Zerlyn tak mengeluh sedikitpun, dengan semangat ia membereskan pekerjaannya. Tepat pukul 08:00 Zerlyn akhirnya bisa bernafas lega.
Kemudian ia melangkah naik ke atas menuju kamar Edgar untuk membersihkan dirinya. Tak lupa tangan itu mengetuk pintu kamarnya lebih dulu agar sang empunya tidak mengamuk.
TOK!TOK!.
"Masuk!."
Zerlyn segera masuk kemudian menutup kembali pintunya, sekilas ia melihat Edgar sedang sibuk dengan laptop dipangkuannya.
"Sudah selesai?." Tanya Edgar tanpa menoleh ke arah Zerlyn.
"Sudah Tuan." Jawab Zerlyn lalu melakukan ritual mandinya.
Zerlyn segera melepas pakaian kotornya, tidak lupa juga membawa baju ganti ke kamar mandi. Selama tiga puluh menit kemudian, Zerlyn baru selesai dengan aktifitasnya.
Saat membuka pintu kamar mandi, kakinya mengendap pelan sekedar mengintip takut jika Edgar masih berada ditempat. Dan beruntungnya, Edgar sudah menghilang entah kemana perginya.
Lantas Zerlyn segera berlari mengambil tas sekolahnya untuk mengejerkan tugas lebih dulu sebelum ia menjemput alam mimpinya.
Dengan alas kapret berbulu, tubuhnya ia tenderan diatasnya dengan tangan kiri memegang pensil serta ujung kepala terdapat benda hitam bersegi panjang.
Sangat mudah bagi Zerlyn mengerjakan tugas soal fisika apalagi mengenai rumus dan berhitung. Hanya dengan lima menit, Zerlyn sudah selesai dengan tugasnya.
Tidak lupa Zerlyn kembali membereskannya kemudian mengambil selimut tipis dan segera mengistrhatkan tubuhnya yang lelah. Tidur dibawah beralaskan kapret sudah biasa bagi Zerlyn apalagi dinginnya Ac. Awalnya ia tidak terbiasa, tubuhnya menggigil kedinginan ditambah dengan selimut tipis yang dia gunakan.
Pintu kamar itu terbuka menandakan ada yang memasuki kamarnya, tubuh tinggi nan tegap segera melangkah mendekati Zerlyn dibawah ranjang miliknya.
Bahunya naik turun, nafasnya beraturan yang berarti ia sudah terlelap dengan mimpi. Edgar hanya meliriknya sekilas lalu segera merebahkan tubuh panjangnya di atas kasur empuk.
___
KRIIINGGGG!!!
Alrm milik Zerlyn berbunyi dengan keras, tangannya segera mematikan agar suara nyaringnya tidak mengganggu singa yang masih terlelap dalam tidurnya.
Zerlyn lantas bangun dari tidurnya, melipat selimut serta segera mengambil pekerjaan yang lainnya. Padahal, jam baru saja menujukan pukul 04:00. Tapi bagi Zerlyn itu sudah biasa ia lakukan.
Dengan membuatkan sarapan, mencuci, membersihkan kamar mandi, dan menyapu halaman belakang. Sementara mansion itu begitu luas tapi yang bekerjanya hanya beberapa maid saja.
Tangannya dengan cekatan menyapu belakang, tumpukan daun kering sudah menungguinya sejak tadi. Serta terdapat taman yang luas, sangat indah disandingkan bersamaan dengan bunga bermekaran.
Pukul 06:15 Zerlyn bergegas masuk kedalam, sejak tadi ia berada dibelakang menyelesaikan beberapa pekerjaannya.
Langkah yang tergesa sampai lupa tidak mengetuk pintu seperti biasanya, Zerlyn langsung masuk begitu saja. Refleks kakinya mengerem mendadak melihat penampakan yang seharusnya tidak ia lihat, membuat pipi Zerlyn bersemu merah seperti tomat.
"Ceroboh!." Ucap Edgar yang masih mengenakan handuk sebatas pinggangnya.
"Maaf Tuan." Zerlyn kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi menghempaskan pintu itu dengan kasar membuat Edgar sedikit terkejut.
BRAKKK!!.
"Bocil gila!." Umpat Edgar.
___
Dengan kaki yang berlari menuruni anak tangga, Bik Nur memperhatikan Zerlyn dari jauh ia tampak khawatir jika sampai terjadi hal yang tidak Bik Nur inginkan, maka siap siap eksekusi menantinya.
"Nona, pelan pelan jalannya." Tegur Bik Nur saat jarak Zerlyn sudah berada di anak tangga terakhir.
"Aku sudah terlambat Bik." Balas Zerlyn mengabaikan teguran Bik Nur.
"Sarapan dulu Non, Tuan sudah berada di meja makan." Pinta Bik Nur kemudian.
Zerlyn segera mendekati Egdar yang tengah duduk santai "Tuan, saya duluan." Pamit Zerlyn kemudian mengambil langkah seribu.
Edgar tak menyahuti ucapan Zerlyn, dirinya tampak acuh saja. Lalu ia bangkit meninggalkan meja makan disusul Ken, asistennya.
Bik Nur melihat mereka merasa sangat iba, terutama kepada Edgar, majikannya. Tampak seolah tidak ada gurat khwatir ataupun lainnya, wajah tampannya selalu datar mengingat Zerlyn itu gadis yang baik, penurut tapi Edgar selalu acuh dan acuh setiap harinya.
___
Zerlyn mengatur nafasnya sejenak lalu tersenyum kepada Mang Asep yang duduk di kursi pos securty.
"Pagi Mang Asep." Sapa Zerlyn tersenyum hangat.
"Eh, selamat pagi Non." Balas Mang Asep membalas senyumanannya. Hatinya menghangat memiliki Nona muda itu selalu ramah padanya.
"Belum berangkat Non?." Tanya Mang Asep kembali, padahal jam sudah menunjuk pulul 07:00.
"Belum, menyapa babang tampan dulu sekalian nunggu gojek." Jawab Zerlyn seraya menggodanya.
"Ah, si Non bisa saja." Ujar Mang Asep terkekeh. Kemudian berdiri dari duduknya untuk membuka pintu gerbang melihat mobil milik Tuannya itu sudah melintasi area tempat kuncennya.
Bersamaan dengan gojek pesanan Zerlyn sudah tiba ditempat kemudian ia pamit lebih dulu "Mang Asep, Zerlyn duluan yah."
Mang Asep mengangguk lalu tersenyum, sudah tidak aneh jika kedua majikannya itu tidak pernah akur apalagi sampai satu mobil untuk sekedar berangkat bersama.
___
Setibanya di SMA KEMBANG KANTIL, Zerlyn tampak kesal gerbang itu ternyata sudah tertutup rapat.
"Woy!! Bukain dongg!!." Pinta Zerlyn dengan suara yang berteriak.
Pak Kusno selaku kuncen mendekati asal suara dan terkejut mendapati siswi murid paling pintar disekolahnya ternyata sedang terlambat.
"Loh, Neng Zerlyn?." Sapa Pak Kusno saat jaraknya sudah berada di pintu pagar.
"Bukain dong Pak." Pinta Zerlyn dengan suara memelas.
"Tumben Non terlambat?." Tanya Pak Kusno keheranan.
"Gadang Pak sama main gapleh, apalagi?." Alasan Zerlyn.
"Biarkan dia masuk!." Perintah sang ketua dibelakang Pak Kusno.
Pak Kusno kemudian menoleh kebelakangnya mendapati Evano menatapnya dengan santai "Tapi Den.."
"Saya yang akan mengurusnya." Ucap Evano menyakinkannya.
Dengan berat hati, Pak Kusno akhirnya membuka pintu gerbang membuat Zerlyn bersorak senang.
"Terima kasih Pak Kusno, semoga rejekinya hari ini lancar." Zerlyn terkekeh saat Pak Kusno mengaminkan doanya.
"Mau kemana loe?." Tanya Evano melihat langkah Zerlyn melewatinya.
Zerlyn berbalik dengan kening mengkerut "Ada suara tapi tidak ada rupa, Hmmm.. Ah, mungkin cuma perasaan gue doang." Ujar Zerlyn lalu kembali melanjutkan langkahnya.
"Berani loe ngomong kaya gitu?." Tangan Evano menarik kerah seragamnya dengan kasar.
"Eh, lepasin Woy!!." Pekik Zerlyn merasa lehernya tercekik.
"Sudah terlambat, tidak memakai dasi seragam dikeluarkan." Desis Evano menilai penampilan Zerlyn sejak tadi.
Refleks Zerlyn menilai kembali penampilannya dan benar apa yang di ucapkan Evano padanya.
Zerlyn menyengir kuda, lalu ia menilai penampilan Evano "Loe juga baju dikeluarkan, dasi ga make fine aja tuh!." Sinis Zerlyn.
"Jangan banyak alasan! Ikut gue sekarang!." Ujar Evano tangannya masih mencekal kerah seragam Zerlyn.
"Kemana Beb? Pelaminan? KUA? Ayo!!." Tangan Zerlyn memegang pergelangan Evano. Namun Evano segera menepisnya dengan kasar.
"Jangan mencari kesempatan loe!." Tukas Evano geram.
"Kenapa sih sejak tadi kamu marah terus sama aku? Salah aku apa? Coba jelaskan, jangan kaya gini." Ujar Zerlyn yang berakting sedih.
"Basi! Akting loe buruk! Peran loe lebih cocok jadi kuli sampah!." Cibir Evano menatapnya dengan sengit.
"Masa sih? Bukannya lebih cocok jadi pendamping kamu? Kalau aku sih, fine aja." Zerlyn terkekeh melihat tampang Evano berubah seperti setan.
"Jangan banyak bacot! Cepatan ikut gue!." Evano segera menyeret kasar Zerlyn dengan paksa menuju ruangan eksekusi.
"Apa seperti ini sifatmu yang tidak sabaran? Ah, ternyata aku baru tau." Tanya Zerlyn yang masih setia menggodanya.
"Sekali lagi loe banyak bacot! Hukuman loe gue tambah!." Ancam Evano kemudian melangkah masuk keruangan BK.
TOK!TOK!.
"Masuk!."
"Permisi Buk." Sapa Evano sesaat setelah masuk kedalam ruangan eksekusi.
Buk Vena segera mendongkak serta keningnya mengkerut menatap Zerlyn yang keheranan. Mengetahui hal itu, Zerlyn segera angkat bicara.
"Selamat pagi Buk Vena, saya terlambat karena bermain gapleh dan ngaronda." Jelas Zerlyn langsung membeberkannya.
"Cihh!! Alasan yang konyol!." Sinis Evano disampingnya.
Zerlyn sekilas menatapnya "Diam kau Eva!."
Buk Vena menggeleng pelan "Saya tau kamu siswi pintar disekolah ini, dan untuk pertama kalinya kamu terlambat, maka masalahnya saya akan ringankan."
"Kalian berdua segera masuk kembali kedalam kelas dan untukmu Zerlyn, jangan diulangi kembali kebiasaanmu." Perintah Buk Vena bukan ia tidak bisa menghukum Zerlyn. Hanya saja ini adalah pertama kalinya siswi pintar itu terlambat.
"Baik Buk, terima kasih saya permisi." Pamit Zerlyn setelah mendapat anggukan kepala dari Buk Vena.
🌿🌿🌿🌿
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments