Selama sepanjang guru menjelaskan didepan, Zerlyn tidak fokus otaknya berkelana memikirkan suaminya sendiri. Akhir akhir ini, Edgar sangat sibuk baru saja kemarin dirinya keluar kota, hari ini sudah pergi kembali ke luar negri untuk mengurus masalah cabang bisnisnya.
Hal itu membuat Zerlyn setengah dongkol dan setengah kesal... Ah, lebih tepatnya rindu. Ya, rindu saat Edgar memarahinya habis habisan, rindu suaranya, dan intinya rindu segala tentangnya. Dan beruntung, Edgar tidak membunuh langsung kala sering emosi menghadapi istri kecilnya itu.
Meski peraturan di awal pernikahan mereka hanya sebatas diatas kertas, dan tertulis jika diantara salah satunya tidak boleh sampai ada perasaan cinta. Tapi, sepertinya Zerlyn mengalami hal yang lebih dari itu.
Berkali kali kepala Zerlyn menggeleng pelan jika terus saja memikirkan Edgar, bisa bisa ia akan gila. Hal itu lolos membuat Alden disamping Zerlyn mengkerut keningnya, sejak tadi ia melihat Zerlyn menganggukkan kepala, lalu menggeleng dan kembali mengangguk. Alden berpikir, ia takut jika Zerlyn kerasukan setan.
"Kau baik baik saja?." Tanya Alden entah ada keberanian darimana ia sampai bertanya seperti itu.
"Huhh??." Zerlyn refleks melirik Alden dengan melongo.
"Kau baik baik saja?." Ulang Alden kembali merasa lucu melihat ekspresi Zerlyn.
"Ah, ya!!." Ujar Zerlyn dengan cepat.
"Hufftt!! Syukurlah!!." Alden membuang nafasnya lega dan segera membuang pikiran buruknya.
"Memangnya tadi aku kenapa?." Tanya Zerlyn yang penasaran.
"Memangnya kau tidak tahu?." Jawab Alden merasa keheranan.
Zerlyn menggeleng.
"Kau seperti orang yang tidak waras!!." Ujar Alden berterus terang.
Zerlyn terkejut dengan penuturan dari Alden "Apa!!." Teriak Zerlyn membuat guru serta didalam kelas melirik ke arahnya.
"Ada apa Zerlyn?." Tanya Pak Angga guru BI (Bahasa Indonesia).
"Eh, tidak Pak." Jawab Zerlyn tersenyum kikuk.
"Apa kalian berdua tidak memperhatikan saya saat menerangkan? Saya lihat tadi, kalian malah asyik mengobrol!!." Tegur Pak Angga yang sedikit geram.
"Keluar dari pelajaran saya sekarang! Sebagai hukumannya, kalian berdua hormat di lapangan!."
"Tapi Pak." Alden merasa keberatan dengan hal itu, ini kedua kalinya ia sampai dihukum.
"Tidak ada penolakan! Keluar sekarang!." Bentak Pak Angga dengan suara yang semakin meninggi.
Dengan terpaksa Zerlyn serta Alden keluar membuat suasana kelas ramai dan menyorakinya.
"Huhhh!! Si pantat panci kayanya cocok tuh sama si Zerlyn yang sok itu!."
"Bukan cocok lagi kayanya jodoh!!."
Suara tawa kembali menggema mengantar langkah Zerlyn yang masih berada di ambang pintu, kemudian semuanya terdiam saat Zerlyn berkata dengan nada tinggi.
"BACOTT! LOE SEMUA!."
"Zerlyn!." Bentak Pak Angga menggeleng pelan mendengar kata kasar dari mulutnya.
Zerlyn kemudian melangkah ke depan berdiri disamping Pak Angga, mata yang tajam menatap keseluruhan dalam kelas dan berbicara bak dosen killer. Melihat mata Zerlyn, membuatnya merasa ada aura aneh tiba tiba melintas begitu saja.
"Anak anak, tolong bacotnya di jaga! Sebelum mulut menjijikan kalian saya robek!." Zerlyn kemudian melangkah keluar dengan santai menyusul Alden yang lebih dulu sudah berada dilapangan.
___
"Hei panci!." Tukas Zerlyn sedang duduk di pohon berteriak memanggil Alden.
Alden melirik sekilas "Apa?."
"Cihhh!! Gak usah sok!! Abaikan saja!!." Tegur Zerlyn kemudian mendekati Alden dan berdiri disampingnya.
"Gak Erlyn, nanti hukumannya malah bertambah." Tolak Alden.
"Erlyn?." Kening Zerlyn mengkerut dan diam sejenak mencerna ucapan Alden.
"Iya, aku hanya memanggil nama tengahmu saja. Kalau tidak boleh dan merasa tidak nyaman dengan panggilan itu, aku nanti akan menggantinya menjadi Zerlyn kembali." Jelas Alden yang masih menatap tiang bendera.
"Hmmm.. Terserah, lagi pula aku tidak keberatan!!."
"Oh ya, boleh aku bertanya??." Lanjut Zerlyn kembali.
"Silahkan, Erlyn mau bertanya tentang apa?." Jawab Alden santai.
"Boleh aku tau nama aslimu siapa?." Tanya Zerlyn meliriknya sekilas. Melirik ke arah kaca matanya, merasa tidak asing.
"Untuk apa menanyakan hal itu? Apa buat Erlyn itu penting??." Ucap Alden yang merasa keheranan. Baru kali ini ia mendapatkan pertanyaan aneh seperti itu apa Zerlyn ingin mengetahui tentang pribadinya? Batin Alden, hal itu membuatnya harus lebih ekstra hati hati.
Sekilas, Alden teringat kejadian waktu itu.. Sedetik kemudian, bibirnya tersenyum samar sampai Zerlyn tidak menyadarinya.
"Tidak juga, hanya ingin tau saja. Kalaupun tidak memberi tahu juga tidak masalah, gak maksa!!." Kata Zerlyn yang acuh.
"Hmmmm..." Alden hanya berdehem sebagai jawabannya.
Zerlyn tersenyum kecut "Aku tidak seperti apa yang kau pikirkan Alden, tenanglah..!!
Alden mengkerutkan kening, apa Zerlyn mengetahui akal pikirannya?.
"Maksudnya?." Alden menatap Zerlyn disamping, tangannya tidak menghormat seperti dirinya.
Alden terus saja mencuri pandang ke arah Zerlyn satu kata untunya "Cantik" rambut panjang yang terikat ekor kuda, dengan beberapa anak helai didaun telinga tersapu angin yang berhembus.
Tubuh tinggi, mengenakan seragam kebesaran, serta rok di bawah lutut menyembunyikan kaki jenjangnya. Serta kulit putih terpancar sinar matahari, hidung mancung alis tebal dan bibirnya tipis. Membuat Alden terpaku sejenak, lalu kembali menatap lurus kedepan.
Tidak ingin sampai ia lepas kendali jika terus menatap benda itu.. Ah, ingin sekali ia sedikit mencicipinya.
"Hanya sekedar ingin tahu, bukan maksud lebih!! Tapi, sudahlah lupakan saja!!." Tukas Zerlyn, padahal dalam hatinya ia berharap lebih.
"ALDEN L.W." Jelas Alden memberikan jawabannya setengah.
"L.W? Apa itu?." Tanya Zerlyn otaknya mencerna ucapan Alden, merasa tidak asing dengan nama tersebut.
"Aku juga tidak tahu, Mom and Dad yang memberikan nama itu." Jawab Alden tampak acuh.
"Sialan!." Batin Zerlyn.
"Kenapa?." Tanya Alden yang tidak mendapatkan respon dari Zerlyn, ia tampak termenung sendiri.
"Huhhh? Tidak apa apa!!." Ucap Zerlyn singkat.
"Tidak perlu kau pikirkan, lagian itu tidak penting bukan?." Alden bisa mengetahui raut wajah Zerlyn tampak seperti berpikir keras untuk mencari sebuah jawaban teka teki yang Alden berikan padanya.
"Hmmm.. Ya!!." Jawab Zerlyn kemudian melihat Alden pergi meninggalkannya.
"Kau mau kemana?." Bibir Zerlyn lolos mengucapkannya. Hal menurutnya itu tidak penting Mengingat, Alden bukanlah sahabat atau teman dekatnya. Hanya orang asing yang Zerlyn sendiri iseng mengoreksi pribadinya.
"Rooftop." Balas Alden kemudian kembali melanjutkan langkahnya.
"Woy!!." Pekik Stella menepuk bahu Zerlyn yang tengah melamun sejak tadi terus saja memperhatikan langkah Alden.
Zerlyn terkejut "Apa sih loe!! Ngapain loe kesini?."
"Huhh?? Ngapain? Loe ga liat sekarang jam berapa?." Tanya Stella.
"Gue gak tau." Jawab Zerlyn.
"Tuh akibatnya gara gara liatin bebep loe terus!! Udah sekarang kita ke kantin!!." Ajak Stella dengan menyeret tangan Zerlyn.
"Bebep siapa sih maksud loe?." Tanya Zerlyn sejak waktu kemarin Stella selalu mengucapkan hal itu.
"Si Alden, siapa lagi." Jawab Stella.
"Gila loe! Enak banget tuh mulut ngomong kaya gitu!!." Bantah Zerlyn kesal.
"Gak usah ngebantah! Gue daritadi ngeliatin loe, terus saja ngobrol sama si pantat panci sampai loe gak sadar tuh si panci mandang loe terus." Jelas Stella yang sontak membuat Zerlyn menatapnya dengan lekat.
"Serius loe?."
Stella memutar bola matanya "Cieee.. Aku terpesona.."
Stella terkekeh geli menggoda Zerlyn, hal itu membuat Zerlyn murka, Stella segera berlari setelah mengetahui raut wajah Zerlyn sudah berubah seperti setan.
"Woyy!! Stella!! Berhenti gak loe!!." Teriak Zerlyn mengejar Stella didepannya.
Sepanjang koridor mereka saling mengejar satu sama lainnya, membuat penghuni sekolah keheranan dengan mereka.
"Hahaa!! Ayoo Lyn kejar gue!!." Pekik Stella tertawa puas.
"Awass loe!! Kalau gue dapat, gue cincang!! Daging loe gue kasih ke piranha peliharaan gue!!." Teriak Zerlyn dengan suara yang menggema disetiap ujung koridor.
🌿🌿🌿🌿🌿
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments