Keduanya saat ini tengah menunggu Zerlyn untuk sadar sementara Buk Vena serta kepala sekolah lebih dulu pamit dan menitipkannya kepada Stella serta Evano.
"Stell loe udah hubungin orang terdekatnya?." Tanya Evano.
"Belum Vano, gue kelupaan." Stella segera mengambil ponsel jadul milik Zerlyn beruntung ponsel jadul itu tidak memiliki kode sandi.
"Vano, gue harus ngehubungin siapa? Bantuin gue dong." Ucap Stella setengah kebingungan.
"Yang ada aja Stell, gitu aja loe dibikin pusing." Ketus Evano.
Stella memutar bola matanya kemudian mencari kontak yang menurutnya itu dirasa pas, setelah mengscrool dan mengotak atik ponsel Zerlyn Stella sedikit mengkerutkan keningnya saat membaca nama kontak "Sibatu".
Tak mau ambil pusing, Stella kemudian menghubungi nomornya.
___
Disisi lain, Edgar yang tengah sibuk dengan berbagai urusan kantor sedikit terganggu akibat ponselnya berdering. Disaat mengecek nama yang tertera dilayar "SiBocil" menelponnya.
Sejenak Edgar berpikir tidak biasanya Zerlyn menghubungi dirinya.
"Hallo."
Edgar diam sejenak saat panggilan telpon itu sudah tersambung namun ia mendengar suara yang menurutnya itu sangat asing ditelinganya.
"Katakan! Ada apa! Kau itu mengganggu waktuku!." Geram Edgar dengan berteriak.
Tidak peduli siapa yang menelponnya, meski itu orang asing sekalipun. Edgar sangat benci pengganggu.
"Eh, Anu... Maaf Tuan saya menganggu, ini saya .. Anu, ini.."
"Apa kau tidak bisa berbicara dengan benar? Apa kau seorang gagu? Lebih baik lancarkan bicaramu lebih dulu, dan harus tau mengenai aturan di jam kerja!."
"Maaf Tuan, saya teman dari Zerlyn. Saya menginformasikan bahwa Zerlyn saat ini berada dirumah sakit XX. Sekali lagi, maafkan saya jika saya mengganggu waktu anda. Terima kasih."
Tutut!!
"Sialan! Tuh si gagu berani sekali memutus sambungan telpon!." Umpat Edgar kemudian teringat saat mendengar ucapannya yang mengatakan jika Zerlyn berada dirumah sakit.
Edgar termenung sejenak, kemudian menelpon Ken untuk datang ke ruangannya.
Tak lama, Ken datang dengan mengetuk pintunya lebih dulu.
TOK!TOK!TOK!
"Masuk Ken!." Teriak Edgar.
"Ada apa Tuan?." Tanya Ken.
"Pergi kerumah sakit XX dan cek apa benar si bocil masuk rumah sakit?." Jawab Edgar yang malas untuk pergi karna menurutnya lebih baik mementingkan pekerjaan daripada harus menemui Zerlyn.
"Baik Tuan." Ken segera melangkah pergi tanpa bertanya siapa Bocil? Karna menurutnya ia sendiri sudah tau dengan jawabannya.
___
Stella mengumpat kesal, ingin sekali membanting ponsel milik Zerlyn. Baru pertama kali inilah ia di bentak serta di marahi habis habisan. Apalagi Stella sendiri tidak tau siapa yang bernama Sibatu itu sendiri.
"Sialan! Tau gitu gue malas buat ngontek! Belagu amat jadi orang!." Umpat Stella.
Evano tersenyum samar melihat Stella dengan raut wajah garangnya namun terlihat lucu saat melihat bibir mungil itu berkomat kamit tidak jelas.
"Bagaiamana Stell? Loe sudah menghubungi orang terdekatnya?." Tanya Evano.
"Diam loe! Ini semua gara gara loe Vano! Kalau gue gak nurut perkataan loe, gak mungkin gue sampai dibilang si gagu." Gerutu Stella.
Evano sedikit terkekeh mendengar penjelasan dari Stella "Kenapa nyalahin gue? Gue cuma nyaranin loe, gak nyuruh end nggak maksa juga kan?."
"Lama lama rasanya gue pengen hajar loe Van, jangan mancing emosi gue! Bisa bisanya loe lupa ingatan sama perkataan loe sendiri."
Evano memutar bola matanya, lebih baik ia mengalah daripada harus berdebat dengan Stella. Lalu Evano mendekati Zerlyn yang masih terbaring lemah dengan selang infus menancap ditelapak tangannya.
"Stell, dari tadi si Zerlyn kenapa belum bangun?." Tanya Evano keheranan.
"Entah, gue gak tau?." Jawab Stella acuh.
"Loe masih ingat dengan penjelasan dokter tadi?."
"Ya, lalu?."
"Jelasin ogeb!." Ujar Evano sedikit kesal.
"Apanya sih? Dokter cuma bilang Zerlyn kelelahan terus disuruh istrhat doang, kenapa? Loe khwatir sama dia?." Ucap Stella dengan sedikit menggoda Evano.
"Ya jelaslah Stell, sejak tadi Zerlyn tidak sadar dan loe tau sudah berapa kali dia ganti infusan?." Jelas Evano.
Stella diam sejenak mencerna ucapan dari Evano. Dalam hatinya, memang membenarkan serta merasakan hal yang sama seperti Evano.
Tidak lama kemudian pintu ruangan terbuka menampilkan sosok tampan bertubuh tinggi membuat Stella memandangnya tanpa berkedip sedikitpun.
"Astaga!! Tampan sekali." Puji Stella matanya terus saja menatap Ken.
"Pasti kerja kantoran nih." Sambungnya lagi saat melihat stelan Ken yang mengenakan jas hitam lengkap.
"Bagaiamana keadaan Nona Zerlyn?." Tanya Ken kepada keduanya.
1 detik,
5 menit,
30 menit,
Lama menunggu jawaban, namun tak kunjung mendapatkan respon Ken berdehem untuk menyadarkan lamunan gadis didepannya dengan mulut terbuka lebar yang sejak tadi terus saja menatap dirinya.
"Ehhheemm!!."
Stella terlonjak kaget, kemudian menetralkan degub jantungnya.
"Ah, iya Tuan?." Sapa Stella tersenyum penuh arti melihat Ken yang berada didepannya.
"Bagaimana kondisi Nona Zerlyn?." Ulang Ken.
Stella sedikit melongo saat mendengar kata "Nona".
"Nona? Maksudnya?." Tanya Stella tidak mengerti dengan ucapan Ken. Sebab yang Stella ketahui Zerlyn hanyalah gadis biasa, gadis sederhana yang hidup di kossan kecil.
"Ah, ternyata gadis ini belum mengetahui status Nona Zerlyn. Hmmm.. Sandiwara yang sangat hebat Nona." Batin Ken yang memuji peran Zerlyn sebagai istri rahasia dari Edgar.
"Bagaimana kondisinya sekarang?." Ulang Ken kembali.
"Dia sepenuhnya belum sadar Tuan, dan penjelasan dari dokter mengatakan kalau Zerlyn hanya kelelahan butuh istrhat yang cukup serta jangan terlalu banyak beban pikiran." Timpal Evano dengan jelas.
"Baiklah, saya permisi tolong jaga Zerlyn dengan baik." Perintah Ken kemudian pamit untuk pergi.
___
Suasana ruangan itu tampak hening, keduanya sama sama diam sibuk dengan pemikirannya masing masing. Hingga kemudian datanglah Ny.Hellen beserta Tn.Elmato yang mengetahui kabar tersebut dari Ken.
"Astaga Zerlyn." Pekik Ny.Hellen terkejut melihat kondisinya yang lemah.
Sementara Stella serta Evano saling memandang satu sama lain, mereka berpikir siapa wanita tua tersebut? Apakah itu adalah orang tua dari Zerlyn?.
"Hmmm.. Apakah kalian teman dari Zerlyn?." Tanya Tn.Elmato kepada keduanya.
"Benar Tuan." Jawab Stella dengan gugup melihat pria tua namun masih terlihat tampan didepannya memiliki aura kharismatik yang tinggi.
Stella berpikir, siapa sebenarnya Zerlyn? Orang kaya kah? Apalagi saat melihat penampilan kedua manusia tersebut yang tak biasa, bisa dikatakan terkesan glamour.
"Bisa ceritakan sedikit kenapa dengan Zerlyn? Dan apa yang terjadi padanya?." Ujar Tn.Elmato menuntut penjelasan.
Stella gemetar ketakutan, berkali kali menelan slavinanya susah payah. Apalagi mendengar suara dari Tn.Elmato yang tegas, dingin dan penuh penekanan disetiap kata katanya.
Mengetahui hal itu, Evano segera angkat bicara "Maaf Tuan, menurut penjelasan dari dokter Zerlyn tidak mengalami hal serius ia hanya kelelehan serta harus banyak istrhat."
"Ah begitu.. Baiklah, terima kasih sudah menjaga Zerlyn dengan baik sampai menunggu saya datang kesini."
"Tidak apa apa Tuan sebagai teman yang baik saya akan bertanggung jawab, apalagi mengenai status saya sebagai ketua osis di sma kembang 7 rupa." Jelas Evano.
Tn.Elmato sedikit tertarik dengan gaya bicara khas Evano yang tegas, sekilas melirik serta menilai penampilannya. Diusianya yang masih belia, namun cukup lumayan tampan memiliki postur tubuh yang tinggi.
"Maaf Tuan, kalau begitu kami pamit undur diri." Ujar Evano.
Tn.Elmato sekilas tersenyum tipis "Baiklah, sekali lagi saya ucapkan terima kasih."
Evano mengangguk kemudian berpamitan kepada Ny.Hellen yang tengah duduk disisi ranjang milik Zerlyn.
"Permisi Tante, kami ijin pamit."
Ny.Hellen mendongkak menatap Stella serta Evano dengan raut wajah yang tidak bisa mereka cerna.
"Terima kasih, kalian teman Zerlyn yang baik menjaganya tanpa ada luka sedikitpun."
"Itu sudah menjadi tugas saya Tante, kalau begitu kami permisi." Pamit Evano.
Ny.Hellen mengangguk dengan pandangannya masih menatap kepergian Evano serta Stella hingga bayangan keduanya hilang bersamaan pintu ruangan yang tertutup.
"Mereka siapa Pah?." Tanya Ny.Hellen.
"Aku lupa tidak menanyakan namanya Mah, tapi sepertinya mereka sangat baik apalagi dengan gadis cantik itu." Jawab Tn.Elmato.
"Ya, seperti seumuran dengan Zerlyn." Timpal Ny.Hellen.
"Nanti biar papah telpon Pak Darma saja." Usul Tn.Elmato.
"Untuk apa Pah?."
"Informasi keduanya? Bukankah itu yang mamah inginkan?."
"Tidak perlu selagi mereka tidak berbuat apapun kepada Zerlyn, kecuali niat mereka sebaliknya. Papah sudah tau akan hal itu bukan?."
Tn.Elmato mengangguk kemudian membuang nafasnya "Baiklah, terserah mamah saja."
"Diandra.. Maaf aku tidak bisa menjaga Zerlyn dengan baik, aku benar benar gagal dengan tugasku.. Tapi, kali ini aku janji akan selalu melindungi putrimu dibawah kekuasaan yang aku miliki." Batin Ny.Hellen memandang wajah cantik milik Zerlyn yang tengah terlelap tidur. Meski terlihat pucat, namun tidak mengubah kadar kecantikannya.
🌿🌿🌿🌿🌿
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments