Entah terlalu kepagian atau terlalu semangat, Zerlyn sudah tiba disekolahnya. Kakinya menyusuri setiap lorong yang masih sepi.
Karna tak memungkinkan masuk kedalam kelas seorang diri, Zerlyn memilih ke perpus sekedar mencari buku yang dirasa menurutnya itu penting.
Keadaan perpus sama halnya dengan waktu dikoridor, masih sepi hanya terdapat deretan rak buku berbaris rapih menjulang tinggi. Langkahnya terus saja menyusuri setiap rak rak dan membaca nama diatas agar lebih mudah menemukannya.
Bibirnya tersenyum puas setelah menemukan buku incarannya, segera ia mengambilnya lalu mencari tempat duduk. Baru saja akan mendaratkan pantatnya, tak sengaja Zerlyn sekilas mendengar suara samar samar seperti sedang berbicara ditelpon.
Karna penasaran, Zerlyn mendekat ke arah suara dengan cara mengendap kemudian bersembunyi.
Kepalanya sedikit menyembul untuk mengintip, matanya reflek membulat sempurna ribuan pertanyaan kembali menyerang otaknya.
"Lagi, lagi dia orangnya!." Batin Zerlyn yang semakin yakin jika waktu kejadian kemarin, adalah suruhannya.
"Sialan!." Geram Zerlyn kembali merapatkan tubuhnya untuk menempel ke dinding tembok setelah mengetahui jika orang itu telah selesai berbicara.
Tak ingin sampai mengetahui aksinya, Zerlyn kembali duduk santai ditempatnya semula. Bersamaan dengan Alden di arah berlawanan yang akan duduk di depan Zerlyn.
"Loe? Ngapain disini?." Tanya Zerlyn.
"Baca buku? Menurut Erlyn apa? Tidur?." Jawab Alden kemudian meletakkan buku diatas meja.
"Baca buku apaan? Serius banget loe?." Tanya Zerlyn kembali.
"Bisnis." Acuh Alden yang masih setia menundukan kepalanya.
"Bisnis? Loe tau apa tentang Bisnis?." Zerlyn menatap Alden lebih lekat terutama ke arah kaca matanya.
"Entah, aku tidak tau?." Jawab Alden yang masih cuek. "Erlyn sejak kapan disini?." Sambung Alden yang sedikit menyentil benakknya.
"Sialan!." Geram Zerlyn dalam hatinya.
"Hmmm... Baru saja!!." Ucap Zerlyn berusaha memaksimalkan sedikit keterkejutannya.
"Gue sepertinya tidak asing melihat wajah loe?." Tanya Zerlyn.
Refelek Alden mendongkak menatap Zerlyn dengan wajah yang terkejut sekilas keningnya menggambarkan kerutan halus bergelombang.
"Oh Ya? Mungkin itu hanya perasaan Erlyn saja." Bantah Alden setengah gugup kemudian melanjutkan kembali membaca bukunya.
"Gue serius dan bukan sekedar perasaan gue doang!! Gak mungkin dong gue salah? Mata gue masih normal!." Ketus Zerlyn berusaha meyakinkannya.
"Hmmm.. Lupakan Erlyn mungkin kamu terlalu tegang saat akan ujian nanti. Aku permisi duluan." Pamit Alden lantas berdiri dan mengembalikan buku ditempatnya seperti awal.
Hal itu luput dari perhatian Zerlyn, dengan memancingnya ternyata sedikit berhasil. Kemudian langkahnya mengambil buku yang sempat Alden baca, saat membaca covernya bibir Zerlyn berkedut lalu menggeleng pelan.
"Tidak penting! Gue seperti orang yang tidak waras!!." Gumam Zerlyn lalu menghembuskan nafasnya.
___
Kelas IPA12 tersebut tampak hening, wajah muridnya mendadak tegang, ada yang masih bersantai, ada juga yang berbisik meminta jawaban.
"Jika sudah selesai mengerjakannya, boleh pulang duluan." Ujar Pak Anton pengawas ujian.
Sontak membuatnya semakin bertambah panik, ingin cepat segera menyelesaikan soal yang membuat otaknya ngebul.
Sama halnya dengan Zerlyn, mengerjakan 100 soal hanya dalam waktu 5 menit ia sudah menyelesaikannya, kemudian segera mengumpulkan kedepan.
Pak Anton melirik Zerlyn sejenak, lalu pandangannya beralih kedalam kertas ujian miliknya. Kepalanya menggeleng pelan lalu mengangguk dan memberikan dua jempol kepada Zerlyn.
"Tunggu diruangan saya!!." Pinta Pak Anton kemudian.
"Ngapain Pak? Bukannya kalau sudah selesai, disuruh pulang langsung?." Ucap Zerlyn mengulang kembali ucapan dari Pak Anton.
"Benar, tapi sedikit ada urusan penting tunggu saja diruangan saya sekarang."
Zerlyn menghentakkan kakinya kesal, dengan terpaksa menuruti keinginan dari gurunya tersebut. Dengan malas kakinya ia seret pelan seperti suster ngesot menuju ruangan Pak Anton.
"Kamu kenapa Zerlyn?." Tanya Pak Anton keheranan.
Zerlyn terkejut lalu membalikan tubuhnya "Eh, Bapak Kok sudah ada disini?." Jawab Zerlyn.
"Apa kakimu baik baik saja?." Pak Anton melirik kaki Zerlyn lalu disaat akan menyentuh untuk sekedar mengeck, Zerlyn segera menjauh dan kembali berdiri seperti awal.
"Saya gpp Pak." Ujar Zerlyn langsung berdiri tegap.
Pak Anton menggeleng pelan kemudian melanjutkan langkahnya di susul Zerlyn dibelakang.
"Loh, Pak kenapa disini?." Ucap Zerlyn kebingungan saat memasuki ruangan kepala sekolah.
"Iya, melakukannya disini." Kata Pak Anton yang membuat otak Zerlyn dibuat bingung.
"Melakukan? Melakukan apa? Bapak mau cabulin saya?." Sahut Zerlyn.
Pak Anton terkekeh "Mana mungkin saya berani sama anak didik saya sendiri, ayo masuk."
Pintu itu kemudian terbuka memperlihatkan kepala sekolah sedang berkutat dengan laptop dan juga tumpukan kertas.
"Permisi Buk." Sapa Pak Anton.
"Eh, Pak Anton?." Jawab Buk Dellena sedikit mendongkak wajahnya.
"Ini, saya bawa siswi yang Ibu maksud." Ujar Pak Anton.
"Ah, baik terima kasih Pak Anton."
"Baik Buk, sekalian saya juga ingin memeriksakan hasil yang tadi." Pak Anton kemudian duduk di sofa meletakkan hasil ujian yang ia bawa ditangannya.
"Zerlyn, tolong bantu saya mengecek ulang kembali soal ujian di kelas IPS yah dan ini ada browsur lomba di SMA KEMBANG KAMBOJA mengenai soal Mtk, fisika, bisnis serta bahasa inggris. Ibu ingin kamu mengikutinya sebab, ini perlombaan di akhir tahun pelajaran kelas IPA12." Jelas Buk Dellena memberikan browsur serta kertas soal ujian kepada Zerlyn.
"Maksud ibu, sma kembang kamboja mengadakan lomba dengan sekolah ini?." Ulang Zerlyn yang belum paham ucapan dari Buk Dellena.
"Benar Zerlyn, kamu tau sendiri bukan? Sekolah kita ini sudah mendapatkan banyak gelar termasuk dengan otak cerdasmu? Dan semua itu berkat dirimu yang selalu mengikuti lomba. Maka tak heran, jika sekolah ini sudah internasional."
Zerlyn membuang nafasnya dengan malas ia bertanya "Kapan Buk?."
"Besok, dan acaranya di gedung XX. Ibu mohon sama kamu semoga memenangkan acara bergengsi ini demi nama baik sekolah, dan juga tidak perlu belajar pasti kamu sudah paham sendiri." Jelas Buk Dellena sudah paham dengan isi otak Zerlyn.
Zerlyn mengangguk pasrah kemudian memilih duduk disofa bersebelahan dengan Pak Anton. Pak Anton menengok Zerlyn sekilas, lalu beralih ke tangannya yang sedang memegang balpoin.
Dengan mudahnya Zerlyn mencorat coret kertas ujian, dengan mengkali jika salah, dan kalau benar ia akan menceklisnya. Sampai tidak terasa selama 10 menit Zerlyn segera membereskan seluruhnya dan mengembalikan kertas ujian kepada Buk Dellena.
"Sudah selesai Buk." Sahut Zerlyn dengan menyerahkan kertas dimejanya.
Kening Buk Dellena mengkerut lalu kembali mengeceknya, dan kepalanya manggut manggut.
"Kamu sangat hebat! Terima kasih Zerlyn." Puji Buk Dellena dengan mata yang cerah menatap lembar ujian.
"Hmmm.. Saya permisi dulu." Pamit Zerlyn kemudian melangkah keluar setelah mendapat jawaban anggukan kepala dari Buk Dellena.
___
Zerlyn berkali kali membuang nafasnya, sesaat setelah membaca browsur perlombaan. Tertulis, jika yang menang akan mendapatkan uang tunai serta tak lupa akan ada banyak pasang kamera.
Hal itu membuat Zerlyn jengah sendiri, memutar otak mencari cara bagaimana ia harus terhindar dari sorot kamera? Jika tidak, habis riwayatnya.
"Sialan!." Gerutu Zerlyn yang saat ini tengah berada di taman seorang diri.
Pikirannya sangat kacau dan kalut. Baru saja kemarin teringat dengan kejadian penyerangan itu, kini ditambah lagi dengan kertas lucknut di tangannya lalu melemparkan dengan asal.
"Argghh!! Bajing!." Umpat Zerlyn mengigit kukunya benar benar sangat cemas, sedetik kemudian ia baru teringat lalu mengambil ponsel disaku seragam.
📞 "Hallo."
"Hallo Nona?."
📞 "Bagaimana dengan identitas asliku? Dan bagaimana kabar mengenai di Asutralia?."
"Mengenai identitas anda aman Nona, dan untuk mengenai kabar, semuanya lancar tidak perlu mengkhwatirkan apapun. Ada yang bisa saya bantu Nona?."
📞 "Hmmm.. Besok aku akan mengadakan lomba di gedung XX bersamaan dengan bidikan kamera, aku takut jika..."
"Tidak perlu khwatir Nona, saya siap mengamankannya dan segera meghapus total jika ada yang berani mengambil satu jentik foto anda."
📞 "Baiklah, bagaimana kabar Bik May?."
"Baik Nona, akhir akhir ini tidak terlalu sibuk. Apa ingin berbicara dengan beliau?."
📞 "Tidak perlu, katakan saja untuk bertukar pesan nanti."
"Baik Nona."
Zerlyn kemudian memutus sambungan telpon dan mengetik pesan kepada Pak Syam untuk menjemputnya.
🌿🌿🌿🌿🌿
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments