"Tante?"
"Tante cantik?. Nani, kapan Tante cantik akan bangun? Kau memberikan obat apa?" tanyanya pada wanita berkulit pucat yang nampak menunduk. Tangannya gemetar, takut kalau wanita cantik di depan anak asuhnya itu bangun dan menyalahkan dirinya.
Dengan gelengan lemah, "Saya juga tidak tahu, nona muda"
Suara itu Mery dengar dengan jelas, namun sayang matanya tidak bisa diajak bangun. Seakan ada lem lengket yang mengelem kelopak matanya.
"Kita harus minta maaf padanya, Ni. Aku merasa jadi anak paling nakal di sini."
"Semoga saja, Tante cantik tidak marah." tunduk bocah itu.
"Ya Tuhan, hamba mohon semoga saat Tante cantik sadar dia tidak marah sama aku. Ella janji akan menceritakan semuanya pada Tante cantik." doanya, menegadah ke atas. Seakan memohon pada Tuhan.
Perlahan, mata Mery terbuka. Cahaya terang yang menyilaukan, membuat Mery menyipit. Matanya mengejap beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang ada di sekitarnya. Pupil matanya yang semula lebar mulai kembali normal.
Kepalanya menoleh ke kanan, melihat bocah perempuan cantik yang sedang menatapnya kagum.
"TANTE CANTIK, UDAH BANGUN, NI!!" teriaknya senang.
Nani langsung berlari, dan memberikan teh hangat pada Mery. Membantunya menduduk, dan menyandarkan punggung Mery pada kepala ranjang.
"Maaf, nona. Sekali lagi maafkan saya." ucapnya menunduk, penuh rasa penyesalan.
Mery yang belum sepenuhnya sadar hanya bisa mengangguk. Bibirnya masih pucat dan kering. Entah berapa jam dia tertidur itu, yang pasti sekarang yang Mery rasakan perutnya lapar serta haus.
"Aku lapar." ujar Mery lemah.
"Nona, saya sudah siapkan bubur untuk anda." sigapnya dengan cekatan.
"Tante cantik." panggil Ella yang naik ke atas ranjang. Memeluk tubuh Mery erat. Mery yang belum siap terkena serangan fajar itu sedikit kaget.
"Tante, maafin Ella ya?" tanyanya pelan, semakin menenggelamkan kepalanya di perut Mery.
Pelukan hangat itu, seketika membuat hati Mery menghangat. Secara spontan, tangannya terulur mengelus punggung Ella.
"Nanti, kita bicara setelah Tante sedikit mendapat tenaga." ucap Mery.
"Oke, Tante cantik." angguk Ella semangat.
"Oh iya!" ucap Ella semangat, langsung duduk tepat di depan Mery. "Nama aku Ella."
"Tante namanya Mery 'kan?" tanya Ella.
Alis Mery berkerut, menatap Ella heran. "Sebelumnya maaf, aku tadi merengek kepada Nani dan Papa untuk mencari tahu Tante. Aku suka sama Tante Cantik. Aku mau temenan sama Tante Cantik. Aku bosen, sendiri terus."
"Bunda, dia sibuk banget. Jarang main sama aku Tante. Hari-hari Ella, cuman sekolah dan main di apartemen. Berangkat, pulang sekolah Nani terus yang antar dan jemput. Teman-teman Ella, di antar dan jemput orangtuanya. Tapi, Ella gak. Ella emang sombong, karena Ella gak mau di anggap lemah sama mereka, Tante cantik."
"Bunda, gak pernah kasih nasehat saat Ella nakal. Tapi, Tante mau ngasih Ella nasehat. Itu yang Ella mau. Ella sayang Tante cantik." akhir ucap Ella, dengan air mata yang sudah meleleh di pipi chubby nya.
Mery terdiam, dengan segala pertanyaan di kepalanya. Siapa sebenarnya bocah cilik di depannya itu? Seakan mudah sekali mengorek informasi dari dirinya.
"Nona muda, biarkan Tante cantik istirahat dulu." ucap Nani.
Ella mengangguk mantap. Dan turun dari ranjang, "Tante Cantik, Ella bobok dulu ya"
Mery mengangguk sebagai jawaban.
***
"Saya minta maaf sekali lagi, nona." ucap Nani Ella yang bernama, Qeila.
Mery mengangguk, mendengarkan semua cerita dari Qeila. Rangkuman singkat dari cerita panjang itu adalah, tentang Keluarga Ella.
Sungguh sangat miris mendengar pertanyaan bahwa Ella hanyalah anak adopsi. Kedua orangtuanya mengadopsi Ella karena desakan grandma yang ingin meminta cucu, atau jika hal itu tidak terkabul maka semua aset warisan akan di sumbangan ke panti asuhan. Keduanya memanipulasi fakta, bahwa Ella bukan anak kandung keduanya.
Ella kecil hidup bergelimang harta, di selingi banyak pengawas dan hidup layaknya tuan putri. Tapi, tanpa mereka ketahui kasih sayang dan kebahangatan keluarga tidak bisa di beli dengan uang atau semacamnya. Walau Ella bukan anak kandung, setidaknya saat mereka mengadopsi, sudah tertanam sebuah tanggung jawab besar.
Tak heran, jika sekarang Ella haus kasih sayang.
Mengenai kenapa Mery bisa di bius oleh Qeila karena Qeila tidak ingin bodyguard tuannya mengetahui sosok yang Ella gandrungi saat ini.
Fakta yang lebih mengejutkan adalah ternyata ayah dari Qeila adalah seorang mafia. Tidak sembarang orang bisa mendekat dan berkenalan dengan keluarganya. Kedatangan Mery yang di secara tidak sengaja diundang, membuat kecurigaan bagi pengawas Ella. Maka dari itu Qeila terpaksa membius Mery dan mengakatan bahwa dia sendiri yang akan mengurus Mery.
Informasi Mery di korek langsung oleh bawahan ayah Ella. Tentu saja hal itu sangat mudah, ditambah Mery tidak punya pondasi kuat. Informasi itu juga yang membuat Ayah Ella tambah posesif. Definisi posesif tapi enggan untuk menyalurkan kasih sayang. Malah, jatuhnya lebih di kekang.
"Tapi, lain kali jangan membius orang sembarangan! Kau kira aku ini seorang kriminal?" ucap Mery.
Qeila hanya mengangguk, karena dirinya merasa bersalah.
"Teknik menyuntikmu sangat cepat, siapa sebenarnya kau itu Qeila? Seorang pengasuh tapi pandai memainkan taktik." sindir Mery, memutar bola matanya malas.
"Saya juga seorang bodyguard nona muda. Tapi, karena sifat saya yang lebih tahu welas kasih membuat saya dijadikan nani oleh tuan besar" jawab Qeila.
"Maafkan saya sekali lagi, nona. Semoga hati nona lapang memaafkan saya." ujar Qeila.
"Aku tahu maksud ucapan mu itu, sudah ku maafkan" jawab Mery ketus.
Sekarang dua wanita itu duduk di sofa depan Tv, dengan Mery di atas sofa dan dengan gaya sombongnya. Sedangkan Qeila duduk di bawah. Dasar, Mery!
"Kau bilang, Ayah Ella itu mafia." ucapnya memulai pembicaraan.
"Benar nona, tapi saya harap nona bisa menjaga rahasia." wanti-wanti Qeila.
"Untungnya aku bukan admin lambe turah. Kau harus bersyukur"
"Kepalaku masih pusing, badanku sakit semua. Dan ini gara-gara kau! Obat bius yang kau gunakan. Kata maaf mu memang aku terima dengan lapang dada. Tapi, di dalam dada tidak ada hati. Masih ada detak dan napas. Apakah kau tidak berniat untuk menjadikan detak dan napas rasa penyelesalan mu?" tanya Mery.
"Nona ingin saya membantu apa?" tanya Qeila tanpa basa basi seperti Mery.
Mery tersenyum penuh kemenangan. Tatapannya melihat seisi apartemen yang sungguh mewah itu. Ditambah penjagaan yang sangat ketat. Dan yang lebih mengagumkan lagi adalah pemilik apartemen ini seorang mafia. Digaris bawahi; mafia.
"Ku perintahkan kau! Mengambil seluruh barang-barang ku di apartemen milikku. Dan aku izin menumpang di sini sampai satu bulan kedepan." ucap Mery tegas.
"Ha?." Mulut Qeila terbuka lebar, menatap Mery dengan bola mata ikan bandeng. Sungguh, baru kali ini dirinya menemukan seseorang yang berani bin songong.
"Apa? Cepat kerjakan perintah ku! Separuh detak dan napas yang kau hutang!"
Qeila kalah telak!
****
"Rumah itu tidak jadi saya sewa, tapi langsung saya beli. Bulan depan, saya ingin rumah itu sudah selesai renovasi. Masalah biaya, nanti saya langsung bayar setelah semua jadi." ucap Mery melalui sambungan telepon.
Dan sambungan telepon itu dimatikan olehnya.
Lebih baik untuk saat ini adalah berhemat dan memikirkan rencana lebih maju ke depan. Setelah Mery pikir, membeli dan menyewa, lebih untung membeli langsung. Setiap bulannya tidak mumet memikirkan uang sewa, dan serasa nyaman saat tinggal karena rumah sudah menjadi hak kita. Gaji pertama dan beberapa tabungan, akan Mery manfaatkan untuk membeli rumah.
Mery sudah enggan menempati apartemen mewah itu. Apalagi setelah tahu bahwa presidir di kantornya Agriel. Seseorang di masa lalu Mery. Orang pertama yang membuat bahagia, orang pertama juga yang membuat luka. Dasar cinta!
Rasanya ingin Resign. Tapi di ingat lagi perjuangan dirinya kala itu. Ditambah memang gampang apa mencari pekerjaan?
"Tante cantik!!" panggil Ella berlari menuju Mery yang tengah berdiri di atas blakon.
"Yaa?" sahut Mery, berjongkok di depan Ella.
"Kata Nani, Tante cantik izin mau tinggal sama Ella ya?" tanya Ella.
Mery mengangguk, "Boleh dong?"
"Tentu aja boleh! Aku.malah seneng ada Tante Cantik. Daripada sama Bunda, yang terus ngejek Ella ini jelek!" dengus Ella.
"Eh? Ella lupa sama yang Tante bilang tadi pagi?" tanya Mery lembut, menuntun Ella untuk ke ranjang.
Ella menunduk, dia ingat jelas yang Mery ucapkan padanya di lif pagi tadi.
"Gak, masih ingat, Tante cantik."
"Seburuk buruknya bundamu, dia tetap akan menjadi bundamu. Jadi, Ella harus tahu cara menghormati Bunda Ella. Masalah sikap, bicara itu memang kadang banyak luputnya. Tapi Ella harus ingat, cinta kasih orangtua itu luar biasa besarnya. Adanya cintanya terasa, ada yang tidak. Tergantung kondisi apa yang Tuhan kasih ke kita." nasihat Mery. Sejenak Mery maupun Ella merenung. Kadang, manusia pandai bersilat lidah dalam menasehati dan lupa bercermin pada kaca untuk melihat refeksi dirinya sendiri.
"Aku paham, Ma" ucap Ella.
Mata Mery membulat, menatap Ella. "Sekarang Tante Cantik itu Mama kedua aku. Pertama bunda, kedua mama, ketiga Nani." jelas Ella.
Mery tersenyum dan merangkul tubuh Ella membawanya untuk tidur di ranjang, bersama dirinya.
Mata Mery dan Ella mulai terpejam. Terngiang di benak Mery, betapa indahnya mempunyai seorang anak.
Mengandungnya, melahirkannya, merawatnya, mendidiknya, dan melihat dia menjadi orang sukses. Bayang-bayang itu datang tanpa bisa di cegah. Matanya kembali terbuka, menatap Ella yang sudah tertidur pulas.
Mery semakin mengeratkan pelukan itu. Hatinya merasakan kedamaian. Apakah sebahagia ini bisa memberi nasehat pada anak? Sungguh luar biasa. Ada rasa lega dan bangga. Apalagi saat nasihat itu bisa terserap di benak mereka.
Sekilas, benak Mery timbul sebuah pertanyaan. "Apakah ini petunjuk yang kuasa? Untuk melunakkan hatinya?"
BERSAMBUNG....
Like, Komen, dan dukungannya 💖🍋
Terimakasih 🌺 Tunggu bab selanjutnya 🐧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Weny Yuniestin
berarti mantan merry thoorr
2022-07-09
1
puji Astutik
jadi "boleh kan?"
2022-07-06
1
puji Astutik
"dong ya akan lebih baik di ganti menjadi "kan
2022-07-06
2