"KAU TIDAK TAHU APA-APA TENTANG AYAHKU, AGRIEL!" bentak Anouk. Dia berjalan mendekat pada Agriel.
"Hidupmu bahagia, heh?" tanyanya sinis.
"Bagaimana jika Mery tahu kau tidur denganku? Kita bercinta ganas. Di sini, dan di temukan para pelayan hotel, dalam keadaan bugil. Menurut mu, bagaimana reaksinya? Mery yang berlagak tegas itu akan loyo seketika. Cih! Wanita paling ku benci di dunia ini! Padahal baru saja Cellia bertemu dengannya, sudah berani merebut sahabat ku."
"Kau iri? Wanita penuh keserakahan memang seperti itu. Menyalahkan orang lain atas kegagalan dirinya sendiri. Berkacalah Anouk!" desis Agriel.
"Kamu diam lah sayang." rayu Anouk, mengelus dada Agriel—membuat pola abstrak.
Wajah tegang penuh kemarahan yang memuncak. Kesal, karena sepertinya bernegosiasi dengan Anouk hanyalah hal membuang waktu.
Tangan kekar Agriel teulur, mencengkeram batang leher jenjang Anouk. Menatapnya nyalang, penuh kebringasan.
"Meremehkan ku? Kamu yang tidak tahu sisi kelam ku, Anouk. Rasakan!" sertak Agriel, menyeret batang leher itu kasar, dan membenturkan nya di tembok dengan keras dan kasar.
Teriakan kesakitan Anouk terdengar memprihatinkan. Tidak sampai di sana, Agriel juga menghantamkan kepala Anouk berulang kali, sampai pecah dengan darah merembes keluar. Tembok putih itu pun berubah menjadi merah darah. Terakhir, Agriel mendorong tubuh Anouk kasar, menginjak kaki wanita itu, sampai dia melenguh kesakitan.
Agriel tidak peduli. Dia sendiri yang memancing sisi tersembunyinya. Sisi yang tidak banyak orang tahu—tak heran jika di masa depan seorang Agriel adalah seorang mafia?.
***
[17+]
Mery mengerucutkan bibirnya kesal. Menghentakkan kakinya asal di jalanan beraspal itu. Geruntuan terdengar dari bibir kecil Mery. Ageriel menghilang entah kemana, sampai pegal itu kakinya mencari keberadaan Agriel. Cowok itu pergi tanpa pamit saat dirinya sibuk mencicip kesana kemari beberapa hidangan. Bukan salah Mery! Agriel saja yang pergi tanpa pamit.
"Awas kamu, Griel." geruntunya kesal.
"Mery... Maaf, sayang" lirihnya, memeluk Mery erat. Agriel membutuhkan sebuah sentuhan lebih.
"Agriel!" pekik Mery. "Hampir saja ku buat kamu pingsan, karena ku pukul" dengus Mery, berbalik menatap wajah Agriel yang sudah memerah.
"Mery..." lirih Agriel, menggenggam tangan itu dan diajaknya masuk ke dalam mobil.
Mery sendiri masih bingung dengan tingkah Agriel. Dia hanya diam, menuruti keinginan cowok itu.
"Kamu kenapa?" tanya Mery tersirat nada khawatir.
"Diam dulu, sayang. Aghhttt" erang Agriel menahan. Menyalakan mesin mobil dan melaju cepat—pergi dari tempat pesta itu.
"Agriel??" tanya Mery tambah khawatir. Dia menyentuh tangan Agriel, dan sentuhan itulah yang membuat Agriel semakin gila. Benar-banar gila!
"Mery..." panggil Agriel, menghentikan mobilnya di pinggir hutan. Nyaris masuk hutan.
Mengunci mobil dengan sekali sentuhan, menghidupkan AC sampai full.
"Agriel, kamu itu kenapa?" tanya Mery bingung.
"Mery... Maaf. Tolong aku, sayang" rintih Agriel.
"Aku diberi obat perangsang, sayang.. Hikss.. Sakit" tangis Agriel pecah. Ia memeluk dirinya sendiri erat.
"Sakit Mery..." keluhnya itu membuat Mery kebingungan, karena masih mencerna maksud dari perkataan Agriel tadi.
"BAGAIMANA BISA???" sertak Mery, ketakutan.
"Aku juga tidak tahu, Mery. Maaf, aku tidak sanggup menghantar kamu pulang"
"Mery.... Tolong aku Mery. Aku janji aku akan bertanggung jawab... Setelah urusanku di Belanda selesai, kita akan segera menikah. Mery. Aku mohon... Rasanya ingin mati. Sakit sayangg" baru kali ini Mery mendengar nada memohon penuh kesakitan dari Agriel.
Pikirannya ngeblank. Memang Agriel adalah kekasihnya, calon suaminya. Tapi?
Mery dibuat bimbang. Sedangkan tanganya sudah di sentuh oleh Agriel. Cowok itu meraih pinggang ramping Mery, mencekalnya erat dan membawanya ke atas pangkuannya. Memandang Mery memohon, seraya menelungsupkan kepalanya di leher Mery, yang jenjang.
"Sayang.. Ku mohon, izinkan aku" lirih Agriel dengan tangan yang sudah merambat sampai ke inti tubuh Mery.
Mery tak kuasa, sentuhan Agriel membuatnya terangsang. Basah, sudah basah inti tubuhnya. Jilatan di cuping telinganya, ditambah kecupan basah dingin di leher putihnya. Di tangan lain, Agriel sudah merem*s buah dadanya. Di serang diberbagai arah.
"Mery... Cinta kamu Mery.." bisiknya. Mery menggigit bibir bawahnya, menahan des*han yang akan keluar itu.
Agriel yang melihatnya, langsung menyambar benda kenyal mengemaskan itu. Mengigitnya intens, saling melilit dan bertukar saliva. Mery tidak kuat! Dia akhirnya mendes*ah nikmat.
"Eghhttt.. Ahh"
"Ku mohon, Mery" ucap Agriel, menatap bola mata Mery intens. Seakan mampu memporak poranda benteng pendirian Mery.
Pinggul Agriel dia gerakkan, mengesek keadilan yang tengah tegak itu di depan lubang pusaran inti Mery yang masih di tutup kain penghalang.
Wajah Mery memerah, dia sudah basah. Rasa gatal yang membuat Mery ikut bergerak gelisah.
"****! Jangan bergerak, sayang" umpat Agriel.
"Agriel..." ucap Mery pelan.
Agriel membalas tatapan itu. "Mery... Ya itu sebagai jawaban"
Langsung saja, aksi Agriel semakin menjadi. Tangannya tak hanya mengelus di bagian luar, tapi juga dalam. Menyentuhnya dan membukanya sedikit, jari tengah Agriel masuk, menerobos kumbangan inti Mery yang sudah becek itu. Memutarnya, dengan gerakan tepat.
Era*gan tidak terelakan. Tangan Mery meremas rambut Agriel kuat. Menyalurkan rasa sakit, nikmat sekaligus ingin lebihnya pada Agriel.
Di tangan lainya, Agriel membuka gaun yang Mery kenakan. Menerobos tanpa permisi, menyentuh pepaya menggantung milik Mery. Melepaskan pelindungnya dan mer*mas gemas. Kuat.
Rasanya ingin pecah! Bagaikan balon anak-anak yang kini dimainkan kasar oleh Agriel. Leg*han nikmat tidak terelakan.
Entah sejak kapan, kini kedua manusia itu sudah dalam keadaan polos. Saling bercumbu panas di jok belakang yang kini sudah menjelma sebagai kasur dadakan.
"Please!!" teriak Mery memohon ketika Agriel masih sibuk meny*su di pepaya menggantungnya.
"Sayang kamu Mery..." bisiknya, mengesekkan keadilan dengan kumbangan.
Sebagai pemanasan awal, sebelum tegaknya keadilan menerobos.
Dan, blum! Masuk secara paksa, dan tenggelam secara sempurna.
"KAU GILA AGRIEL! SAKIT!! GAK MAU AGRIEL" bentak Mery mendorong lemas Agriel. Tubuhnya lemas, karena sudah banyak mengeluarkan banyak lendir.
"Maaf, sayang. Tahanlah sebentar.." ucap Agriel, mengelus Mery. Menciumi wajahnya, guna meredakan rasa sakit itu.
"Sakit banget, Griel. Juga...." ucapnya terpotong.
Agriel masih diam, dengan napas memburu. "Apa sayang?" tanya Agriel.
"Kayak ganjel... Ihhh!!!" malu sudah Mery rasanya. Tadi bilang sakit sekarang mau di gerakkan.
Kekehan Agriel terdengar. Mencium bibir Mery gemas, melu*atnya penuh rasa sayang.
Pinggulnya mulai ia gerakkan secara pelan, namun dalam. Ini juga hal yang pertama bagi keduanya. Mengikuti insting alami, dua manusia awam itu memulai kegiatan keringat ini.
Malam semakin larut, tapi tidak dengan gelora yang semakin terletup-letup itu. Asik dengan dunianya, sampai tidak tahu si Anouk sudah melaporkan kekerasan Agriel pada ayahnya.
***
Setelah malam itu, hubungan Mery dan Agriel semakin jauh dan intim. Tahun ini, adalah tahun dimana usia Mery menginjak dua puluh satu tahun. Ia sudah lulus beberapa bulan yang lalu. Kini, Mery bekerja di sebuah perusahaan sepatu. Mery masih melanjutkan kuliahnya, guna meraih gelar S2. Baginya, pendidikan itu penting. Karena masa depan, modal pengalaman saja tidak cukup mencerahkan beberapa mata.
Dengan pakaian khas pekerja kantoran, Mery menunggu kedatangan Agriel di Bandara. Cowok itu pulang, setelah acara wisudanya seminggu yang lalu di Belanda. Mery tidak bisa menyusul, karena masalah bekerja. Neanra masih betah dengan posisi pentingnya. Perusahaan kecil itu nampak stabil. Walau tidak ada peningkatan signifikan, tapi itu sudah cukup.
Mery sendiri belum siap, menjadi bagian dari perusahaan ibunya sendiri. Mery ingin bekerja di luar dulu dan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya.
"Sayang..." panggil Agriel, memeluk Mery erat.
Kecupan singkat sebagai tanda pertemuan mereka.
"Kangen banget sama kamu" ucap Agriel. Mendusel pada tubuh Mery.
"Juga, kangen kamu." balas Mery.
Setelahnya, di sinilah mereka berada. Di depan panti asuhan. Rencana ini, sudah ada dibenak keduanya satu tahun yang lalu. Kepulangan Agriel tidak semata rindu saja, tapi juga ingin menikah dengan Mery. Mereka bahkan sudah mendesain surat undangannya.
"Sebelum menikah. Aku ingin menjadi ibu dulu, Griel." ucap Mery, menatap gembira panti asuhan di depannya.
"Ayo masuk" ajak Agriel.
Disana banyak anak-anak yang sedang bermain, belajar, serta bercanda gurau. Tidak ada beban berat di wajah mereka. Menikmati hidup tanpa tahu jati dirinya siapa.
Pemilik panti menyambut Mery dan Agriel senang. Berbincang sejenak, dan mengutarakan maksud serta tujuan kedatangan mereka ke sini.
Pemilik panti itu tersenyum senang. "Kemarin, saya menemukan bayi di depan pintu" ceritanya.
"Bayi perempuan yang masih merah. Bahkan tali pusarnya belum di potong. Benar-benar bayi baru lahir. Saya rawat, dan kini sudah berumur tiga hari. Jika yang kalian inginkan adalah bayi, panti kami hanya mempunyai bayi satu itu. Jujur saja, panti ini sangat jarang ada kasus demikian. Karena sebagian anak anak itu adalah anak jalanan yang saya rawat." jelasnya.
Mery dan Agriel saling tatap. Seolah berkata lewat telepati mereka.
Senyuman Mery seakan sebagai jawaban.
***
"Namanya Aura Bella Decaxta, panggil saja anak manis ini, Bella"
Kehidupan Mery berubah total, ia memulai perannya sebagai Mama muda. Dibantu oleh Agriel yang setiap paginya selalu datang menengok Bella. Bayi perempuan itu sekarang hidup penuh akan kasih sayang dari orangtua angkat mereka.
BERSAMBUNG...
karena kemarin hilang bak diculik om-om kaya, Nana kembali dengan doubel update!! like, komen dan dukungan kalian ya! terimakasih...
nb: Alurnya emang maju mundur syantik 🤫
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Weny Yuniestin
ok pahaaamm thoorr alurnya sekarang
2022-07-09
1