Tepat setelah Qeila mengenakan kembali baju Mery, pintu apartemen terbuka. Menampilkan sosok pria dengan badan besar kekar, dikawal dengan banyak bodyguard berpakaian hitam.
"Bangunkan, Ella." perintahnya pada Qeila yang sedang bertunduk hormat.
"Dan, antarkan dia ke dalam kamarnya." sambungnya, dan berjalan menuju Mery yang tertidur pulas.
Tangannya terangkat, melambai singkat sebagai tanda bahwa semua orang yang ada disana harus segera meninggalkan tempat.
Hormat singkat mereka ajukan, dan tanpa banyak bicara langsung pergi dari ruangan itu.
Pria itu merekuh tubuh mungil Mery, membawanya ke dalam kamar yang tersedia. Meletakkan tubuh itu perlahan, seakan Mery adalah api pada lilin. Yang kecil, namun memberi kehangatan yang pas.
Sorot mata pria itu tak terbaca, menatap Mery dengan banyak sirat.
"Kau tidak rindu padaku, sayang?" tanyanya pelan.
Mengelus kepala Mery dengan kasih sayang yang amat besar. Mata Mery terbuka sedikit, sosok Agriel—pria yang dia rindu dan benci.
"Agriel?" ucapnya setengah sadar. Agriel mengangguk, mengecup dahi Mery singkat. Tangannya masih setia mengelus Mery. "Tidurlah, aku akan menjaga mu. Jangan takut, ada aku." lirihnya pelan.
Mery mengangguk, singa betia itu nampaknya tidak sadar akan apa yang dia lakukan. Dan menganggap apa yang terjadi hanyalah mimpi—mimpi yang dia rindukan.
Tak sadar, air mata Mery menetes. Agriel melihat itu, dan menghapusnya. "Kenapa? Apakah hati periku ini sedang tidak baik-baik saja?" tanya Agriel lembut.
Mery mengangguk singkat, dan matanya terpejam lagi. "Aku benci kamu, Agriel." lirihnya dan merekuh tangan kekar Agriel.
Agriel paham akan perasaan Mery, dia akhirnya memilih diam dan tidur disebelah Mery. Membawa tubuh Mery kedalam pelukan hangatnya. Mengelus sayang punggung kecil itu. Tanganya terlalu nakal, niatnya hanya ingin menenangkan tapi dia yang terangsang dan tergoda dengan bulatan padat di bawah pinggul itu.
"Cepatlah jinak, singaku." bisik Agriel, menahan gelora yang membuatnya pening bukan main.
***
Satu bulan kemudian,
"Miss?"
"Miss Mery?" Rena mendengus kesal, menatap Mery yang sibuk melamun didepan layar komputer dengan tangan yang memutar-mutar bolpoin hitam.
"Miss, apakah benar anda ingin mengundurkan diri?" tanya Rena.
Mata Mery mengejap, menatap Rena terkejut. "Sejak kapan kau di sini?" tanya Mery dengan bodohnya.
"Sejak, Miss sibuk melamun." jawab Rena.
Mery menghembuskan napasnya, "Iya benar."
"Bolehkah saya berbicara dengan status teman anda?"
"Ada apa, Rena?" tanya Mery.
Rena menatap Mery intens, mendudukan dirinya di kursi depan meja Mery.
"Kenapa?" tanya Rena to the poin.
"Aku rasa, tidak cocok bekerja di sini. Keputusan ku sudah bulat, Rena." jawab Mery singkat.
"Tapi, kau akan menanggung denda Mery. Ingat bahwa kau sudah menandatangani kontrak selama dua tahun."
"Akan ku bayar."
"Kau ingin menjadi gelandangan?" tanya Rena.
Mery terdiam. Ini keputusan yang mendadak, diluar rencana awal. Selama satu bulan ini, Mery banyak termenung. Ditambah mimpi berminggu-minggu yang lalu seakan mengusik ketenangannya. Mery merasa, kota ini tidak aman. Ketenangannya akan terganggu.
Pelukan, kecupan dan sentuhan dari tangan kasar itu, Mery masih dapat mengingat jelas. Alam bawah sadarnya seakan sudah memberi peringatan.
Satu bulan yang berlalu cepat, gaji pertama yang seharusnya ia gunakan untuk membayar lunas rumah kini harus terseret untuk membayar denda. Tabungan Mery mungkin akan terkuras habis karena keputusan bodohnya ini.
Tapi, satu kali lagi Mery tekankah bahwa ia kerja tidak hanya masalah finansial tapi juga ketenangan hatinya.
Kota ini berbahaya, pria itu kembali muncul. Walau beberapa hari ini, pria itu tidak memunculkan batang hidungnya. Tapi, Mery yakin bahwa dia sedang diawasi. Semua hal, segala aspek kehidupannya mulai terusik dengan campur tangan Agriel.
"Itu memang bukan pilihan, tapi keputusan yang ku ambil. Aku kerja bukan karena uang, tapi kenangan jiwaku, Rena. Ku mohon kau mengerti. Jika kedepannya aku seperti akan merepotkan mu, lebih baik menghindar lah. Mungkin, suatu saat akan ada kata hutang?" ucap Mery dengan tawa miris.
"Mery, bukan seperti itu maksudku." tangkas Rena membenarkan.
"Tidak ada Rena. Aku tahu sifat manusia. Siapapun mereka pasti tidak suka direpotkan. Bohong jika mereka merasa senang. Coba kau tanyakan hati kecilmu."
"Rena.. .mereka menolong karena beberapa faktor. Tidak enak hati, ingin mengejar surga, ingin mendapatkan pujian, dan ingin menjadi baik. Aku tahu, karena itulah mereka hidup berdampingan" sambung Mery sebelum Rena mengeluarkan unek-uneknya kembali.
Rena bungkam, salah jika dirinya berdebat dengan orang pintar berdebat seperti Mery.
"Baiklah, aku hargai keputusan mu. Jika ada apa-apa hubungi aku, Mery." ucap Rena.
"Ingin mengejar surga, dengan jalan kebaikan." lanjut Rena.
"Segera kau urus semuanya, Rena. Mungkin ini adalah minggu terakhir ku bekerja di sini. Aku ingin, sebelum aku meninggalkan perusahan ini, semuanya stabil."
"Baik, Miss. Saya permisi" ujar Rena membungkuk hormat dan kembali pada mejanya.
***
Hari ini Mery pulang sangat malam. Menyelesaikan semua hal yang harus dia selesaikan. Matanya menatap layar ponsel, melihat uang yang ada di tabungan. Nominal yang cukup fantastis. Bagaimana pun Mery sangat bekerja keras dulunya, mengumpulkan sedikit demi sedikit.
Neanra, kadang menolak pemberian Mery dan memaksa Mery untuk menyimpan uangnya. Apalagi masa itu adalah masa terberat Mery. Pada masa itu yang ada dipikirannya hanyalah kerja dan kerja. Guna mengalihkan rasa sakit, kecewa dan kesedihannya.
"Ma?" panggil Ella yang nampak mengucek matanya. Disampingnya ada Qeila yang tertidur.
"Tidurlah lagi, Ella" ucap Mery dan segera masuk ke dalam kamar.
Mery menghindar dari Ella. Dia akan segera pergi darisana, menjauh dari kehidupan Ella. Mery hanya tidak mau mengulang masa lalu itu. Karena kasih sayang nyatanya bisa membunuh mu juga, itu yang Mery ambil dari kejadian beberapa tahun yang lalu.
"Mama.. Ma? Mama marah sama Ella?"
"Ella nakal ya Ma?" ulang Ella dengan mata berkaca-kaca.
Mery berdiri didepan pintu kamarnya dengan tangan hendak memutar klop pintu.
"Mama kenapa?" tanya Ella, berjalan mendekat pada Mery.
"Mama gak akan jadi kayak bunda 'kan?"
"Ella, gak mau sendiri lagi.. Ella gak mau." ucap Ella menangis tertahan.
"Ella gak mau Mama pergi."
"Ella sayang, Mama."
"Gak ada yang sayang Ella tulus setulus, Mama." lanjutnya membuat pertahanan Mery runtuh.
Mery membalik badannya, menatap Ella lamat. "Tidur bersama?" tawar Mery dengan senyuman paling tulusnya. Sebuah senyuman yang sudah lama tidak ia paparkan pada siapapun. Senyuman tertulus yang dulu, menjadi topeng setiap harinya—topeng untuk seseorang.
Ella tersenyum, mengangguk dan langsung masuk ke dalam kamar Mery.
Dibalik tidurnya, Qeila menekan tombol kecil pada kalung yang dia kenakan.
"Nona Mery, akhirnya luruh tuan." lapornya singkat dan sambungan itu terputus sepihak.
Di dalam kamar Mery,
"Ella... Jika sudah mengantuk tidurlah. Aku masih harus berberes." ujar Mery dan diberi anggukan dari Ella.
Setelah pintu kamar mandi tertutup rapat, Ella bangkit dari ranjang. Dia menelusuri meja rias Mery. Disana terletak tas kerja yang masih utuh, belum tersentuh sekalipun karena sang pemilik sedang asik di kamar mandi.
Tangan kecil itu terulur meletakkan, sebuah lipstik dengan ukuran mini. Tak sengaja mata Ella menatap sebuah kerangka surat, yang masih kosongan pada sesobek kertas. Ella bukanlah gadis kecil bodoh, dia sudah bisa membaca sejak TK. Tertera di situ menyatakan bahwa Mery ingin mengundurkan diri dari perusahaan.
Dengan sigap, Ella mengambil kertas itu dan menyelipkannya di kantong baju tidurnya.
Jantung Ella berdetak kencang, dia merasa menjahati Mery, tapi dia juga sedih karena Mery melupakannya.
Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Mery dengan tubuh terlilit handuk sebatas dada, dengan paha yang terpapang nyata. Sungguh pemandangan yang nemukau.
"Ku kira sudah tidur." cetus Mery.
"Aku menunggu, Mama." jawab Ella singkat.
Mery mengangguk dan segera memakai baju tidur tipis dengan celana pendek, diatas paha. Mery merasa malam ini serikit gerah.
"Apa yang ingin kamu ceritakan, Ella?" tanya Mery melihat pantulan Ella dari cermin riasnya. Seraya membersihkan wajah dan memakai skincare.
"Aku hanya ingin bertanya, Mama marah sama Ella?" tanyanya menunduk.
Mery menggeleng, "untuk apa marah dengan mu?" tanya Mery balik.
"Tapi, kenapa Mama menjauhi Ella?"
"Membiasakan diri masing-masing Ella" ucap Mery bangkit dan berjalan menuju ranjang. Mengajak Ella serta dirinya menidurkan tubuh masing-masing.
"Ella. Ada yang ingin aku beritahu padamu" ucap Mery dengan wajah serius.
Ella diam, mendengarkan apa yang ingin Mery ucapkan.
"Aku dan Bundamu memang berbeda. Mungkin aku perhatian dan mencurahkan kasih sayangku padamu karena aku menghargai kebaikan mu, Ella. Tentang bundamu yang sibuk, tidak perhatian dan semacam hal buruk lainya. Tapi, ingat dia tetap bundamu. Orang yang mengasuhmu, merawatmu sadari bayi. Jangan menilai seseorang hanya dengan sebelah mata, Ella. Setiap orang itu sibuk, dan tidak semua orang bisa membagi waktunya."
"Ada orang yang pandai bersilat lidah dengan memberi petuah-petuah namun juga ada orang diam dengan segala kasih sayangnya. Kasih sayang itu bisa berwujud tindakan, emosi, dan ucapan. Berpikirlah positif, agar hatimu tidak tambah kecewa dan terluka. Hati itu renta, renta akan kejahatan. Ku harap, kau memahami ini semua, Ella" akhir Mery, memeluk tubuh gempal Ella.
Ella menunduk dengan isak tangis kecil. Mery tahu perasaan bocah manja itu. Tangannya terulur mengelus punggung Ella.
"Sekarang, waktunya mengistirahatkan tubuh. Tidurlah.. Bersedih boleh tapi jangan salah kesedihan mengambil alih semuanya." bisik Mery mencium pucuk kepala Ella pelan.
"Jaga diri, sayang. Jadilah perempuan berprinsip." lirih Mery yang masih terdengar oleh Ella.
...BERSAMBUNG... ...
Hai, kembali lagi dengan cerita Elemery 🧚♀ Sampai sini apakah bisa menebak, ini ceritanya gimana? alur kedepannya kayak apa? 🤭 makin seru atau malah ngebosenin atauuu malah bikin pusing?
Pesanku: Nikmati proses alurnya aja 👯♀
Like dan Komentar nya dongg 🤪✨
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
meli meilia
tipo dikit..
2022-08-04
1
Weny Yuniestin
laannjuutkaan thooorrr kasihan ella
2022-07-09
1