Tidak kuat menahan kantuk, Zerlyn ijin pamit untuk ke toilet sebentar dan beruntung, Pak Anton mengijinkannya.
Sepanjang pelajaran guru menerangkan Zerlyn tidak bisa berkonsentrasi pikirannya begitu kacau akhir akhir ini.
Membuang nafasnya dengan gusar lalu membasahi wajahnya agar terlihat lebih fress, kemudian menata kembali penampilannya di kaca wastafel.
Baru saja langkahnya akan keluar dari toilet, Zerlyn melihat Alden yang tengah dihukum akibat keterlambatannya waktu tadi pagi. Dirinya tengah duduk santai sambil tangannya tak lepas memainkan ponsel genggamnya.
Penasaran, Zerlyn ingin mengintip sejenak apa yang tengah dilakukannya. Mengingat Alden begitu fokus melihat ponselnya sejak tadi.
Namun sial bagi Zerlyn disaat fokus mengendapkan langkahnya, Alden lebih dulu pergi menuju halaman belakang. Zerlyn tak tinggal diam, ia terus mengikutinya dengan jarak yang aman.
Rupanya kesialan Zerlyn seolah belum mereda, ia kehilangan jejaknya. Berkali kali mengecek halaman belakang dan melirik ke setiap sudut, namun ternyata kosong. Sejenak Zerlyn berpikir tidak mungkin penglihatannya itu salah dan menyakinkan dirinya sendiri bahwa ia melihat langkah Alden dengan sangat benar.
Zerlyn berdecak kesal kemudian menghentakkan kakinya, hingga tidak sadar Alden sudah berada dibelakang dan langsung membekap Zerlyn ke gudang yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Kau mengikutiku jal@ sialan?." Tanya Alden tersenyum melihat Zerlyn sepertinya belum sepenuhnya sadar.
"Sialan!." Pekik Zerlyn geram sesaat kemudian dia sadar bahwa kini dirinya hanya berdua bersama Alden digudang.
Alden tertawa mengejek "Sejak awal aku sudah tau, kau selalu mengikutiku dan perlahan aku mulai mengetahui jika dirimu, bukanlah gadis sembarangan."
"Apa maksudmu?." Tanya Zerlyn pikirannya membenarkan jika Alden bukanlah tandingannya. Dari awal Zerlyn sudah curiga dan kejadian pertama kali inilah ia sudah mengetahui sifat asli dari Alden.
"Aku tau, kau bukanlah gadis bodoh Zerlyn! Lupakan pertanyaan konyolmu itu! Tanpa aku menjawab, kau sudah tau jawabannya."
Zerlyn tersenyum sinis, jangan sampai Alden mengetahui sisi kehidupan aslinya.
"Aku memang benar benar tidak tau apa maksudmu Alden? Aku bukanlah Zerlyn yang seperti ada di dalam otak busukmu itu!." Bantah Zerlyn dengan keras.
"Dan aku juga bukanlah pria bodoh yang selalu kau hina pantat panci Zerlyn! Ingat satu hal, baru 50% separuh dari identitasmu sudah terbongkar! Dan, selamat menikmati kehidupanmu yang seperti dulu! Berhentilah menguntitku jika tidak ingin seluruh identitas aslimu aku bongkar!." Ujar Alden dengan nada ancaman kemudian melangkah pergi dari gudang meninggalkan Zerlyn yang masih terpaku ditempat.
Mendengar kata 50%, Zerlyn sangat emosi dan geram ribuan pertanyaan kini berada dalam otaknya. Ia tidak ingin sampai dunianya kacau seperti dulu bahkan jangan sampai terulang kembali saat orang misterius tersebut mengejarnya.
Kemudian Zerlyn keluar dari gudang dan mencari sahabatnya, Stella. Kebetulan saat ini tengah istrhat bel berbunyi sejak tadi. Langkahnya tampak tergesa gesa sampai disepanjang koridor banyak pasang mata melihat gerak gerik Zerlyn.
Zerlyn tidak memperdulikannya, yang saat ini ia butuhkan hanya Stella. Sudah berbagai tempat Zerlyn mencarinya, tapi tak kunjung ada hasil hingga membuat Zerlyn sedikit kesal, mencari keberadaannya didalam kelas sampai kantin namun tak menemukannya.
Lelah mencari dan putus asa, Zerlyn singgah sejenak di tempat biasa ia nongkrong bersama Stella. Menatap cuaca yang panas dan terik, sampai air minum yang berada dalam tangannya habis tak bersisa.
Dorrr!!!!
Stella datang dari arah belakang mengagetkan Zerlyn yang tengah minum sampai membuatnya tersedak.
"Uhukk!!! Uhukk!!."
Stella terkikik geli "Tenang kali Lyn, gue gak bakalan minta."
"Loe gak lihat gue lagi minum? Loe tuh datang udah kaya setan." Ujar Zerlyn geram.
"Hehe, loe lagi ngapain disini gue nyariin loe dari tadi." Ucap Stella.
"Harusnya gue yang nanya kaya gitu, bukan loe."
"Loe nyariin gue?." Tanya Stella.
"Hmmm." Jawab Zerlyn singkat.
"Ngapain?." Tanya Stella kembali.
"Loe masih ingat tentang perlombaan waktu minggu kemarin Stell?." Balas Zerlyn yang langsung ke intinya.
"Hmmm, ya gue masih ingat tapi sayang, berita ketenaran loe ngilang gitu aja dan informasinya langsung gda kabarnya lagi Lyn. Padahal, loe itu hebat banget Lyn kabarnya sampai ke negara A. Tapi, lagi dan lagi berita itu ngilang?." Jelas Stella.
Zerlyn mendengar cerita dari Stella, ia bisa merasakan kekecewaan tentang informasi kabar pemenang perlombaan waktu itu yang langsung hilang begitu saja.
Bahkan kini, semenjak di umumkannya juara pemenang lomba pertama, gosip yang beredar di lingkungan sekolah sangat sepi tidak ada yang membicarakan tentang perlombaan tersebut. Semuanya bungkam dan tutup mulut entah ketakutan atau ada hal lain yang mereka enggan untuk sekedar membahasnya.
"Tapi Lyn.. Loe harus tau." Sambung Stella.
Kening Zerlyn mengkerut menunggu jawaban Stella yang menggantung.
"Ngomong yang jelas!." Tukas Zerlyn.
"Informasi di Ig sampai sekarang masih ada Lyn. Gue sih ga tau bener apa engganya, murid disekolah ini ada yang membicarakan loe secara diam diam dibelakang." Ujar Stella yang membuat Zerlyn sedikit terkejut.
Zerlyn diam sejenak untuk berpikir dan kemudian teringat dengan ucapan dari Alden.
"Loe tau Stell siapa akun Ignya yang masih nyebarin tuh informasi tentang perlombaan waktu kemarin?." Tanya Zerlyn.
"Liat aja di akun gosip sekolah Lyn, lagian kenapa sih loe tuh kaya risih banget kalau ada yang sampai nyebarin gosip tentang loe? Harusnya loe tuh bangga Lyn, ini prestasi loe sebagai murid paling pintar di SMA KEMBANG 7 RUPA." Jawab Stella kebingungan dengan tingkah dari Zerlyn.
"Ah, gue lupa hp loe bukannya jadul Lyn? Pantes saja gak pernah tau tentang gosip gosip disekolah. Jangankan gosip yang lain, gosip tentang perlombaan loe aja gak tau? Banyak loh Lyn yang ngomongin loe, bahkan sampai muji kecerdasan otak loe. Tapi, kenapa sih penampilan loe harus jadi cupu segala?." Sambung Stella mengutarakan kekecewaannya yang sempat ia rendam beberapa waktu lalu.
Zerlyn membuang nafasnya frustasi otaknya berpikir dengan keras, sepertinya hari ini Zerlyn dibuat bingung sendiri. Belum lagi dengan ucapan dari Alden, yang membuat otak Zerlyn sepenuhnya menjadi lelet untuk mencerna setiap kata kata dari Alden dan juga Stella.
"Gue lagi pengen aja Stell." Jawab Zerlyn santai.
Stella melongo mendengar jawaban dari Zerlyn yang menurut Stella itu terdengar asal.
"Loe tau kan Lyn?." Tanya Stella dengan antusias.
"Apalagi Stell?." Jawab Zerlyn.
"Konon katanya, dalam gedung aula waktu itu dipasang Bom dilantai paling atas, gue sih gak tau lantai berapa? Tapi beruntung, ada yang berani menjinakkannya Lyn. Gila!! Hebat banget tuh orangnya!! Dan loe tau Lyn apa yang terjadi selanjutnya?." Cerita Stella dengan heboh dan seolah seperti sengaja menggantungkan kalimatnya.
Zerlyn menggeleng pelan sebagai jawaban.
"Disaat tim keamanan mengecek Bom tersebut, gedung itu tampak seperti normal tidak ada aktivitas apapun bahkan tim dibuat kebingungan dan disaat mencari Bom itu, mereka tidak menemukannya." Jelas Stella.
"Loe tau dari mana Stell?." Tanya Zerlyn.
"Akun gosip Lyn, mangkannya tuh ponsel loe ganti betah amat sih pake hp jadul kaya gitu?." Jawab Stella dengan sedikit mencibir Zerlyn.
Zerlyn tak menjawab cibiran Stella, dirinya sibuk berkelana mencerna setiap ucapan demi ucapan yang Stella lontarkan untuknya. Zerlyn berpikir, apakah ini sudah saatnya?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments