Zerlyn segera duduk di samping Stella yang sedang memakan kuah bakso sesekali bibirnya mendesis kepedasan.
"Lama!! Kemana aja sih loe? Kencan sama si cupu?." Tanya Stella lalu menyeruput jus jeruk di depannya.
Zerlyn sekilas melirik Stella, ia tersenyum miring lalu matanya turun melihat mangkuk bakso yang sudah habis hanya tersisa kuahnya berwarna merah pekat.
"Cihh, nyali loe cemen!!." Jawab Zerlyn dengan mencibir Stella.
Stella tak menggubris ucapan Zerlyn, tangannya sibuk mengambil tissu lalu menampelkan ke hidungnya mengusap ingus yang sudah meler keluar serta melemparnya ke sembarang arah.
"Woy! Jorok ogeb! Gak liat gue lagi makan?." Tegur Zerlyn saat mendengar Stella memencet hidungnya agar ingus itu keluar seluruhnya.
Stella tersenyum lebar lalu menggoda Zerlyn "Mau dicampur ingus gue Lyn? Enak loe."
"Sinting!." Zerlyn kembali melanjutkan makanannya dengan lahap.
"Loe belum jawab pertanyaan gue!!." Ucap Stella.
"Yang mana?." Balas Zerlyn acuh lalu menunangkan semuanya sambal yang berada di mangkok kecil ke dalam BHA THA GOER miliknya. "Ini namanya pro! Daripada loe, cuma gitu doang gue juga bisa!!."
Mata Stella melotot melihat segitu banyaknya sambal sampai habis tak bersisa langsung berpindah tempat ke dalam piring milik Zerlyn.
"Loe bisa mati Zerlyn! Bahaya buat loe ogeb!." Tegur Stella.
"Lihatin sama loe Stell, gue yakin dalam waktu lima menit semuanya sudah pindah masuk ke perut langsing gue." Ujar Zerlyn lalu melahap seluruhnya, bibirnya kini berubah menjadi semerah darah.
Stella bangkit kemudian segera berlari, membuat Zerlyn terpaku ditempat. Otaknya berkelana mencari jawaban, ada apa dengan Stella? Apa ia takut jika nanti akan dimakan oleh Zerlyn?.
Tak lama, Stella datang kembali membawa satu gelas baru serta ditangannya membawa teko, banyak yang menatap Stella keheranan namun ia acuh.
"Noh, udah gue sediain khusus buat loe!." Tukas Stella mendaratkan teko serta gelas kosong di meja tepat di depan Zerlyn yang mendesis sama seperti Stella di awal tadi.
Zerlyn segera mengambil teko lalu menuangkannya ke dalam gelas, Stella buru buru menegurnya sebelum air dalam mulut itu muncrat mengenai dirinya.
"Loe sebelum minum berdoa dulu, tuh air masih panas Lyn!!."
Zerlyn tak mengindahkan teguran dari Stella dengan sekali teguk, air panas itu sudah masuk ke dalam tenggorokannya.
"Ahhh!! Segarnya!! Loe tau aja apa yang terbaik buat gue Stell!." Ucap Zerlyn menyengir kuda.
"Loe kesetanan Lyn?." Tanya Stella masih berdiri mematung melihat air panas itu langsung masuk begitu saja, tanpa ada hambatan atau merasa terbakar.
"Kalau gue kesetanan, sejak tadi gue udah nyerang loe!." Zerlyn kemudian bangkit dan menarik Stella untuk segera masuk ke dalam kelas.
"Apa tenggorokan loe baik baik saja Lyn?." Tanya Stella menatap Zerlyn seolah ia baik baik saja.
"Kelihatannya?." Jawab Zerlyn santai.
Stella memutar bola matanya lalu sekilas ia melihat Alden yang tengah menunduk kepala menuju kelasnya.
"Eh, bebep loe noh!! Cepatan sambut gih!!."
"Siapa?." Keningnya mengkerut menatap ke depan namun tak menemukan siapapun.
"Telat loe!!." Balas Stella.
"Stell, sehabis pulang gimana kalau kita makan di caffe ramen di jalan X yang katanya ada menu baru looh." Ajak Zerlyn kemudian.
"Maksud loe menu baru yang pake cabai 100 itu?." Tanya Stella dengan menebaknya.
Zerlyn mengangguk antusias "Kita taruhan, kalau kalah teraktir makan diresto seafod." Tawar Zerlyn menaikan kedua alisnya.
"Oke!! Deal ya!!." Tangan Stella menjulur untuk menjabat tangan Zerlyn. Zerlyn kemudian membalas dengan senyuman miring dari bibirnya.
Makanan pedas bagi mereka itu adalah salah satu makanan terfavoritnya apalagi mengenai resto seafod, Zerlyn sangat menyukai tempat itu. Tempat yang menurutnya nyaman serta mampu membuat jiwanya rileks.
___
Bell pulang sudah berbunyi sejak tadi, dua gadis itu tengah merangkul satu sama lain. Bibir mereka sesekali di iringi tertawa dan candaan yang ia lontarkan.
Kemudian, Stella membawa motornya untuk menuju Caffe ramen yang terletak dijalan "Jalanin aja dulu".
Tak berlangsung lama, Zerlyn serta Stella sudah sampai ditempat kemudian segera mesan makanan yang menurutnya itu menu terbaru.
Kedua mata mereka melotot melihat makanan mewah sudah tersaji dimeja, dengan kuah yang menggoda berwarna merah terang, biji cabai itu menyembul di atas permukaan kuah serta beraroma yang khas membuat perut mereka koroncongan.
Dengan lahap Zerlyn segera menyeruput kuah merah itu "Stell, jangan lupa taruhannya!." Tegur Zerlyn kembali mengingatkannya.
"Bawel loe!! Gue akan lupa Lyn loe tenang aja!!." Balas Stella dengan sendok yang berada di genggamannya lalu mengambil kuah dan mamasukannya ke dalam mulut.
"Loe hutang sama Bik Parmi aja sampai lupa Stell." Ujar Zerlyn dengan mencibir Stella.
"Itu hutang 5 tahun yang lalu Lyn, loe ternyata masih ingat? Wah!! Gak nyangka gue. Apalagi loe juga punya hutang tuh sama Bik Kokom sampai sekarang belum loe bayar." Ucap Stella yang tak mau kalah dengan Zerlyn.
"Gak perlu di bahas yang terpenting Bik Kokom tidak menagihnya Stell!." Zerlyn terkik geli sekilas ia teringat saat itu mengambil gorengan miliknya sebanyak 10 biji, tapi Zerlyn mengatakan jika mengambilnya hanya 5 biji saja dan itupun berhutang.
"Loe tau kan kutukan maling kundang kaya gimana? Kalau loe tau, sekali ditendang sama Bik Kokom loe bisa mampus Lyn!." Ujar Stella dengan menakutinya.
"Apalagi loe Stell kalau sampai ditendang sama Buk Yena, bisa sampai ke antartika loe!."
Stella diam sejenak mencerna ucapan Zerlyn. Kemudian, ingatannya kembali teringat saat itu Buk Yena memarahi Stella habis habisan. Bahu Stella bergidik membanyangkan ingatannya waktu dulu.
"Woyy!! Loe kalah!!." Teriak Zerlyn membuyarkan lamunan Stella.
Stella melotot bagaimana bisa? Kemudian ia menatap Zerlyn tengah menyengir kuda lalu menatap mangkuk yang ternyata sudah kosong.
"Licik loe ah." Tukas Stella tidak bisa menerimanya begitu saja.
"Licik apaan maksud loe? kalau kalah ya tetap kalah dong Stell, jangan lupa traktirannya." Zerlyn semakin mengembangkan seyuman khasnya.
"Ya, gue gak akan lupa!!." Ujar Stella lalu bangkit berdiri "Ayo Lyn kita pulang sekarang!!."
Zerlyn mengangguk lalu menyambar tasnya kemudian melangkah keluar dan duduk jok belakang.
"Lyn, loe bawa motor dong." Pinta Stella.
"Tumben loe gak biasanya?." Tanya Zerlyn keheranan.
"Gue lagi malas bawa, cepatan duduk loe pindah." Jawab Stella dengan mengibaskan tangan tanda mengusir Zerlyn.
Zerlyn hanya tinggal bergeser sedikit lalu menghidupkan motornya meleset membelah jalan raya. Cuaca disore hari yang indah, awan berwarna orange menambah kesan indah di sepanjang perjalanan mereka.
Motor itu berhenti saat lampu merah menyala, Pandangan Zerlyn menatap ke sekelilingnya lalu tak sengaja melihat mobil bewah disamping motornya.
Zerlyn menelan slavinanya kasar apalagi saat kaca mobil itu terbuka lebar menampilkan sosok pria tampan namun terlihat menyeramkan.
Pandangan mereka bertemu, Zerlyn segera memutuskan pandangannya lebih dulu dan kembali menatap ke depan mengatur ritme jantungnya yang berdetak kencang.
Sedangkan Stella yang melihat pria tampan itu begitu takjub, matanya terus saja menatap ke arahnya hingga pandangannya terputus akibat Zerlyn mengebut membawa motor dengan kecapatan tinggi.
"Woy! Pelankan motornya! Loe kenapa sih? Habis lihat setan loe?." Tanya Stella berteriak disamping telinga Zerlyn.
Zerlyn kemudian memberhentikan motornya dan menepi di pinggir trotoar.
"Gue udah sampai, gue balik duluan dan ingat jangan lupa besok." Ucap Zerlyn dengan setengah berlari meninggalkan Stella yang terheran dengan sifat anehnya.
___
Zerlyn menatap pagar yang menjulang tinggi didepannya, tangan itu memegang erat pagar besi bibirnya berteriak memanggil Mang Asep.
"Pak, tolong saya Pak!! Tolong buka pintunya!!!." Teriak Zerlyn bak seperti seorang pengemis meminta sumbangan.
TINTIN!
Dari arah belakang, terdengar suara klakson mobil yang keras, membuat Zerlyn terlonjak kaget.
"Woy!! Gak lihat orang didepan! Main tabrak gitu aja!!."
Mang Asep mansion segera membuka gerbang saat mendengar suara klakson mobil, buru buru ia berlari dengan langkah yang tergesa gesa. Jika tidak habis riwayatnya.
Zerlyn menyingkir lalu menunduk hormat mengikuti Mang Asep disampingnya. Membuat yang berada didalam mobilnya menatap Zerlyn dengan mengkerutkan keningnya.
"Loh, Non ngapain nunduk?." Tanya Mang Asep kuncen gerbang.
"Kenapa? Apa tidak boleh?." Jawab Zerlyn dengan tampang santai.
"Non itu kan istri Tuan, jadi tidak perlu sampai menuduk seperti itu." Tegur Mang Asep mengingatkannya.
Zerlyn melebarkan giginya "Mang Asep, Zerlyn duluan sebelum singa itu ngamuk." Pamit Zerlyn kemudian ia segera berlari untuk masuk ke dalam mansion.
___
Baru saja sampai di pintu utama, suara berat itu sudah lebih dulu menghentikan langkahnya.
"Dari mana saja kau!." Tanya Edgar menatap Zerlyn yamg masih mengenakan seragam SMA.
Zerlyn menunduk ketakutan "Hmmm, pulang sekolah Tuan."
"Sekolah? Sekolah Caffe maksudmu?." Tebak Edgar yang tau jika Zerlyn tengah berbohong.
Zerlyn mendongkak, ia terkejut mendengar ucapan dari Edgar, dari mana ia tau?.
"Cepat bereskan pekerjaanmu! Dan jika besok sampai terlambat kembali, kepalamu yang akan sebagai gantinya!." Perintah Edgar dengan menatap Zerlyn tajam, memberikannya ancaman agar Zerlyn jera dan tidak melalaikan pekerjaannya.
"Bai--ik Tuan." Zerlyn segera berlari menaiki tangga untuk mengganti seragamnya lebih dulu lalu kemudian melanjutkan pekerjaan dimansion milik suaminya sendiri.
Selama tidak ada kedua orangtuanya, Edgar bebas memperlakukan istri kecilnya itu dengan kekuasaan yang ia miliki.
🌿🌿🌿🌿🌿
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Martha Fery
lanjut
2022-05-24
0