Matanya menyipit. Untuk memastikan lagi apa yang ia lihat, Mery sampai melepaskan kacamata hitam kebanggaannya itu. Tatapan sinis terpapang nyata untuk sopir yang telah menghantarnya ke sini.
"Jadi, bisa anda tunjukkan di mana tempat pertemuan saya dengan bos anda? Dan satu lagi, saya tidak minat untuk menjadi bahan mainan" dengusnya kesal.
Tak ada rasa minat dihati Mery. Menatap apartmen mewah di depannya. Mery bukan wanita yang suka dengan kemewahan, kecuali kemewahan itu dia dapat dengan kerja kerasnya sendiri. Benar, dia memang naik jabatan. Tapi, ya yang wajar saja. Apartemen elite ini sungguh bukan tunjangan dari perusahaan.
Mery tidak sebodoh itu. Dia sudah menyelidiki secara seksama.
"Sopir yang terhormat. Bisakah kau hubungi atek-atek mu" ucap Mery.
Dengan hormat sopir itu menunduk, "Saya pamit nona." ucapnya dingin dan datar. Persis seperti jalan tol.
Mulut Mery terbuka, secara lebar. "Tidak semudah itu. Jelaskan dulu! Atau aku lapor pada pihak berwajib. Ini kasus penculikan!" pekiknya.
"Tapi maaf sebelumnya nona, tugas saya hanya menghantar anda. Bukan untuk menjawab semua geruntuan anda. Tolong bijaklah."
"Lalu saya harus bertanya pada siapa?"
"Saya juga tidak salah. Memang kamu tidak ada tugas untuk menjawab pertanyaan saya. Tapi setidaknya waraslah sedikit. Kepada siapa lagi saya bertanya kecuali dengan anda? Tidak ada orang yang memiliki hubungan dengan masalah ini kecuali anda." hardik Mery.
"Dan juga, bagaimana saya bisa tenang disaat seperti ini? Saya baru saja akan memulai kerja. Tapi, sudah mendapat masalah dengan ketidaksamaan alamat apartemen. Kalau begini, mending saya mencari sendiri tempat tinggal! Saya juga merasa tidak aman di sini. Teknologi sudah canggih, kamera yang amat kecil pun bisa terpasang. Saya tidak suka di intai. Karena saya bukan buronan. Atau saya harus membunuh anda untuk mendapatkan kasus kriminal?" lanjut Mery kesal.
"Tuan besar, hanya ingin anda nyaman tinggal di Jakarta, Nona." jawabnya singkat.
"Itu saja yang bisa saya terangkan. Pertanyaan selanjutnya, bukan lagi urusan saya." dan sopir sombong itu pergi dari hadapan Mery.
"Memang siapa tuan besar anda? Sok tahu sekali tentang nyaman tidaknya kehidupan saya" dengus Mery. Tapi sayang, tidak ada gubrisan sama sekali.
Seakan sudah tidak ada gunanya bicara lagi dengan sopir itu. Mery akhirnya masuk ke dalam apartemen itu. Perjalanan dari Surabaya ke Jakarta sangat menguras energi Mery.
Mery juga ingin melihat dulu isi apartemen mewah ini. Letak apartemennya berada di lingkungan elite. Hanya orang-orang kaya saja yang bisa masuk. Satu kata saat Mery melihat apartemen itu, mewah dan elegant. Sesuai dengan keperibadian Mery.
Matanya melirik sekitar, tidak ada yang mencurigakan. Tentang CCTV, memang apartemen itu di lengkapi CCTV, bedanya CCTV itu sudah di hubungkan dengan Mery. Untuk keamanan. Benar-benar ketat sekali, batin Mery.
Kamar di apartemen itu hanya ada satu. Sisanya untuk dapur dan ruang tamu. Padahal tempat itu sangat luas, seperti sudah di desain untuk satu penghuni.
Mery merebahkan tubuhnya di ranjang, rasa kantuk kini menghampiri. Masalah ini, lebih baik langsung Mery tanyakan saat di kantor besok. Kejelasan ini harus jelas. Mery tidak suka dengan ketidakpastian.
***
Di kota lain.
Laki-laki itu menyilangkan kakinya, menatap langit-langit sore dari atas gedung kantor. Matanya tajam, aslinya tebal, bibirnya tipis dengan perawakan yang kekar. Kulitnya tak begitu putih, namun bersih. Saat cahaya matahari sore menghembuskan, kilaun matanya berwarna coklat pekat.
Tok.. Tok
"Masuk!"
"Tuan, saya sudah menghantar nona sampai tujuan." lapornya.
"Keluarlah," balasnya. Dan sang bawahan itu menunduk sebagai hormat lalu keluar dari ruangan itu.
Matanya terpejam, kenangan masa lalu membuat hatinya ngilu. Rasa rindu yang amat besar dia sematkan pada sosok Mery. Wanita yang dia cintai.
Namun, takdir memberi kehendak lain. Yang tidak disangka, membuatnya harus pergi meninggalkan Mery.
Kembalinya untuk mengambil Mery. Tapi, masalahnya keadaan sudah berbeda. Mery masih seorang gadis sedangkan dia seorang pria beristri.
Dreettt
"Halo sayang" suaranya terdengar merdu, membuat laki-laki itu tersenyum tipis.
"Ada apa?" tanyanya.
"Segeralah pulang, Papa sama Mama mau mampir ke sini. Dan juga, Bella merindukan ayahnya"
"Satu jam,"
"Okey, hati-hati sayangku yang sangat dingin ini"
Dan panggilan itu tertutup.
***
"KAU GILA MERY!" teriak Huble kesal setengah mati. Wajah merahnya terpapang memenuhi layar ponsel Mery.
Mery yang sedang memakai cream malam tersentak kaget.
"Suaramu bisa kau kecilkan?"
"Dasar kau sahabat lucnut! Aku galau-galau karena perceraian ku, kau malah naik jabatan. Dan sekarang! KAU PERGI TANPA AKU!" sentak Huble.
"Bisakah kau jelaskan Mery?"
"Tapi tunggu dulu! Kau itu juga keterlaluan! Kau anggap apa aku ini!? Tidak ada angin, tidak ada hujan! Tahu-tahu sudah jadi bu boss!"
"Dan kau tetap menjadi bawahan" ejek Mery tak bermaksud.
"Mery! Dasar perawan tua sombong!"
"Statusmu juga baru, Huble. Kita sama-sama naik jabatan"
"Benarkah? Mr.Boston tidak memberiku kabar. Posisimu dulu di berikan kepada Ertan, dan aku kini menjadi bawahan dari mantan ku, sial"
"Bukan, kau itu tidak nyambung sama sekali" dengus Mery.
"Bicara mu saja yang seperti bulu di ketek! Tipis, pendek, mungkler-mungkler dan tidak jelas!" balas Huble.
"Pantas! Kau tetap menjadi bawahan! Bodoh!"
"MERY!" teriak Huble kesal.
"Statusku sekarang menjadi bu boss, kau menjadi janda. Jabatanku naik, jabatanmu tidak naik tidak turun. Begitu saja bulet-bulet"
"SIALAN!" umpat Huble kesal. Dan mematikan sambungan Video Call tersebut.
Gelak tawa Mery terdengar merdu memenuhi kamarnya. Seraya mmeyisir rambut panjang bergelombangnya pelan. Mengejek Huble adalah suatu kebahagiaan tersendiri.
Wanita pendek, dengan pipi chuby. Huble sebenarnya sangat imut. Walau tidak secantik dirinya, tapi setidaknya Huble lebih friendly dan menyenangkan. Berbeda dengannya yang kaku, mulut pedas dan sombong. Keangkuhan seakan menjadi ciri khas Mery.
***
Keesokan paginya,
Sentuhan terakhir, yaitu memoleskan lipstik berwarna nude. Sekali lagi, Mery memastikan penampilannya. Kali ini rambut panjang itu tidak di gerai, tapi di sanggul membentuk bun. Dengan hiasan poni tipis yang sengaja Mery buat.
Celana panjang yang tidak begitu ketat, dengan atasan baju batik berwarna ungu. Hari ini adalah hari pertama Mery kerja. Yang kebetulan tepat tanggal memperingati hari batik nasional.
Dengan gaya yang anggun dan mempesona, Mery berjalan menuju lif. Tangan lentiknya begitu lincah menekan tombol-tombol penuh angka itu. Pintu akan tertutup, tapi terhalang satu orang yang memaksa masuk.
Seorang wanita dengan rambut pendek, dan kulit pucatnya. Wanita itu nampak menuntun seorang anak kecil perempuan.
"Maaf, nona. Saya tidak sopan." ucapnya pada Mery.
Mery mengangguk, sebagai balasan.
"Tante, cantik banget" puji anak itu menatap Mery.
Lamunan Mery terbuyar, menatap bocah kecil yang ada di depannya. Satu kata untuk bocah cilik itu, cantik dan imut.
"Terimakasih, untuk kamu yang lebih cantik"
"Aku cantik, Tan?" tanya bocah itu nemastikan.
Dengan mantap Mery mengangguk.
"Lihat lah, Ni. Aku ini cantik." ucapnya.
"Nona muda sejak dulu memang cantik."
"Aku juga tahu,Nani. Tapi kenapa Bunda mengatakan aku ini jelek? Rabun mata sepertinya bundaku itu"
"Nona muda.." peringat Naninya.
"Berapa umur mu?" tanya Mery yang ikut penasaran pada kesombongan bocah itu.
"Tujuh tahun," jawabnya lugu.
"Aku sudah besar, Tante cantik." lanjutnya.
"Jika kamu sendiri sudah mendeklamasikan bahwa dirimu sudah dewasa. Seharusnya pola pikirmu sudah dapat membedakan mana yang baik dan tidak, bukan?" tanya Mery.
"Seburuk apapun bundamu, jangan sampai mulut kecilmu itu melukai hatinya. Ingat itu gadis kecil yang manis" lanjut Mery, mengelus puncak kepalanya.
Nampak bocah itu mengangguk paham. "Terima kasih, Tante."
Mery tersenyum simpul. Pintu lif terbuka, sebelum keluar, Mery menepuk pelan bahu Nani gadis itu.
"Ajaran mu bagus. Pertahankanlah, bocah seumuran dia kadang memang begitu. Jangan sampai lembaran putih itu kotor. Siapa namanya?" tanya Mery.
"Terima kasih nona, nona muda bernama—"
Dreettt
"Hallo? Dengan Ibu Mery Desinton? Saya sopir taksi yang anda pesan. Apakah ibu jadi pergi? Karena saya sudah menunggu lama di loby"
"Saya sudah sampai loby, tunggu sebentar"
Tit
"Mari, saya permisi" pamit Mery.
"Hati-hati tante cantik" teriak bocah itu semangat.
"Nani, foto dia" perintah nona muda yang tak terbantahkan.
"Baik, Nona muda"
***
Exanta Group,
Lagi dan lagi Mery terasa takjub dengan gedung di depannya itu. Besar, mewah dan amat sangat tinggi. Seakan menjulang tinggi ke langit. Selain decakan kagum, tak ada lagi ungkapan untuk siatuasi saat ini.
Kedatanganya di sambut dengan baik oleh para calon bawahannya. Sedikit sambutan kecil dan pidato singkat Mery berikan. Dengan segala harapan juga Mery berikan, meminta mereka untuk bisa bekerja sama dan bersikap profesional.
"Terimakasih semua, besok kita akan mengadakan rapat untuk merubah sistem kerja kepemimpinan lama dengan yang baru." ucapnya tegas penuh kharisma.
"Baik, Miss"
Dan sekarang saatnya meminta penjelasan tentang apartemen mewah itu. Mery berjalan ke arah ruangan HR manager. Dengan bantuan dari sekertarisnya Mery mendapatkan alamat di mana ruangan itu berada.
"Copy semua laporan beberapa tahun yang lalu, letakkan di atas meja saya. Saya pergi sebentar,"
"Baik, Miss." dengan patuh wanita yang paruh baya yang cantik terawat itu menunduk hormat.
"Saya permisi, Miss"
Mery menjawab dengan anggukan.
BERSAMBUNG....
Sepi yaaa hehehe ^ω^
Gak papa :) yang penting Nana semangat nulisnya ≧∇≦
n: Kalau ada kesalahan penulisan atau informasi, mohon kritik dan saran yang bermutu nya 🙇♀ karena penulis sendiri masih proses belajar 🙏💖
Vote, Like, Komen dan beri dukungan penulis ya!
Thanks 🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Weny Yuniestin
laaannjuutt thooorrr
2022-07-09
1
meli meilia
nyicil baca sampai sini dulu yaa Nanaa.. silahkan mampir jg k nvel Mel..smangatt2
2022-07-06
1
meli meilia
wahh.. kayaknya td ketemu Bella deh, anaknya sang Tuan Besar.. ampun deh. jd Mery ditahan sm bos yg udah beristri? kalau Mery tahu, alamat pecah lah dunia diobrak abrik dirinya..🤭🤭
2022-07-06
1