Zerlyn menghentakan kakinya kesal memikirkan bagaimana caranya untuk pulang? Sedangkan ia hanya memegang uang 10 ribu.
"Tuhan.. Aku haus, Aku lapar, pengen eskrim." Teriak Zerlyn dengan tangan diudara memegang uang 10ribu sontak uang itu bersinar karna efek cahaya matahari.
Zerlyn membayangkan cuaca panas seperti ini lebih enak memakan eskrim sambil duduk santai ditaman. Sejenak ia melupakan segudang pekerjaan yang sudah menumpuk.
Matanya menyipit, dengan senyuman merekah dibibirnya ia membayangkan uang 10ribu itu berubah menjadi berwarna merah.
Berkali kali ia mengecek penglihatannya, sesaat khayalannya itu benar benar menjadi kenyataan.
"Eh!! Kok jadi beneran?." Ujar Zerlyn yang tampak keheranan.
"Kau menghalangi jalanku!." Tegur Edgar dibelakangnya dengan uang 100ribu yang ia bentangkan.
Sejak tadi, Edgar mendengar ocehan gadis itu, entah merasa iba atau ada perasaan lain yang ada dalam hatinya secara tiba tiba datang begitu saja.
Zerlyn memutarkan tubuhnya dan menatap Edgar dengan jarak yang dekat, hingga membuat posisi mereka menjadi ambigu. Tangan kekar Edgar masih di belakang tubuh Zerlyn seperti sedang merangkul istrinya.
"Tuan, sejak kapan berdiri dibelakangku? Apa Tuan tadi mendengar semua ucapanku?." Tanya Zerlyn sedikit grogi apalagi jarak mereka hanya terhalang beberapa senti saja.
"Hmmm.. Pulanglah, saya akan keluar kota untuk beberapa hari dan ini gunakan dengan sebaiknya." Tangan Edgar meyerahkan uang tunai beberapa lembar dikepala Zerlyn yang tinggi tubuhnya mencapai dada bidangnya.
Tangan Zerlyn mengulur mengambil uang dikepalanya dan menghitung seluruhnya. "Tidak perlu Tuan, ini kebanyakan." Tolak Zerlyn yang akan mengembalikannya kepada Edgar.
"Ambil dan cepat pulang, Pak Syam sudah menunggu di belakangmu." Tukas Edgar melihat mobil terparkir dibelakang Zerlyn kemudian Pak Syam segera menghampiri keduanya.
"Selamat siang Tuan, Nyonya." Sapa Pak Syam supir pribadi.
"Eh, sejak kapan Pak Syam disini?." Tanya Zerlyn keheranan.
Pak Syam hanya meyengir kuda lalu menatap Egdar "Hati hati Tuan." Nasehat Pak Syam.
Edgar mengangguk lalu berjalan mendekat ke mobilnya, tak lama mobil mewah itu meleset meninggalkan Zerlyn dan Pak Syam.
Zerlyn sedikit melongo menatap kepergian suaminya, ada rasa hati yang seolah tak rela ditinggal begitu saja.
"Non! Nyonya Zerlyn." Tangan Pak Syam menepuk pundaknya. Refleks membuat Zerlyn terlonjak kaget.
"Eh, iya Pak Syam." Ujar Zerlyn dengan menetralkan keterkejutannya.
"Mari saya antar pulang Nyonya." Sambut Pak Syam.
"Jika dikantor jangan manggil aku Nyonya Pak Syam bisa bahaya." Tegur Zerlyn dengan pandangan kesekeliling kantor beruntungnya diluar kantor itu sepi.
"Loh, kenapa?." Tanya Pak Syam kebingungan.
"Nanti aku jelaskan, sekarang antar ke toko eskrim dulu." Pinta Zerlyn kemudian.
"Aduh!! Kita pulang saja yah Ny---"
"Sudah kubilang jangan panggil Nyonya! Panggil Zerlyn." Potong Zerlyn dengan cepat, ia sendiri risih dengan panggilan seperti itu.
"Saya gak enak, Non kan majikan saya dan jika Tuan Egdar tahu kepala saya bisa dipenggal Non." Jelas Pak Syam sekilas bahunya bergidik.
Zerlyn membuang nafasnya lalu kakinya berjalan dengan langkah terburu buru "Ayo Pak Syam." Ajak Zerlyn mendekat ke arah mobil yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia tidak ingin sampai oranglain tau tentang jati dirinya.
"Ke Maerot dulu ya Pak Syam." Pinta Zerlyn kembali.
"Tapi Non.." Ucap Pak Syam sedikit gugup dengan permintaan dari Zerlyn.
"Kenapa? Pak Syam mau? Nanti aku belikan juga sekalian untuk Mang Asep juga." Usul Zerlyn selalu teringat dengan kuncen gerbang mansionnya.
Pak Syam diam, tidak menjawab usulan Zerlyn, dirinya sibuk dengan pemikiran yang ada di otaknya. Takut, benar benar sangat takut.
"Ehhh!! Pak Syam, Stoopp Pak!!!." Pekik Zerlyn saat melintasi area Maerot.
Refleks Pak Syam yang tadinya sedang melamun, dibuat terkejut lalu mengerem mendadak.
CKKIITTT!!!!
DUKKK!!
"Aduhh!!." Ringis Zerlyn memegang keningnya akibat terbentur kursi didepannya.
Pak Syam melotot dan terkejut, keringat dinginnya langsung keluar sontak membalikan tubuhnya menatap Zerlyn yang masih memegang kening seraya mengusapnya dengan pelan.
"Nyonya!! Maafkan saya Nyonya.. Apa Nyonya baik baik saja?." Tanya Pak Syam benar benar sangat kwatir, dirinya bekerja sangat lalai hingga membuat majikannya terluka. Jika sampai Tuan Egdar tahu, tamat riwayatnya.
Zerlyn bisa merasakan aura ketakutan Pak Syam, mata sayu serta wajah pucat dan bibir yang bergetar menatap ke arahnya.
"Tidak apa apa Pak Syam, Pak Syam tunggu disini sebentar oke." Zerlyn berusaha tersenyum agar Pak Syam tidak terlalu mengkwatirkannya.
"Baik Non, tapi jangan lama lama ya Non.. Saya benar benar minta maaf." Sesal Pak Syam kembali.
Zerlyn tersenyum dan mengangguk lalu keluar dari mobilnya. Pak Syam tak henti hentinya berdoa untuk keselamatan Nyonya mudanya tersebut.
___
Zerlyn tampak sangat bahagia, akhirnya memakan eskrim itu tercapai sudah. Dengan tangannya memborong eksrim serta membeli yang lain untuk Pak Syam dan Mang Asep.
Disaat fokus mencari benda yang cocok dan menimbanginya, sebab ia bingung sendiri dengan kedua benda itu. Tak lama, telinganya mendengar suara yang tidak asing menurut Zerlyn sendiri.
Zerlyn menatap sekilas kesampingnya dan mendapati manusia setengah jadi jadian, dengan tangan yang memegang ponsel berada ditelinganya. Tampak asyik dan serius dengan obrolan tersebut sampai tidak sadar ada manusia kepo disisinya.
"Baik Tuan.. Akan saya cari informasi mengenai datanya."
Hanya kata kata itu yang terdengar ditelinga Zerlyn dan baru saja akan kembali menguping, ia gelegapan sendiri saat orang itu ternyata sudah selesai menelpon.
Zerlyn panik kemudian cepat berlari menuju kasir, tak ingin berlama lagi di Maerot. Mengingat, Pak Syam sudah menunggunya sejak tadi.
___
Langkahnya tampak tergesa gesa sampai tidak sadar Pak Syam berada di depan Maerot. Zerlyn melwatinya begitu saja sampai suara Pak Syam menghentikan langkahnya.
"Nyonya, biar saya yang bawa belanjaannya." Pinta Pak Syam dibelakang Zerlyn.
Zerlyn menoleh mendapati Pak Syam berdiri menunduk kemudian mengambil paksa belanjaan ditangannya.
Sementara Pak Syam menyimpan belanjaannya, Zerlyn segera masuk ke dalam mobil tanpa menunggu Pak Syam untuk membuka pintunya lebih dulu.
Pikiran Zerlyn melayang, ada apa dengan hari ini? Apa ia sial? Apa itu sebuah keburuntungan untuknya? Apalagi Edgar pergi begitu saja entah apa alasannya? Sedangkan besok adalah hari wekeend. Memikirkan hal itu, membuat Kepala Zerlyn pening dan memijat pelipisnya sejenak.
Pak Syam yang baru saja masuk dan melihat Visi Mirrornya lalu melirik sekilas kebelakang mendapati Zerlyn tengah memijat kepalanya sendiri.
"Masih sakit Nona? Saya kerumah sakit ya Non." Pinta Pak Syam yang sangat kwatir melihat Zerlyn.
"Tidak apa apa Pak Syam, ayo jalankan mobilnya Pak." Ujar Zerlyn kembali duduk dengan tenang.
"Baik Non." Ucap Pak Syam mencoba mengusir rasa ketakutannya dan berharap Zerlyn baik baik saja.
Dari sudut Maerot, bibir itu tersenyum menatap kepergian Zerlyn hingga tidak sadar ia meninggalkan benda berharganya yang terjatuh. Kemudian ia mengambil ponselnyax mengscroll nama yang menurutnya itu penting.
"Aku sudah mendapatkan informasinya, Ikuti mobil hitam mereka dijalan XX. Dan langsung kabari aku jika info itu sudah kalian dapatkan."
___
Selama dalam perjalanan itu hening, Pak Syam sekarang sudah fokus dengan pikirannya. Tampak hatinya sudah agak tenang.
Sedangkan Zerlyn mengotak atik ponsel jadulnya sekilas bibir itu tersenyum tipis, lalu kembali menaruh ponsel disaku seragamnya.
"Pak Syam." Panggil Zerlyn memecah keheningan dalam mobil tersebut.
"Iya Non." Jawab Pak Syam melirik Visi Mirrornya melihat Zerlyn tengah duduk santai.
"Singa itu berapa hari keluar kota Pak?." Tanya Zerlyn yang penasaran.
"Singa? Maaf, maksudnya siapa Non?." Ucap Pak Syam dengan hati hati.
"Suamiku Pak, Edgar." Tukas Zerlyn sebenarnya sangat malas mengatakan kata suami, namun tak ada cara lain dirinya tidak boleh egois. Jangan sampai ada yang tau bahwa sebenarnya hubungan mereka tidak seperti apa yang dibayangkan.
"Saya tidak tau Non, biasanya sih hanya tiga hari atau sekitar satu mingguan." Jelas Pak Syam mengingat ia adalah sopir pribadi yang sudah lama mengabdi pada keluarga Varessham termasuk Edgar. Jadi Pak Syam sudah tau bagaimana sikap tendangnya seperti apa.
"Tapi, bukannya besok hari Wekeend?."
"Iya saya tahu Non, biasanya Tuan Egdar itu sangat sibuk meskipun hari Wekeend dalam urusan bisnis, Tuan sangat giat bekerja dan bekerja sampai tidak memikirkan jodoh dalam hidupnya, tapi beruntung Nyonya besar menjodohkan Nona dengan Tuan Edgar."
"Dengan kehadiran Nona dikehidupan Egdar sedikit demi sedikit ada perubahan, dan saya sendiri menyukai kedatangan Nona." Jelas Pak Syam dengan panjang lebar.
"Memangnya, suamiku kerjanya apa Pak Syam?." Tanya Zerlyn kembali.
"Loh, memangnya Non tidak tau rupanya?." Pak Syam sedikit terkekeh, merasa lucu dengan pertanyaan yang Zerlyn lontarkan.
"Tidak Pak Syam, ya siapa tau Pak Syam tau?." Ujar Zerlyn dengan penuh harap.
"Tuan itu pemilik perusahaan Varessham, keluarga miliarder yang terkenal diberbagai daerah, luar, dalam bahkn sampai negri Non. Saya sendiri sangat bangga dan senang sekali bisa bekerja bersama keluarga Varessham."
"Mengingat keluarga kaya raya itu sangat baik kepada saya, sampai saya merasa berhutang budi." Cerita Pak Syam yang membuat Zerlyn tidak puas dengan jawabannya.
Zerlyn memilih diam kembali daripada harus bertanya lebih jauh.
🌿🌿🌿🌿🌿
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments