan basement milik mereka, karena semua harus menggunakan finger ditector yang telah dirancanh khususoleh Regan dan Javir.

Mobil terbanyak yang memenuhi basement adalah milik Alaric dan Javir, sedangkan Aslan dan Regan hanya memiliki satu mobil. Aslan lebih suka mengoleksi Motor sport dari pada mobil, terkadang jika Aslan sedang stres dia akan ikut balapan liar ditempat tertentu.

"Sepertinya terjadi sesuatu dengan Regan, Belda dan Emma"

Javir melempar ponselnya pasa Aslan, Alaric sedang menceritakan kejadian yang mempermalukan adiknya Emma melalui pesan text panjang pada Javir.

Aslan hanya tersenyum simpul sambil masuk kedalam mobil Javir. Meski Emma cukup menakutkan dalam dunia underground, tapi Belda akan lebih menakutkan jika sudah membuka mulutnya yang akan menggerakkan sosok seorang Regan.

"Coklat, strobery, vanilai apa lagi?" tanya Javir pada diri sendiri sabil menatap rak susu super market.

Aslan hanya menghela nafas, Javir bukan hanya memasukkan sebiji kotak susu seperti yang kalian kira, tetapi dia langsung memborongnya sedus susu tiap varian.

"Ini udah tiga dus loh Je" tegur Aslan.

Javir menoleh dan berdecak, "gak papa biar mereka sehat."

Bukan agar si kembar Bilqis dan Chaka anak bungsu keluarga Ganendra itu sehat, tetapi karena alasan lain ... agar si kembar menyukai Javir dan mendukung hubungannya dengan Gea.

Aslan yang ingin mengomel tetapi terhenti kala ponselnya berdering.

Nomor yang tidak dikenal?

Aslan melirik Javir meminta pendapat karena sangat jarang ada orang yang tidak dikenal menghubungi Aslan, kepala Javir haya menganggukkan kepala meminta Aslan untuk mengangkatnya.

Seperti isyarat Javir, Aslan mengangkat panggilan masuk itu, tetapi dia men load speakernya sehingga Javir ikut mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Maaf apa benar ini Pak Aslan COO perusahaan Ganendra Group?."

Suara perempuan.

Aslan langsung menoleh pada Javir yang ternyata menatap tajam dengan kening mengkerut pada layar ponsel Aslan.

"Ya saya sendiri" jawab Aslan tegas.

"Ah ... untung lah ... saya kira salah sambung lagi."

Suara yang yidak asong tetapi Aslan tidak tahu suara milik siapa.

Tangan Javir tiba-tiba menepuk pundak Aslan, berbisik dengan suara yang sangat pelan. "Siapa?" tanya Javir dengan suara berbisik tepat didekat telinga Aslan.

Kening Aslan langsung mengerut menatap Javir tidak percaya.

"Ini saya Helen Pak"

Javir langsung mencibir pada Aslan karen tebakannya benar tetapi Aslan tidak mau percaya padanya.

Tangan Aslan malah meraup wajah Javir dan menjauhkannya. "Ada perlu apa Bu Helen?, jika masalah pekerjaan saya mohon maaf tidak bisa membahasnya hari ini."

Kebiasaan Aslan yang sudah mendarah daging to the poin, dingin, tegas tak tersentuh membuat Javir tertawa ngakak tampa suara disebelahnya.

Mata Aslan mendelik memberi isyarat Javir untuk berhenti tertawa.

"Bukan Pak, saya mau tanya acara pesta kecil-kecilan dirumah pak Abra jam berapa?, kemarin saya lupa mau bertanya."

Javir dan Aslan saling lirik, Aslan tidak langsung menjawab.

Setahunya acara hari ini hanya untuk keluarga besar, teman dan kerabat bukan klien perusahaan, tetapi kenapa Helen tahu?.

"Halo Pak Aslan."

"Halo Pak Aslan."

Panggilan dari ponsel dan disekitar Aslan terdengar secara bersamaan.

Kepala Aslan langsung berputar mencari sumber suara, suara itu terdengar dekat disekitar mereka. Hellen, perempuan itu pasti berada di super market ini juga.

"Pak Aslan masih disana kan?" suara Helen terdengar semakin dekat lagi dan diponselnya juga mengeluarkan suara yang sama.

Javir juga ikut menoleh mencari sumber suara, dan mereka berdua terdiam kala melihat Helen mendorong troli berbelok kearah mereka.

"Hei Bu Helen"

Siku Aslan langsung menyikut lengan Javir.

Helen mendongakkan kepalanya, tatapan mereka bertemu, mata Helen mengerjab-ngerjab tak percaya menatao layar ponselnya dan Aslan bergantian sebelum tersenyun lebar dan mengantongi ponselnya.

Dengan pelan Helen berjalan menghampiri mereka berdua. "Ah ... tidak disangka malah bertemu disini, padahal cari nomor bapak saya sampai kesusahan salah sambung ke orang lain terus" ucap Helan setelah sampai didekat mereka.

"Lalu tahu nomer saya dari siapa?" tanya Aslan sopan.

"Papa yang cari" jawab Helen tertawa kecil, "oh iya acaranya kapan Pak?."

"Sekarang" bukan Aslan yang menjawab tetapi Javir, "sekalian saja bareng."

"Baik kalau begitu"

Aslan melirik Javir yang malah tersenyum lebar padanya.

Javir melangkah mundur sehingga Aslan dan Helen berjalan bersama didepannya sambil mendorong troli.

Sepertinya akan seru ...

Otak Javir mulai berputar, dari mereka berempat selalu hanya Aslan yang setiap kemanapun tidak membawa teman, jadi semoga saja selain mereka bertiga Helen juga bisa menjadi teman Aslan.

^-^

Selama acara makan-makan ditaman belakang rumah keluarga Ganendra seluruh pusat perhatian tertuju pada dua sejoli Regan dan Belda yang membuat acara menjadi menarik.

Selepas Regan dan Belda pergi perhatian Ara tertuju pada Aslan dan Helen yang terlihat semakin akrab melebihi dari saat pertama mereka sampai.

"Bunda" panggil Abra.

Ara menoleh kesamping dan tersenyum simpul sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada Aslan dan Helen.

"Kenapa memperhatikan mereka sampai segitunys?" tanya Abra mengelus lengan Ara.

"Mereka ..." ucap Ara "hanya partner kerja saja kan?" tanya Ara.

Abra menggenggam tangan Ara lembut, mereka berjalan masuk kedalam rumah.

Mereka duduk dimeja makan, saling tatap satu sama lain.

"Ayah gak bilang kan sama As apa yang kita bicarakan dengan keruarga Anggara?" tanya Ara.

Kepala Abra mengangguk menggenggam tangan Ara erat, "kalau kamu bilang jangan aku tidak akan mengatakannya."

Ara menghela nafas lega, "jika kita mengatakannya dia akan menyetujuinya tampa pikir panjang. Lagi pula manfaatnya gak begitu besar juga untuk kita, apa Ayah tidak percaya diri dengan otak kalian bertiga?."

Abra terkekeh mendnegarnya, "kehilangan proyek ini juga tidak masalah, kebahagiaan anak-anak lebih penting Bun. Regan dan Belda saja tidak kita paksa, maka pada Aslan kita juga harus begitu kan?."

"iya" ucap Ara dengan senyum lebarnya, "terima kasih sudah mau mengerti."

"Ngerasa aneh gak Bun?, anak kita laki-laki kenapa malah dilamar perempuan?."

Ara mengulum bibirnya menahan tawa. "Iya Yah, awal Ar dan Belda dari pihak Cakrawansa, sekarnag malah keluarga Anggara yang mengajukan perjodohan ke As."

"Semoga saja Chaka tidak seperti Abangnya"

Mereka tidak tahu, jika Aslan berdiri disana, mendengar pembicaraan mereka berdua, diam termanggu ditempatnya berdiri.

Kalian selalu mengutamakan kebahagiaanku, padahal siapa aku?

^-^

.

Hai Readers... 🖐

Kembali Author ingatkan jangan lupa dukungannya dengan klik ⭐Rate 🔖Vote 🎁 Hadiah 👍Like 💬Comment demi mendukung karya Author, jangan lupa add 💖 biar tidak ketinggalan setiap Author update 😇 dukungan kalian membuat Author semangat upnya

Jangan jadi Silent Reader ya ... 😢 Please ... 😭

Terima kasih sudah mampir 🙏

Love you 😘

Unik_Muaaa

Terpopuler

Comments

Rahayu

Rahayu

biar g jadi hantu readers....

2022-04-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!