Nafasnya tampak tidak beraturan, keringat dingin membanjiri keningnya. Dengan tangan yang memegang dada, sejak tadi degup jantungnya berdetak sangat kencang.
"Gila!! Sial banget gue hari ini!." Zerlyn membuang nafasnya frustasi kemudian menghembuskannya secara kasar.
Dengan segera Zerlyn melangkah masuk kedalam mansionnya, namun terhenti saat Mang Asep memanggil dirinya.
"Non Zerlyn!." Panggil Mang Asep dipos securty.
Zerlyn berbalik dan mendapati Mang Asep dengan raut wajah ambigu.
"Ada apa Mang Asep?." Tanya Zerlyn.
"Anu Non, gimana yah saya bilangnya soalnya gak enak juga Non." Jawab Mang Asep bola matanya berputar kekanan dan kiri mencari pertanyaan yang menurutnya pas.
"Katakan saja ada apa Mang Asep?."
Mang Asep diam sejenak, lalu mengambil nafasnya secara dalam dan berbicara dengan lantang, hanya dengan satu kalimat tanpa jeda. Terbukti setelah mengucapkannya Mang Asep menghembuskan nafas secara kasar.
"Tolongin Pak Syam Non, Tuan Muda menghukumnya digudang belakang. Kalau begitu saya permisi."
Zerlyn melongo dan tidak paham ucapan dari Mang Asep yang berlalu begitu saja seperti ada ketakutan dalam dirinya.
Zerlyn masih berdiam diri ditempat, sejenak ia berpikir mengapa Pak Syam dihukum? Apa salahnya? Batin Zerlyn.
Karna penasaran, Zerlyn mengikuti arahan dari Mang Asep menuju gudang belakang yang bagi Zerlyn sendiri ia baru mengetahui jika dibelakang mansionnya terdapat gudang. Entah gudang apa?.
Langkahnya terus saja menyusuri halaman belakang mansion yang luas, sisi kanan kirinya terdapat taman dengan bunga bermekaran yang indah. Sekilas, Zerlyn teringat Ny.Hellen yang pernah bercerita dan mengatakan bahwa dirinya menyukai sebuah taman bunga.
Tangannya kemudian memetik bunga rose dan mencium bau harumnya.. "Ah, segarnya!!." Zerlyn terkekeh sendiri.
Pandangannya kemudian menyusuri ke setiap sudut dan sedikit menyipitkan matanya saat melihat bangunan megah berdiri tak jauh dari lokasi taman. Hanya saja bangunan itu sedikit menyeramkan dengan dekorasi dindingnya sudah berlumut dan bercat hitam.
Zerlyn mendekat dan masuk begitu saja, dengan berjalan pelan untuk melihat lebih detail bangunan tua tersebut.
Saat memasuki lebih dalam, Zerlyn dibuat terkejut telinganya tak sengaja mendengar suara rintihan kesakitan. Zerlyn merasa suara itu sangatlah tidak asing baginya.
"Astaga!! Pak Syam!." Teriak Zerlyn saat melihat Pak Syam kondisinya sangat miris, dibeberapa bagian tubuhnya terdapat banyak luka serta kedua tangannya terikat dengan rantai seperti sudah siap untuk dieksekusi.
Sontak semuanya melirik ke arah Zerlyn yang masih mengenakan seragam, penampilannya sangat berantakan dengan lutut serta roknya kotor, rambut ikat asal dan sepertinya Zerlyn tidak menyadari hal itu.
Zerlyn berjalan mendekat meski ia tau lantai itu kotor, disetiap sudut terdapat darah kering dan terlihat masih ada yang baru. Bau anyir begitu menyeruak diruangan tersebut, serta berbagai senjata lengkap tersedia ditempat.
Matanya begitu berbinar terang melihat perlengkapan senjata tersebut, bagai surga dunia untuk Zerlyn sendiri. Tak hentinya ia menatap kagum keindahan senjata tajam seperti pisau daging yang besar, darahnya kembali mendesir hebat.
Sebab, sudah lama tangan sucinya itu tidak melakukan hal yang membuat Zerlyn menyenangkan dengan aktivitas sebagai tukang jagal.
Sedetik kemudian Zerlyn tersadar dengan kekagumannya ketika mendengar suara Edgar yang tertahan karena menahan emosi.
"Berani sekali kau menginjakkan kakimu!."
Edgar sedikit merasa heran dengan Zerlyn, kenapa ditempat seperti ini ia seperti tidak ada rasa ketakutan sedikitpun? Hal ini membuat Edgar semakin curiga kepada Zerlyn. Apalagi dengan identitas miliknya yang tidak pernah muncul setiap kali Edgar mengecek informasi tentang Zerlyn.
Jika Zerlyn adalah gadis biasa tidak mungkin ia menyembunyikan identitas miliknya. Tapi kenapa setiap kali Edgar kembali mencari informasi tentangnya selalu menampilkan Unknwon Error?. Batin Edgar.
"Kenapa? Apa itu salah? Kenapa Tuan selalu menghukum orang yang tidak pernah bersalah?." Tanya Zerlyn geram.
Edgar tersenyum miring menatap Zerlyn sangat berani melawan dirinya "Apa katamu? Kau tau apa tentang kesalahannya Hah?!!."
"Hei Tuan! Aku tidak tau dan tidak mau tau! Yang aku tau Pak Syam itu selalu baik padaku! Tidak mungkin melakukan kesalahan yang membuat Tuan sampai seperti ini!." Suara Zerlyn kian meninggi bersamaan dengan emosi yang ia pendam sejak tadi.
"Wow!! Anda berani sekali melawan suamimu sendiri Nona." Puji Miller yang baru pertama kali melihat seorang gadis berani melawan seorang raja singa.
Zerlyn melirik ke arah samping Edgar, pria tampan yang bertubuh tinggi sedang menatapnya dengan tatapan tak terbaca serta bibir itu tersenyum samar.
"Siapa Kau!." Ujar Zerlyn berdecak pinggang menatap Miller yang tengah berdiri santai.
Miller terkekeh kemudian memajukan langkahnya mendekati Zerlyn, sedetik kemudian terhenti saat mendengar suara milik Zerlyn berteriak dengan tegas.
"Berhenti ditempat!." Zerlyn menatap tajam kearah Miller dengan pandangan awas dan siaga satu.
Miller, Edgar serta Ken sekilas melihat mata Zerlyn yang berubah sangat tajam serta tatapan membunuh miliknya. Edgar semakin dibuat penasaran dengan Zerlyn siapakah sebenarnya Zerlyn?.
"Hallo Nona, perkenalkan saya Miller Morrison sahabat sekaligus rekan bisnis dari suamimu, Edgar." Sapa Miller memperkenalkan dirinya sendiri.
"Kau tau Nona, suamimu adalah pemilik perusahaan Varessham serta memiliki bisnis di dunia bawah yang sangat ditakuti. Death Blood, itulah namanya dan mereka semua sudah tau siapa Edgar serta nama Death Blood. Tapi, baru pertama kali ini ada yang berani melawan suaminya sendiri apalagi itu adalah istri rahasianya." Sambung Miller terkekeh kemudian menatap Edgar disamping sedang menatap tajam dirinya.
Zerlyn diam sejenak mencerna ucapan dari Miller yang mengatakan dunia bawah? Kenapa Zerlyn baru mengetahuinya sekarang, apakah selama ini mereka yang selalu mengejar dirinya ada hubungannya dengan Edgar?.
Dan sebelum mengenal Edgar, hidup Zerlyn sangatlah tenang serta damai namun sepersekian detik semuanya berubah.
"Jangan katakan kalau Tuan .. " Ucap Zerlyn menggantungkan kalimatnya, benar benar sangat sulit diterima akal pikirnya. Jika benar itu kenyataannya, maka Zerlyn harus lebih waspada dan kembali meningkatkan keamanan untuk dirinya sendiri.
"Kenapa? Kau sekarang sudah mengetahuinya bukan? Lalu, untuk apa bertanya kembali?." Edgar dapat melihat raut wajah kecewa dari Zerlyn.
Zerlyn menggeleng pelan, perlahan sedikit demi sedikit ia sudah tau siapa Edgar. Otaknya terus saja berkelena mencerna kejadian demi kejadian hari ini yang seketika membuat pikirannya menjadi pening.
"Aku tidak menyangka ternyata yang berdiri didepanku adalah jelmaan sosok iblis!." Bentak Zerlyn tidak sadar akan ucapannya.
"Kau sudah mengetahui dari awal bukan? Dan faktanya itu tidak berbeda dengan apa yang oranglain katakan tentangku! Sekarang, apa kau menyesal istriku bahwa suamimu adalah seorang Mafia?." Ujar Edgar mencengkram dagu Zerlyn dengan kuat serta menekan kata suami dan istri.
"Lepaskan tanganmu sialan!." Geram Zerlyn tidak takut sedikitpun terhadap Edgar meski itu adalah suaminya sendiri.
Suasana berubah menjadi sedikit mencekam melihat suami istri itu bertengkar hebat. Dan jangan lupakan sikap Edgar yang tidak melihat status baik itu wanita atau pun laki laki dimatanya itu sama, berhak mendapatkan hukuman darinya jika sampai ada yang berani mengusik ataupun melawan.
"Hei! Ed, dia istrimu! Kau bisa saja membunuhnya!." Tegur Miller sedikit iba melihat gadis yang masih mengenakan seragam tersebut, tangan kekar Edgar mencengkram kuat rahang Zerlyn.
"Sialan!." Edgar langsung melepas cengkramannya mengingat teguran dari Miller.
Zerlyn langsung mengambil nafas secara dalam dalam lalu mengusap lehernya yang bekas cengkramannya berwarna kebiruan.
"Lepaskan Pak Syam sekarang!." Tegas Zerlyn.
Zerlyn benar benar muak, ingin secepatnya pergi dari tempat neraka tersebut. Tapi kembali ia urungkan mengingat harus melepaskan Pak Syam sebagai tujuan awalnya.
Edgar tersenyum sinis "Silahkan kalau kau memang bisa melepaskannya."
Zerlyn mengepalkan tangannya, kemudian melirik ke arah Pak Syam. Hati Zerlyn teriris sangat iba melihat kondisinya, kemudian pandangan Zerlyn melirik rantai besi sepertinya akan memakan waktu cukup lama jika Zerlyn melepas ikatan rantainya.
Dengan membalikkan tubuhnya lalu berjalan kedepan untuk mengambil senjata api. Edgar melotot tajam melihat senjata tersebut sudah berada dalam genggaman tangan Zerlyn.
"Berani sekali kau menyentuh benda milikku! Simpan kembali atau kau yang akan jadi target selanjutnya!." Ancam Edgar geram melihat aksi nekat dari Zerlyn.
Zerlyn tidak menghiraukan ancaman dari Edgar, dengan tangan siap menembak membuat Pak Syam menggelengkan kepalanya memohon jangan menembak dirinya.
"Tolong.. Maafkan saya Non, saya tidak bersalah!!! Bukan saya pelakunya." Lirih Pak Syam bahunya bergetar hebat.
Zerlyn mengkerutkan keningnya kemudian menatap Pak Syam dengan lekat "Apa maksudnya Pak Syam?."
"Bukan saya pelakunya Non, bukan saya." Jawab Pak Syam terus saja membela dirinya sendiri meski Zerlyn sendiri tidak tau apa permasalahannya.
Tak ingin membuang waktu lama, Zerlyn segera menembak rantai yang berada diatas kepala Pak Syam.
DORRR!!!!
"Arghhh!!!."
Mendengar suara tembakan, ruangan itu kembali menegang suasananya berubah menjadi sedikit memanas berbagai ribuan pertanyaan ada di otak mereka yang melihat aksi Zerlyn menembak rantai besi hingga terputus membuat Pak Syam refleks langsung jatuh ke bawah.
"Hei!." Pekik Edgar segera merebut senjata ditangan Zerlyn.
"Sekali lagi kau berani seperti itu, kepalamu sendiri yang akan aku tembak!." Sambung Edgar dengan membentak Zerlyn.
"Oh Ya? Tuan pikir, saya takut?." Tantang Zerlyn.
"Non, sudah Non saya tidak apa apa mari kita keluar sekarang." Ajak Pak Syam kemudian berdiri dengan tertatih.
Zerlyn berbalik kemudian membantu Pak Syam untuk berdiri.
"Pak Syam tidak apa apa?." Tanya Zerlyn melihat wajah tuanya berubah bentuk menjadi tidak beraturan serta banyak lebam kebiruan dibeberapa titik.
"Tidak Non, tapi ini apa bisa dibuka?." Jawab Pak Syam dengan menunjuk kearah borgol ditangannya.
Zerlyn melirik sekilas kearah borgol yang sepertinya harus menggunakan kunci nomor digital untuk membukanya.
"Apa Tuan yang melakukannya?." Zerlyn menatap tajam Edgar.
Edgar tidak menjawab, hanya menatap Zerlyn dengan sinis. Emosi Zerlyn kembali meningkat dan segera merebut senjata ditangan Edgar.
"Kembalikan gadis bodoh!." Teriak Edgar.
Zerlyn tersenyum kecut "Kau ingin aku mengembalikannya? Hmmm.. Baiklah."
Zerlyn kembali menembak ke arah borgol namun berkali kali menembak, hasilnya nihil yang ada Pak Syam gemetar ketakutan.
"****!." Umpat Zerlyn melempar senjata ditangannya dengan asal.
"Non, jangan menembak lagi saya takut Non." Ujar Pak Syam dengan mengiba.
"Percuma Nona mau sampai berkali kali menembak tidak akan ada gunanya." Tegur Ken yang sejak tadi berdiam diri menyaksikan adegan demi adegan dari Zerlyn.
"Sialan!." Pekik Zerlyn kemudian mengambil ponsel didalam tasnya. Dengan terpaksa Zerlyn melakukannya untuk membobol dan segera mendapatkan kunci nomor gital.
Dengan cekatan dan cepat jari jemari lentik itu mengotak atik ponsel canggihnya, mengscrool kemudian menekan beberapa nomor serta angka. Tak membutuhkan waktu lama, Zerlyn menemukan kunci sandinya.
"6897." Teriak Zerlyn kepada Pak Syam.
Ketiga pria dewasa tersebut terkejut, kenapa bisa mengetahui kode sandi rahasianya?.
"Apa maksudnya Non?." Tanya Pak Syam tidak mengerti ucapan dari Zerlyn.
"Itu kodenya Pak Syam, cepetan!." Jawab Zerlyn.
"Tapi saya tidak mengerti tombolnya yang mana Non?." Tanya Pak Syam kembali dengan kebingungan.
Zerlyn menjitak keningnya sendiri kemudian berjalan mendekati Pak Syam lalu menekan beberapa tombol tersembunyi dalam borgol tersebut.
Pak Syam melotot melihat Zerlyn dengan cekatan membuka borgol di kedua tangannya. "Wah!! Non sangat hebat, terima kasih Non."
Zerlyn mengatur nafasnya sejenak kemudian mengangguk sebagai jawabannya.
🌿🌿🌿🌿🌿
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments