Rencana Tuhan

...Selamat hari Senin...

...🥰Jangan lupa 🔖Vote ya Reader🥰...

...^-^ ^- ^ ^-^...

.

.

.

Aslan baru saja meeting diluar kantor dengan Ibnu, sejak pagi dia dan Ibnu meeting menggantikan Abra dengan tiga klien sekaligus, hingga jam setengah lima dia baru sampai kekantor.

Punggung Aslan menyandar pada dinding lift eklusif yang akan membawanya kelantai para eklusif perusahaan Ganendra.

Tangan Ibnu tiba-tiba menepuk pundak Aslan dan tersenyum lebar menunjukkan kebanggaannya sebelum pintu lift terbuka.

Baru saja selangkah Aslan keluar dari lift Sari sudah berdiri didepannya. "Ah ... tante ngagetin, pasti gini kalau ada hal penting langsung nunggu depan lift," gerutu Aslan sambil berjalan menjauh dari lift.

Sari tertawa kecil mendengarnya sambil melangkah membuntuti Aslan dari belakang. "Karena ada hal penting As ... jadi harus cepet disampein sebelum kamu masuk keruanganmu."

"Hal penting yang sering disampein Tante selalu buat jantungan, jadi setiap lihat Tante bawaannya deg-degan, ketakuatan bukan bahagia."

Tawa Sari semakin menggema, "jangan banyak protes deh As. Kamu disuruh langsung menghadap Abra kalau sudah datang."

Langkah Aslan langsung terhenti, dia menoleh pada Sari menatapnya penuh tanya. "Kali ini apa lagi Tan?, gak kayak yang terakhir kan?."

"Masuk aja!" Ibnu mendorong punggung Aslan mendekati pintu ruangan Abra.

Dengan enggan Aslan mengetok pintu sebelum masuk kedalam ruangan Abra.

Terlihat Abra sedang duduk dibelakang meja kebesarannya menatap layar komputer dengan fokus. "Duduk" perintahnya tegas tampa melirik sedikitpun pada Aslan.

Jantung Aslan langsung ketar-ketir di buatnya, karena terakhir kali dia masuk keruangan ini keluar dengan amukan Abra.

Setelah Aslan duduk didepan mejanya barulah Abra menoleh, mengalihkan perhatiannya pada Aslan. Raut wajah Abra sangat serius, tatapan matanya tajam menatap Aslan mengintimidasi.

"Sebagai seorang fotografer, apa kamu bisa bersikap profesional?" tanya Abra.

Aslan mengerutkan keningnya tak mengerti, "kanapa anda ..."

"Keputusan rapat tadi" Abra langsung memotong kalimat Aslan, "kali ini perusahaan kita akan menggunakan Zia sebagai brand ambasador untuk salah satu produk kita."

Abra menatap Aslan menunggu reaksi Aslan dulu sebelum kembali melanjutkan kalimatnya, Aslan yang sudah mengerti Abra, bersikap setenang mungkin.

Mencoba tidak menunjukkan reaksi sekecil apapun didepan Abra.

"Apa kamu sebagai fotografer kepercayaan saya, bisa bekerja profesional atau tidak?" tanya Abra.

Kepercayaaa ...

Satu kata itu bagaikan sihir bagi Aslan, saat Abra memberikan kepercayaannya pada seseorang, berarti dia menganggap orang itu adalah orang terpenting.

Perlahan senyum segaris Aslan terbit, "ok" jawabnya singkat dan jelas penuh keyakinan, tampa pikir panjang.

Kali ini kening Abra yang mengerut, menatap Aslan dengan tatapan tak percaya bersandar pada sandaran kusinya.

"Sudah ada yang mengurus proposal kita dengan management Zia, jika pihak mereka setuju ... minggu depan kita akan melakukan photoshoot."

Kali ini Abra kembali membuat Aslan goyah, minggu depan?. Aslan gabya diberi waktu satu minggu ubtuk bisa menguasai dirinya.

Dengan tetap tenang Aslan hanya mengangguk-anggukkan kepala mengiyakan.

Pada hal dalam benaknya, dia sebisa mungkin menghitung anak ayam menenangkan diri agar tidak terbaca oleh Abra.

Kenapa setelah dia tunangan malah Zia selalu muncul?

Saat belum bertunangan kenapa sulit sekali untuk sekedar melihatnya dari jauh?.

Sebenarnya apa rencana Tuhan?

^-^

Seperti biasa jika malam kerjaan Aslan akan menjadi fotografer, mobil yang dikendarai Aslan sudah memasuki pekarangan studio Abra Putra.

Kinoi sudah berdiri didepan pintu masuk memegang mac book dan masker ditangannya.

Aslan keluar dari dalam mobil dengan tas kerja dan jas di tangan kanan dan kirinya yang dia berikan pada Kinoi dan mengambil masker yang bawakan ubtuknya, masker yang selalu dia gunakan setiap kali bekerja menjadi fotografer.

"Semua sudah siap kan?" tanya Aslan sambil berjalan melipat kemeja lengan panjangnya sampai siku.

"Sudah bang" jawab Kinoi.

Aslan mengangguk paham dan terus melangkah masuk, tangannya menengadah kesamping meminta macbook pada Kinoi, mengerti isyarat tangan Aslan Kinoi memberikan macbook Aslan.

Tangan Aslan mulai menggulir layar macbookmya hendak membaca konsep photoshoot kali ini, langkahnya terhenti saat membaca nama U'r Style di pojok.

"Kita kerja sama dengan mereka lagi?" tanya Aslan memastikan.

"Iya Bang" jawab Kinoi santai, "kali ini Zia sama Orion yang jadi modelnya.

Tubuh Aslan langsung berputar menatap Kinoi tajam, "kenapa lo gak bilang?" desis Aslan penuh ancaman.

"Karena lo gak nanya" jawab Konio simple dan sangat santai, "emangnya kenapa sih Bang?."

Aslan berdecak kesal, "sekali lagi jika kita mau kerja sama dengan mereka lo harus lapor gue dulu, ngerti!."

"Mengerti" jawab Kinoi ragu menatap Aslan dengan tatapan aneh, "tapi Bang ... kenapa ..."

"Gak ada alasan apapun, dan gue gak mau tahu. Kalau kita mau kerja sama dengan mereka, lo butuh persetujuan gue."

"Kenapa ..."

"Kalau lo berani ngebantah lo gue pecat. Paham!" potong Aslan demgan suara rendah penuh tekanan.

Tampa banyak bicara Kinoi langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat.

Aslan memukul pundak Kinoi dengan macbook di tangannya, dan melepasnya.

Untung Kinoi dengan gesit menangkap macbook Aslan yang hampir jatuh ketanah, sedangkan Aslan sendiri seakan tidak perduli jika macbook itu jatuh kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangan studio photoshoot.

Zia dan yang lainnya sudah menunggunya disana, Zia bahkan sedang bercanda dengan Orion. Mata Aslan menatap tajam pada mereka berdua, terutama pada Zia yang memakai jaket yang Orion julurkan.

Postur tubuh Zia sangat mirip dengan Pembalap misterius itu jika dari belakang.

Keyakinan Aslan akan sosok misterius itu dan Zia semakin membuat yakin, jika pembalap itu dan Zia adalah satu orang yang sama.

"Kirim foto terbaru pembalap misterius yang sering mengganggu Leon kegue," pinta Aslan pada Kinoi tampa memutuskan tatapannya pada Zia dan Orion.

"Buat ap ..."

Mulut Kimoi langsung bungkap saat mendapat lirikan tajam mata Aslan. Padahal dia kan penasaran kenapa Aslan bersikap aneh sejak dia datang tadi, membuat Kinoi memutar otak menebak-nebak tidak jelas jadinya.

^-^

Zia tertawa lepas dengan Orion, tetapi tetap menggerakkan tubuhnya berpose.

Dia dan Orion adalah model yang cukup handal dan profesional, jadi meski tetap berbicara dn tertawa tampaarahan sang fotograferpun, hasil photoshoot akan tetap terlihat sempurna.

"Kudos on the great work" bisik Orion tepat ditelinga Zia.

Zia menoleh samping tetap dnegan senyumnya dan memukul lengan Orion pelan. "Jangan macam-macam" ancam Zia.

Orion malah tertawa, melingkrkan tangannya dipinggang Zia, menariknya mwndekat dan memeluk Zia dari belakang.

Tangan Zia terulur menyentuh pipi Orin hingga Oruon terasa nyaman dan menyandarkan dgunya kebahu Zia. "Usahamu menyakitiku" ucap Orion, "ah ... dia membuatku benar-benar iri."

Mereka berdua kembali bergerak memberikan pose yang lain.

"Aku tidak berusaha untuk apapun" bantah Zia.

"Oh ya ..." uvap Orion dengan nada meledek.

Zia tertawa lepas.

"Lalu kenapa kita sering bekerja sama dengannya sekarang?."

"Tanyakan pada Una."

"Ah ... jika bertanya pada Una, pasti karenamu."

Zia berbalik bada mebatap Orion lekat, "No" bantahnya tegas.

Orion tersenyum lebar menyentuh puncak kepala Zia dan sedikit menunduk mensejajarkan wajah mereka. "Jika ini rencan Una aku msih mempunyai harapan memilikimu, tapi jika rencan Tuhan aku akan angkat tangan detik ini juga."

Senyum Zia perlahan luntur, dia menatap Orion dengan terperangah.

Kata-kata yang diucapkan Orion sangat lembut dan terdengr tulus, meski tidak begitu benar nada berbicara dalam bahasa Indonesianya, Zia yang cukup lama mengenal Orion bisa menangkap ketulusan itu.

*Cup ...

Klik* ...

Satu detik ...

Dua detik ...

Tidak ada suara apapun lagi.

Ciuman Orion di keningnya seakan menghentikan seluruh pergerakan semua orang.

Tidak termasuk dengan Aslan yang terdiam menatap dingin pada mereka dari balik lensa kameranya.

Tangannya mengepal menahan segala hal yang berkecamuk di dadanya, berdiri dengan tegak dan mendorong kursi Kinoi menjauh dari layar komputer.

Sejak awal mereka berhasil menyulut emosi Aslan, bukan karena pergerakan mereka yang terlihat mesra, tetapi Aslan penasaran apa yang mereka bicarakan, yang mereka tertawakan, hingga dirinya tidak bisamenahan emosi lagi saat Orion menyentuh puncak kepala Zia dan menciun keningnya.

"Ok ... Good Job semua terima kasih!" seru Kinoi.

^-^

Dret ...

Ponsel Aslan bergetar.

Aslan melirik kelayar ponselnya, nama Je muncul diatas layar ponselnya, Javir Erlangga. Sangat jarang Javir menghubunginya malam-malam selain untuk pekerjaan yang mendesak.

Tampa pikir panjang Aslan menerima panggilan Javir dan meload speakernya, sedangkan tangan dan tatapan matanya masih fokus kelayar komputernya.

"As kata Ayah perusahaan Ganendra kerja sama dengan Zia ya?" tanya Javir langsung to the poin.

Aslan menghea nafas malas Zia lagi, "iya" jawabnya sekenanya.

"Kalau kalian mau take foto dengan Zia hubungin gue tiga hari sebelumnya ya, karena kita langsung take foto Raja Throne sekalian."

Tangan Aslan terhenti bergerak memencet tombol keybord, melirik ponselnya dengan tatapan tak mengerti, "maksud lo?."

"Ya sekalian Zia take foto dengan Alaric. Mereka berdua sekarang sudah jadi brand ambasador hotel kita."

Bahu Aslan langsung terkulai lemas, "kenapa sih kalian semua malah kerja sama dengan Zia mulu, jadiin dia brand ambasador lagi. Memangnya gak ada model atau artis lain gitu?, atau kalian memang sengaja mau nyiksa gue?."

Terdengar tawa Javir yang menggema dari seberang.

"Idih ... kepedean lo" ucap Javir disela-sela tawanya, "kita kerja sama dengan Zia karena dia lagi terkenal-terkenalnya. buat apa kita mau nyiksa lo?, kayak yang gak punya kerjaan aja, lagi pula kenapa lo merasa tersiksa?, lo kan udah punya tunangan, emangnya lo masih punya perasaan sama dia?."

Bukan menjawab, Aslan melah terdiam beberapa detik mendengar kalimat terakhir Javir barusan yang kembali terulang ditelinganya.

Terkadang Aslan selalu lupa pada sosok Helen sang tunangan, jika sudah menyangkut tentang Zia. Bahkan seharian ini dia tidak menghubungi Helen bahkan mengirim pesanpun tidak.

"Ya udah sambung nanti lagi gue ada kerjaan"

Aslan memutuskan sambungan telepon mereka sepihak.

Kerjaan yang Aslan maksud adalah mencorat-coret foto wajah Zia di layar komputernya. Sesekali dia juga menatap layar mac booknya yang menampilkan foto pembalap misterius yang dikirkm oleh Kinoi.

Jari jemari Aslan mengetuk-ngetuk meja kerjanya, menatap dua foto didepannya dengan tatapan tajam. "Tidak salah lagi, pembalap misterius itu pasti lo" gumam Aslan, "tinggal memastikan nama lo ada disalah satu penghuni unit apartemen itu."

Sampai sekarang dia beljm mendapat kabar dari Regan.

Teringat pada Regan tangan Aslan mengambil ponselnya dan menghubungi Regan, tidak aktiv. Aslan berdecak kesal, jika ponsel Regan tidak aktif berarti dia sedang melakukan operasi.

"Oke sabar As"

Seakan mensugesti diri sendiri, Aslan menyandarkan punggungnya kesandaran kursi menengadah menatap kosong ke langit-langit ruang kerjanya.

Entah apa rencana Tuhan sebenarnya, kenapa dia bisa selalu bertemu Zia, kenapa seluruh kerjaannya malah berkerja sama dengan Zia?. Aslan benar-benar bingung dengan situasinya sekarang.

^-^

.

Selamat Hari senin semuanya 🥰 Author ingetin lagi jangan lupa 🔖 Vote 🎁Hadia 👍Like 💬Comment kalian jika selelsai baca 😍

Bagi yang muslim selamat Hari Raya Idul Fitri 1443 H 🥳 Mohon maaf lahir batin ya Reader 🙏

Terima kasih sudah menjadi Reader Author bahkan sampai ada yang jadi Reader Setia Author dari awal penulisan Author di Noveltoon 🥺 terima kasih atas segala hal bentuk dukungan kalian semua 😇

Niatnya pagi-pagi update untuk kalian 🤗 tapi malah gak lulus-lulus review 😔 sebenarnya apa yang salah kenapa sering susah lulus review 😭

Terima kasih 👋

Love you 😘

Unik Muaaa

Terpopuler

Comments

Rahayu

Rahayu

masih cutii lebaran kayaknya nieh...lama g up..

2022-05-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!