Zerlyn benar benar tidak fokus apalagi sejak tadi otaknya masih berkelana mencari jawaban. Sekilas, ia melirik ke samping tempat duduk dan terlihat keningnya mengkerut keheranan.
"Kemana dia?." Batin Zerlyn kemudian kepalanya menggeleng pelan kenapa ia sampai memikirkan sipantat panci itu?.
Iseng, Zerlyn meraba bawah mejanya dan mendapati buku milik Alden dan memeriksa tulisan dalam buku tersebut.
"Kenapa harus aku pah? Bahkan aku tidak pernah mengerti apapun tentang perusahaan. Dan sampai harus meminta bantuan kepada MrZ? Dan itupun harus aku? Aku ingin hidup normal seperti yang lainnya pah, bermain bebas tanpa harus memikirkan bisnis."
Zerlyn terus mengulang dan mengulang membaca setiap makna kata katanya apalagi saat membaca kata "meminta bantuan kepada MrZ".
"Ah, sial! Kenapa sudah lama sekali aku tidak pernah mengeceknya kembali? Tapi, apa nama perusahaannya? Dan meminta bantuan soal apa?." Batin Zerlyn dalam hatinya.
Tangannya terus mencari setiap lembar demi lembar namun tidak menemukan apapun, seluruhnya kosong. Hal itu membuat Zerlyn penasaran apa selama ini Alden tidak pernah mencatat ataupun mengerjakan tugas lainnya?.
"Zerlyn!." Panggil Buk Tuty guru bahasa inggris sejak tadi memperhatikan Zerlyn yang tengah sibuk sendiri.
Zerlyn terkejut kemudian mendongkak wajahnya melihat Buk Tuty didepan dengan tampang yang garang "Iya Buk?."
"Kau tidak memperhatikan saya saat menerangkan didepan?." Tanya Buk Tuty.
"Memperhatikan kok Buk?." Jawab Zerlyn menelan slavinanya.
"Mampus loe Lyn, loe juga sih ngapain buka buku si pantat panci segala. Jangan jangan loe naksir atau kangen yah?." Bisik Stella dibelakang Zerlyn dengan sedikit menggodanya.
"Diem loe!." Geram Zerlyn memajukan bibirnya.
"Berdiri, dan jelaskan apa saja yang barusan sudah saya terangkan materi pelajaran hari ini." Ujar Buk Tuty.
Zerlyn melotot dan menggaruk lehernya tidak gatal, sedikit kikuk dan tidak berani menjawab.
"Kenapa diam?." Tanya Buk Tuty.
"Maaf Buk, saya tidak tahu." Jawab Zerlyn dengan kepala menunduk.
Semua kelas itu menyoraki Zerlyn dan melemparkan benda apa saja didepan mereka kepadanya.
"Huhhhh!!! So pintar sih!!."
"Mentang mentang jadi murid kesayangan."
"Mampus loe!."
Zerlyn geram dan emosi, tangannya mengepal kuat ingin rasanya merobek mulut menjijikan mereka.
"Diam kalian semua!." Teriak Buk Tuty mencoba melerai, kemudian kembali menatap Zerlyn dengan serius.
"Keluar sekarang! Nilai kamu saya kurangi dan keliling lapangan sampai bel pulang berbunyi!." Perintah Buk Tuty.
Mau tak mau, Zerlyn melangkah keluar dengan perasaan dongkol dan berkeliling lapangan sesuai dengan perintah dari Buk Tuty.
___
Zerlyn tengah duduk lesu di kursi halte menunggu angkutan umum yang lewat. Sejenak, ia jadi teringat dengan kejadian waktu lalu, dalam hatinya Zerlyn berdoa semoga tidak bertemu dengan orang seperti mereka.
Tak lama, ponselnya berdering setelah mengecek ternyata sopir pribadinya yang menelpon.
📞 "Hallo Pak Syam." Sapa Zerlyn ia berpikir Pak Syam bisa menjemputnya, namun ternyata yang mengangkat adalah Bik Nur.
|| "Hallo Nona, ini Bibi. Untuk saat ini Pak Syam belum bisa menjemput."
📞 "Ah, baiklah Bik tidak apa apa."
|| "Cepat pulang Non, Tuan muda sedang ngamuk."
📞 "Kenapa Bik?."
|| "Saya tidak tau Non, Bibi tutup dulu telponnya ya Non, cepat cepat pulang." Perintah Bik Nur kemudian mematikan sambungan telepon.
"Sial! Gak bosan apa ngamuk terus?." Gerutu Zerlyn mengumpati Edgar dalam hatinya.
Baru saja berdiri dan akan melangkah pergi, sedetik kemudian langkahnya terhenti saat mendengar suara yang Zerlyn sangat ia kenali.
"Loe?." Zerlyn sedikit terkejut mendapati Alden menghadang langkahnya.
"Hai Zerlyn." Sapa Alden dengan menyenderkan tubuhnya ke body mobil.
"Minggir gue mau balik!." Tukas Zerlyn mengibaskan tangan sebagai kode mengusir.
"Ouh, kebetulan dong! Ayo, gue anter." Ajak Alden yang secara tiba tiba dan menyebut kata "Gue".
"Gak perlu! Makasih!." Tolak Zerlyn.
"Bukankah loe sedang buru buru hari ini Zerlyn? Akibat ulah suamimu, si Edgar itu sedang mengamuk?." Tanya Alden tersenyum miring.
Zerlyn kaget kenapa Alden bisa mengetahui sisi kehidupannya? Dan bisa mengetahui jika ia saat ini adalah statusnya sebagai istri?.
"Kenapa? Kaget? Gue bisa tau segalanya tentang loe Zerlyn?." Ucap Alden seolah mengetahui keterkejutan dari Zerlyn.
"Brengs@! Apa mau loe Alden!." Geram Zerlyn menahan emosinya.
Alden tersenyum puas kemudian tertawa melihat raut wajah Zerlyn berubah seperti kesetanan.
"Apa yang gue ucapkan itu adalah benar Zerlyn?." Alden merasa pancingannya kali ini berhasil membuat Zerlyn marah padanya.
Zerlyn yang sudah terlewat emosi segera meninju Alden hingga sudut bibirnya tampak robek.
BUGGHHH!!!
"Loe jangan pernah mengusik kehidupan gue sialan!." Ujar Zerlyn melihat Alden tersenyum miring kemudian mengusap ujung bibirnya yang berdarah.
"Wow!! Loe sangat hebat Zerlyn, benar dugaanku loe adalah gadis ma--."
PLAAKKK!!!
Belum kalimat Alden selesai, Zerlyn segera menamparnya. Zerlyn benar benar sangat emosi apalagi mengungkit identitas aslinya, dirinya tidak akan pernah terima jika sampai menyebutnya gadis Mafia.
Ya, itu dulu berbeda dengan sekarang yang ingin benar benar berubah, ingin mendapatkan kehidupan yang tenang, damai tanpa ada musuh dibelakangnya.
"Berani juga loe sama gue!." Geram Alden kemudian memanggil anak buahnya yang berada didalam mobil untuk menghajar Zerlyn.
Sedangkan Alden menonton adegan demi adegan dan menyiarkannya secara Live di Ig miliknya. Zerlyn melihat hal itu sangat marah sampai tidak bisa berpikir jernih.
Dengan gerakan cepat untuk membasmi anak buah dari Alden hingga melumpuhkan seluruhnya, pertarungan melawan satu banding empat dengan perawakan masing masing memiliki badan yang kekar.
Namun Zerlyn tak menghiraukannya, dengan sesekali gerakan ia bisa melumpuhkan mereka. Dengan teknik di beberapa titik anggota tubuhnya lalu mematahkan bagian tulang kering.
BUGGGHHHH!!!
KRAAKKK!!!
"Arghhh!!!!."
Teriakan anak buahnya begitu melengking ke udara bersamaan dengan suara tulang patah dari mereka, hal itu membuat Alden sedikit bergidik. Tapi terbayar saat yang menonton aksi tersebut sampai ribuan, Alden tersenyum sangat puas.
Tak lama, Zerlyn kemudian mengambil senjata api milik salah satu diantara mereka dan menembak ke arah ponselnya hingga terjatuh beberapa kilo meter sebelum akhirnya retak dan pecah.
DOORRRR!!!!
"Arghh!!! Sialan!." Alden mengepalkan tangannya, kemudian mengambil senjata api yang ia sembunyikan dibalik seragam Sma miliknya.
"Lebih baik loe mati Zerlyn sialan!." Teriak Alden kemudian menarik pelatuknya siap menembak Zerlyn.
DORRR!!!!!
Dengan sigap, Zerlyn berhasil menghindar kemudian membalas menembak Alden sesekali berjalan mundur mencari tempat berlindung.
DORRRR!!!!
"Shiitt!!." Umpat Zerlyn tembakannya meleset jauh dari posisi Alden.
Pertarungan itu begitu sengit, keduanya tidak mau kalah dan sama sama berada di garis terdepan. Hingga membuat Zerlyn bosan serta jengah sendiri, ingin mengehentikan permainan konyolnya tersebut.
Apalagi, disaat melihat pelurunya hanya tersisa tinggal satu lagi. Tak lama, terdengar suara Alden berteriak mengejek dirinya.
"Menyerahlah Zerlyn! Tempat ini sudah gue kepung! Loe mau lari kemana lagi Hah!." Teriak Alden diiringi suara tertawa.
Zerlyn kemudian sedikit mengintip ditempat persembunyiannya untuk sekedar mengecek, dan benar apa yang di katakan oleh Alden.
Banyak anak buahnya berjejer rapih mengepung tempat tersebut dengan senjata api yang lengkap. Zerlyn dibuat geram, ia berpikir ternyata si pantat panci sangat licik sedangkan dirinya hanya seorang diri melawan mereka.
Tak ingin membuang banyak waktu lagi, perlahan Zerlyn mengambil senjata yang teronggok tak jauh berada dekat dengan posisinya. Senjata itu sendiri milik anak buah dari Alden yang sempat terlempar.
Dengan mengatur kecepatan dan arah angin, Zerlyn bersiap menembak bersamaan dengan anak buah Alden akan bergerak untuk mengecek tempat persembunyian dari Zerlyn.
DORRRRR!!!!
DORRR!!!
Dua kali, Zerlyn menembak dan pas tepat mengenai kaki mereka hingga membuat keadaan kembali panik, dengan segera diantara mereka mengarahkan senjata kepada Zerlyn bersiap menyerang balik.
Zerlyn berpikir, ia pasti akan kalah melawan mereka mengingat begitu banyaknya anak buah dari Alden. Hingga otaknya berinisiatif untuk kabur mengambil langkah seribu.
🌿🌿🌿🌿🌿🌿
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments