Kali ini bukan karena setres kenapa Aslan meminta Kinoi dan yang lainnya untuk mengadakan balapan motor malam ini juga, tetapi karena Aslan sudah lebih dari sebulan tidak balapan jadi kangen jalanan.
Sebulan ini Aslan sangat amat kembali menyibukkan diri dalam proyek Ganendra dan Anggara, meski ada waktu senggang dia akan menenggelamkan dirinya pada pekerjaan yang sangat dicintainya, fotografer.
Deru motor halus Aslan tidak membuat semua anak jalanan itu tertarik, tapi kala Aslan menghentikan laju motornya dan memencet kelaksonnya tiga kali, itu bagaikan tnanda kehadiran Aslan sang Leon, sehingga semua menatap kearah Aslan.
Kinoi bahkan berlari kecil menghampiri Aslan dengan berseru-seru kegirangan. Maklum sudah hampir sebulan Aslan tidak pernah muncul didepan mereka.
"Lo tiba-tiba ngilang, tiba-tiba ngechat gue, gue balas malah lo gak balas balik" gerutu Kinoi setelah sampai di depan Aslan. "Bener kata anak-anak kalau lo bener-bener Leon si singa balap misterius."
Seperti biasa Aslan tidak menjawab, dia malah menoleh kesamping. Kinoi yang mengerti malah melihat jam tangannya.
Aslan tidak akan pernah berinteraksi langsung, karena isting Kinoi yang tajam membuat Aslan berhati-hati agar Kinoi tidak mengetahui siapa Leon sebenarnya.
"Pembalap itu sepertinya malam ini akan datang, tiba-tiba ada yang ngedm gue tanya jam berapa lo mau tanding" ucap Kinoi mengeljarkan ponselnya menunjukkannya pada Aslan.
Aslan mengambil ponsel Kinoi dn mengeceknya sendiri, terdapat d dari nama yang sangat absult menurut Aslan, AtoZ.
"Selama gue gak ada?" Tanya Aslan mengangkat kepala menatap Kinoi.
Dia kelepasan, bergumam dalam hati semoga Kinoi tidak mengenalinya.
Mandengar pertanyaan Aslan yang singkat membuat Kinoi mengerutkn kening sejenak berfikir apa maksud dari pertanyaan Aslan, setelah mencerna maksud dari perkataan Aslan dan mulai paham dia baru menggelengkan kepala.
Terlebih ini pertama kali Aslan berbicara membuat Kinoi sedikit tercengang mendengarnya.
Perasaan curiga pada pembalap misterius itu membuat Aslan lepas kontor, dan dia harus menerima konsekuensi Kinoi akan curiga siapa Leon nantinya.
"Gak ada, dia gak pernah muncul" jawab Kinoi tetap dengan tatapan tadam menatap Aslan dengan kening mengkerutnya.
Aslan menatap kelain arah, sambil menjulurkan tangan mengembalikan ponsel Kinoi.
Berarti pembalap misterius itu hanya muncul saat Aslan bertanding, Aslan jadi bingung dari mana pembalap itu tahu dia akan balapan.
Tiba-tiba motor terhenti disamping Aslan, mata Aslan langsung melihat plat nomor motor disampingnya memastikan dia adalah pembalap itu.
Pembalap misterius itu membuka resliting jaketnya, mengeluarkan uang dan melemparnya pada Kinoi. Aslan melakukan yang sama sebelum menghidupkan mesin motornya, memberikan seamplop uang pada Kinoi sebagai uang taruhan mereka.
Beberapa anak jalanan mulai berdiri dipinggir jalan membuka jalan untuk Aslan dan membalap itu . Aslan menoleh sejenak menatap dari bawah hingga keatas, seluruh postur tubuh pembalap misterius disampingnya dan merekamnya dalam otaknya.
Saat sampai pada bagian bahu pembalap itu menoleh pada Aslan, tatapan mereka bertautan sejenak. Tangan Aslan mengenggam stang motor erat, tidak salah lagi dugaannya pasti benar.
Malam ini Aslan harus tahu siapa pembalap misterius itu, karena Aslan merasa tidak asing dengannya.
Jangan lagi menduga-duga ...
Menebak dan hanya curiga saja.
^-^
Una menatap tajam pada asisten Zia yang menundukkan kepa menscrol layar ponselnya.
Zia menghilang disaat mereka tertidur, ponselnya dihubungi tidak aktif membuat keduanya khawator, padahal besom pagi Zia harus bangun dengan keadaan fresh untuk acara talk show di salah satu stasiun Tv.
"Ya Tuhan tuh anak kemana sudah lebih dua jam belum pulang ..." gerutu Una berdiri dari duduknya dan kembali mondar mandi.
Asisten Zia hanya menatap Una dengan tatapan lesu, seandainya Una setrikaan dan dibawa kakinya dalah baju, pasti baju itu sudah bolong sekarang.
Tring ...
Bunyi kunci pintu apartemen Zia terdengar.
Una dan Asisten Zia melangkah cepat menuju pintu.
Zia disana dengan santai masuk, duduk di kursi membuka sepatu boatnya dengan tenang tidak menghiraukan tatapan tajam menusuk dari Una.
Wajahnya terlihat lusuh dan tidak bersemangat, bahkan saat berdiri pun Zia mengangkat telapan tangannya menatap Una dengan tatapan kelelahan meminta agar tidak mengatakan sesuatu karena dia butih istirahat.
Una yang melihatnya hanya menghela nafas membuntuti Zia darj belakang masuk kedalam kamarnya.
Zia terlentang di kasurnya tampa membuka celana panjang dan kaos kebesarannya. Una berjalan mendekat dengan kapas dan micellar water ditangannya.
Perlahan Una membersihkan wajah Zia, "aku tidak akan bertanya apapun. Cukup tidur dan jangan menangis karena besok kamu harus tampil fres didepan camera."
Zia menganggukkan kepala tetap dengan mata yang masih terpejam.
^-^
"Minta tolong cari nama siapa aja penghuni apartemen di sini"
Aslan tiba-tiba datang dan meletakkan salah satu foto aparteman mewah dijakarta tepat didepan Regan yang berdiri didepan kasur pasien.
Setelah balapan tadi Aslan mengikuti dari jauh pembalap misterius itu, dan dia masuk kedalam salah satu basement apartemen yang fotonya Aslan tunjukkan pada Regan.
Yakin Regan pasti berada dirumah sakit, Aslan langsung menuju rumah sakit tampa memastikan Regan dimana. Tidak seperti biasanya Aslan yang penyabar, sampai di rumah sakit karena tidak menemukan Regan di ruangannya, dia langsung berkeliling mencari keberadaan Regan di seluruh ruangan pasien dan dimanapun.
Regan berbicara pelan pada salah satu perawat yang menemaninya sebelum berjalan keluar dibuntuti Aslan. "Lo ngapain sih main nyelonong aja?" tanya Regan tetap berjalan dengan wajah menatap kedepan.
"Gue kan udah bilang minta tolong cari nama siapa aja penghuni apartemen ini."
Langkah Regan terhenti, menghembuskan nafas dengan kesal sebelum berbalik badan menghadap Aslan. "Emangnya lo gak bisa nungguin gue di ruangan gue?, sepenting apa sih tuh nama-nama penghuni apartemen itu?."
Tatapan Aslan berubah serius. "Penting, ini menyangkut masa depan hidup gue."
"Bodo', masa depan hidup lo kan udah hancur emangnya gue pikirin" seru Regan kembali lagi melangkah dengan cueknya.
"Ar ... ayo dong ..." bujuk Aslan.
Regan tetap berjalan lurus tidak menanggapinya.
Kesal Aslan menghadang langkah Regan, tidak hilang akal Regan melangkah kesamping dan melewati Aslan.
Kembali Aslan menghadang, kali ini memeluk tubuh Aslan dengan erat. "Ar ..." rengek Aslan memggoyang-goyangkan tubuh mereka berdua.
Regan yang risih mendorong-dorong tubuh Aslan menjauh tetapi Aslan malah semakin mempererat pelukannya. Beberpa perawat dan keluarga pasien menatap kearah mereka bahkan ada yang terang-terangan tertawa.
"Ih ... jijik tahu ... dilihati orang As ..."
"Gue gak mau lepasin sebelum lo mau janji bantuin gue."
"Iya iya lepas dulu..."
Aslan melepas pelukannya, tetapi tangannya masih menyentuh lengan Regan, dia tersenyum lebar membuat Regan risih menepis kedua tangan Aslan dan mendorongnya menjauh.
"Ini pasti menyangkut Zian" tebak Regan.
Kebiasaan Regan yang sejak kecil memanggil Zia dengan dengan Zian.
Saat melihat Aslan yang tidak sabaran masuk begitu saja keruangan pasien, Regan sudah mulai curiga akan sesuatu. Terlebih Aslan semakin memperjelas kecurigaannya saat mengatakan menyangkut masa depan kehidupannya, karena satu-satunya orang yang membuat Aslan berubah seratus delapan puluh derajat adalah Zianka Valeria, yang kerap kali dipanggil Zia Valery, hanya dia seorang.
Tidak ada jawaban dari Aslan, berarti tebakan Regan benar. Kembali Regan berjalan yang kali ini di ikuti Aslan dengan tenang tidak banyak bicara seperti sebelumnya.
"Jangan lupa lo udah punya tunangan" ucap Regan mengingatkan.
Aslan tidak menyahui perkataan Regan, dia tahu jika dirinya sudah mempunyai tunangan, tetapi perasaan khawatirnya yidak bisa dia bendung.
"Tumben lo masalah Zian minta tolongnya ke gue, biasanya ke Je."
"Kalau ke Je gue harus bayar."
Langkah Regan kembali terhenti, "lo pikir gue juga bak mau minta bayaran?" gerutu Regan.
Aslan mengangkat wajahnya menatap Regan menyengir, "masak sama saudara sendiri lo minta bayaran?."
"Dalam bisanis gak ada kata saudara."
Wajah Aslan langsung memelas, "ayo dong Ar ... gue butuh banget bantuan lo, kasihani gue dong. Ada pembalap misterius yang sering muncul dan ngajak gue balapan saat gue udah buat janji dengan pembalap liar lain, gue curiga itu Zia. Gue gak mau dia nanti kenapa-napa" Aslan mengeluarkan apa yang mengganggu benaknya.
Regan menghela nafas, menepuk pundak Aslan pelan. "kirim kegue foto apartnya" ucap Regan dan pergi begitu saja.
Aslan menghela nafas lega, sekarang dia harus menghubungi Kinoi untuk meminta foto yang pernah dia ambil waktu itu.
Tatapan mata dan postur tubuh pembalap misterius itu sangat mencurigakan, dan Aslan sangat yakin jika dia adalah Zia, Zianka Valery, Zizinya.
^-^
.
Lop lop you ... 😍
Terima kasih sudah mampir 🙏
Jangan lupan 👍Like and 💬 Commentnya
Dada Bye Bye 🖐
Ketemu lagi di next Bab 🥰
Love you 😘
Unil Muaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments