Saat ini dirinya berada diperpustakaan, membaca buku berjudul horor adalah hobinya. Namun dalam pikiran Zerlyn kembali teringat dengan kejadian demi kejadian waktu kemarin.
"Sebenarnya apa sih tujuannya? Kenapa harus berbalik menyerangku?." Gumam Zerlyn memijat keningnya yang seketika menjadi terasa pening.
Disaat fokus memikirkan hal itu, ponselnya kembali berdering lantas segera Zerlyn mengecek yang ia takutkan nomor tidak jelas itu menelponnya lagi, setelah dicek ternyata dugaannya salah.
"Hallo Fhai?."
"Hallo Nona, perusahaan saat ini berada dalam masalah dan ada beberapa laporan mengenai kerja sama dengan perusahaan Varessham Group, serta mengenai identitas anda."
"Huhh?? Apa maksudnya Fhai? Varessham? Mengenai perusahaan yang mana?." Tanya Zerlyn kebingungan dan sangat terkejut dengan ucapan dari Fhai.
"Ingin jelasnya datang keperusahaan Nona, saat ini sedang membutuhkan anda."
"Kantor bagaimana? Aku sekolah Fhai kirimkan saja lewat emailku."
"Baik Nona."
Zerlyn segera menutup sambungan telpon dan menghela nafas panjang. Permasalahannya benar benar sangat berat. Ia tidak menyangka jika sekarang malah terlihat berantakan, terkadang Zerlyn ingin kembali ke masa dulu hidup yang tenang tanpa ada sedikitpun masalah.
Dari arah belakang, Alden tersenyum puas melihat penderitaan dari Zerlyn kemudian dia duduk didepannya.
"Hai Zerlyn." Sapa Alden.
Zerlyn mendongkak melihat Alden sudah berada didepannya, wajah yang awalnya terlihat culun kini berubah menjelma menjadi sosok iblis.
"Ya?." Jawab Zerlyn singkat.
"Aku mencarimu kemarin, kau kemana?." Tanya Alden.
"Mencariku? Maksudmu apa?." Jawab Zerlyn tidak mengerti dengan ucapannya.
Alden tersenyum tipis "Oh rupanya sekarang istri dari pengusaha ternama itu sudah menjadi bodoh."
Zerlyn sangat geram dan mengepalkan tangannya dibawah meja, namun tetap berusaha untuk mengontrolnya agar Alden tidak mengetahui jika dirinya sudah berhasil memancing emosinya.
Tak ingin berlama ditempat tersebut apalagi bersamaan dengan Alden, Zerlyn bergegas pergi meninggalkannya.
"Jika aku sampai membocorkan rahasia itu, wow pasti gosipnya akan sangat heboh. Dan kau tau Zerlyn, aku sangat menyukai hal seperti itu?." Alden berdiri kemudian menyusul langkah Zerlyn dengan santai dan pelan.
Zerlyn tak mengindahkan gurauan dari Alden, telinganya berpura pura tidak mendengarnya dengan langkah cepat Zerlyn ingin segera pergi. Berhadapan dengan Alden membuat Zerlyn jengah serta ada sedikit rasa ketakutan dalam dirinya.
___
"Sialan!." Umpat Zerlyn saat ini tengah berada ditoilet untuk sekedar menenangkan otaknya yang sudah panas sejak tadi.
Menahan emosi serta amarah dalam dadanya, ingin sekali Zerlyn membasmi Alden serta mengulitinya hidup hidup. Jiwa psyco yang dulu lama terkubur kini kembali bangkit begitu saja.
Lantas Zerlyn segera mengambil ponsel genggamnya untuk menghubungi Fhai, ya hanya dialah yang bisa ia minta bantuannya.
"Hallo Nona?."
"Fhai, cari informasi mengenai Alden langsung segera hubungi aku jika kau sudah mendapatkan infonya."
"Alden? Maaf, siapa Nona?."
"Aih kau cari saja sendiri, aku pusing Fhai. Dia teman sebangku yang duduk bersamaku di SMA KEMBANG 7 RUPA."
"Baik Nona."
Zerlyn mengacak rambutnya frustasi, benar benar otaknya sangat kacau serta hidupnya kini menjadi berantakan. Hatinya tidak tenang yang ada hanya ketakutan teramat dalam, ketakutan akan masa kelamnya yang takut jika itu kembali terulang.
Dari arah luar, Zerlyn mendengar suara cempreng milik Stella yang memanggilnya secara berulang kali serta mengabsen pintu toilet satu persatu kemudian menggedornya dengan keras.
"Lyn!! Loe dimana? Gue nyariin loe, angkat telponnya dong! Woy loe dimana! Loe gak tuli kan?." Teriak Stella.
Zerlyn kemudian membuka pintu toilet mengkode agar Stella untuk masuk kedalam. Dan benar, Stella langsung berlari saat melihat pintu toilet terbuka sendiri.
"Lyn loe kenapa?." Tanya Stella terkejut melihat penampilan Zerlyn yang berantakan.
Zerlyn memeluk sahabatnya tersebut dengan bahunya bergetar, ia menangis di pelukan Stella.
"Stell gue harus gimna?." Tanya Zerlyn yang masih terisak.
Stella tak menjawab ia sibuk menenangkan Zerlyn mengusap punggungnya yang bergetar hebat seperti dilanda ketakutan yang luar biasa.
Stella tahu jika Zerlyn adalah gadis tangguh pantang baginya menangis apalagi Stella sendiri tidak tau jika Zerlyn sedang mengalami masalah yang serius. Mengingat ia tidak pernah bercerita apapun kepada Stella.
Yang Stella tau, Zerlyn selalu ceria wajahnya tidak pernah memperlihatkan kesedihan apapun. Kini, Stella baru mengetahui jika dibalik wajah tegar milik Zerlyn tersimpan ribuan luka yang ia pendam seorang diri.
"Loe kenapa? Cerita sama gue Lyn." Tanya Stella setelah Zerlyn sedikit mulai tenang.
Zerlyn menggeleng pelan, wajahnya berubah menjadi pucat serta rambut yang terlihat tidak beraturan. Stella mencoba merapihkan kembali penampilannya, kemudian mengajaknya ke UKS.
"Loe kalau ada apa apa cerita sama gue Lyn, bagi cerita loe sama gue jangan mendam sendirian. Loe selama ini anggap gue apa?." Ujar Stella setelah mereka berdua berada didalam UKS.
Zerlyn tidak menjawab, pandangannya kosong ke depan Stella sendiri bingung apa yang ada didalam otak Zerlyn hingga membuatnya seperti mayat hidup.
"Duhh Lyn, gue harus gimana? Loe jangan kaya gini, gue takut. Please jawab gue Lyn." Stella sangat ketakutan melihat raut wajah Zerlyn semakin pucat.
Disaat dilanda panik dan dengan tubuh bergetar, beruntung Evano sang ketos datang mendekati Stella yang sedang uringan tidak jelas.
"Bagaimana?." Tanya Evano.
"Gue gak tau Vano, Zerlyn makin pucat gue takut." Jawab Stella.
Evano kemudian mendekati Zerlyn yang tengah duduk dibangkar dengan pandangan serta mata yang kosong.
"Lyn, pikiran loe jangan kosong sekarang loe makan dulu terus istrhat, kalau ada perlu apapun panggil gue." Tukas Evano menepuk pipinya dan kulitnya terasa dingin.
Evano berdecak pinggang kemudian meminta bantuan guru untuk membawanya kerumah sakit. Mengingat Zerlyn tidak menunjukan tanda tanda apapun, sekedar menjawab dari mulutnya pun tidak ada.
"Loe yakin Vano bawa Zerlyn kerumah sakit? Lalu bagaimana kedua orangtuanya? Perlu gue kasih tau?." Tanya Stella.
"Iyalah, loe mau jadi anak durhaka? Lagian emang loe tau kedua orang tuanya Zerlyn?." Jawab Evano.
Stella menggeleng pelan sebagai jawabannya.
Evano mengkerut keningnya "Loe sahabat dekatnya, tapi masalah kedua orangtuanya saja loe gak tau."
"Masalahnya, tuh si Zerlyn gak pernah cerita apapun sama gue Vano! Dan yang gue tau, dia cuma anak kossan." Geram Stella.
"Ya loe tanya ke, inisiatip sedikit jangan maunya ditanya terus." Ketus Evano sedikit mencibir Stella.
"Maksud loe?."
"Loe tau kossannya dimana?."
"Tau, tapi waktu kemarin gue mau kekossannya dia eh ternyata sudah pindah." Jelas Stella.
"Kemana?."
"Mana gue tau?." Balas Stella dengan menggerakkan bahunya.
"Loe tuh sahabatnya atau bukan sih? Atau sahabat gadungan ya loe?." Tuduh Evano memicingkan matanya menatap Stella.
"Enak aja loe! Gue mau nanya juga tuh si Zerlyn orangnya aneh, selalu sibuk sama dunianya sendiri setiap kali gue tanya dia malah jawab yang lain." Bantah Stella.
Evano diam sejenak mencerna ucapan dari Stella merasa tidak menemukan jawaban, kemudian Evano mengalihkan pembicaraannya.
"Loe ambil tuh ponselnya terus cari nomor yang bisa dihubungin." Usul Evano.
Stella mengangguk, baru saja akan mengambil ponsel milik Zerlyn segera ia urungkan saat Buk Vena selaku guru Bk serta kepala sekolah masuk ke dalam untuk melihat dan mengecek keadaan dari Zerlyn. Dan benar apa yang dikatakan oleh Evano mengenai laporannya waktu tadi yang mengatakan jika Zerlyn sudah seperti mayat hidup.
Tak membuang banyak waktu, segera kepala sekolah membawa Zerlyn kerumah sakit terdekat bersamaan dengan Evano serta Stella yang juga ikut.
🌿🌿🌿🌿🌿
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments