Millenium Tower: Smart Apartment System
...Bab 01. Hari yang sial...
Siapa yang menduga bahwa seorang pemuda miskin yang selalu bekerja serabutan akan menjadi General Manager dari sebuah Apartemen Pintar dengan teknologi Alien dan keanehan didalamnya ?
Dan, kejadian itu beberapa bulan yang lalu.
Di Metropolis Jakarta, ada seorang pemuda sedang membuka cafe kecil disisi taman. Pemuda itu bukanlah pemilik kafe melainkan hanya karyawan paruh waktu.
Saat sedang merapihkan dan menyusun kursi. Pemilik kafe pun menghampiri nya.
"Erick, Gua serahkan sama Lu!" ucap pemilik kafe.
"Iya, aku akan bekerja sebaik mungkin," jawab Erick.
Setelah itu, Erick pun menjalani aktivitas nya di kafe dengan melayani pelanggan nya. Sesaat kemudian, dia melihat ada seorang nenek yang datang.
Nenek itu merupakan pelanggan setia di kafe tempat Erick bekerja. Melihat nenek itu, Erick sontak membuatnya kopi Arabika yang merupakan menu yang dibeli oleh nenek itu setiap harinya.
Sesaat Nenek itu duduk, Erick pun menghampiri nya dan memberikan kopi tersebut.
"Nenek, ini kopi anda," ucap Erick seraya menaruh kopi diatas meja.
"Terimakasih, nak Erick," jawab Nenek.
Erick pun tersenyum dan mengangguk kepalanya. Sesudah itu, Erick kembali masuk kedalam kafe namun, langkah nya terhenti saat mendengar suara wanita yang dikenalnya.
"Sayang, kita minum kopi dulu disini."
"Iya, ayo!" jawab suara pria.
Erick yang mendengar itu, dia pun sontak membalikan badannya dan melihat seorang wanita tinggi, cantik dengan rambut bergelombang dengan bergandengan tangan dengan seorang pria.
Erick yang melihat wanita itu sontak menyapanya, "Mariska?"
Saat wanita yang bernama Mariska itu mendengar namanya di sebut, dia pun mengerutkan keningnya dan melihat tajam Erick.
"Erick?"
Pria yang di samping Mariska, dia sontak melihat Mariska dan Erick.
"Sayang, kamu kenal dia?"
Mariska pun menoleh kearah pria yang disampingnya dengan senyuman. "Iya, aku mengenalnya tapi tidak begitu dekat." Mariska melihat kearah Erick dengan senyuman kecil. "Dia teman ku sewaktu kuliah di perhotelan."
Erick hanya tersenyum dan mengangguk kecil.
Lalu, Mariska kembali melihat pria disampingnya. "Ayo sayang kita pergi!" Mariska kembali melihat Erick. "Sebenarnya, aku malu dengan teman ku ini karena dia orang yang sangat miskin dan hidup di tempat pembuangan sampah dengan lulusan sekolah paket C."
Pria yang ada disamping Mariska sontak tersenyum remeh, "Begitu kah. Pantas saja, penampilan nya sangat kumuh dan aku mencium sampah," ucap Pria.
Pria dan Mariska pun tertawa kecil. Lalu, Pria itu mengeluarkan dompetnya dan mengambil uang 100 ribu lalu, dilemparkan nya kepada Erick.
"Itu untuk mu, sampah!" ucap pria.
Erick hanya terdiam dan menundukkan kepalanya saat uang seratus ribu yang dilemparkan kepadanya.
Setelah itu, Mariska dan pria itu pun pergi meninggalkan Erick.
Lalu, Erick dengan wajah yang tersenyum. Dia mengambil uang itu seraya bergumam.
"Aku akan membalasnya sepuluh kali lipat!"
Nenek yang ada sedang duduk didekat Erick, dia pun tersenyum dan mengalihkan pemikiran nya.
"Nak Erick, bisa ambilkan saya Gula?" ucap Nenek.
Erick yang mendengar ucapan Nenek itu sontak menyadarkan lamunan nya dan berdiri.
"Iya, Nek. Saya akan ambilkan!" jawab Erick yang sontak masuk kedalam kafe dan mengambil gula kemasan. Lalu, kembali kepada Nenek dan memberikan nya.
"Ini Nek. Gula nya!"
"Terimakasih, Nak Erick."
Dalam sesaat, Erick teringat akan pertemuan nya dengan Erick didekat nenek tersebut.
"Sebelum nya, saya meminta maaf karena sudah membuat gaduh didepan nenek," ucap Erick yang membungkukkan badannya.
Nenek itu pun menggeleng kepala lalu, memegang tangan Erick. "Yang kuat ya, Nak Erick."
Erick pun mengangguk kepalanya, "Iya, Nek. Terimakasih."
Keesokan harinya, Mariska melaporkan kejadian yang menimpah dirinya kepada pemilik kafe sehingga Erick pun dipanggil oleh pemilik kafe ke ruangan nya.
"Pak, anda memanggil saya?" tanya Erick saat masuk kedalam ruangan.
"Iya, duduk lah. Ada beberapa hal yang harus saya sampaikan," ucap pemilik kafe yang tengah duduk dan mengurusi beberapa dokumen.
Mendengar itu Erick pun berjalan mendekati pemilik kafe dan duduk didekat meja panjang.
"Iya, pak. Ada apa?" sambung tanya Erick kembali.
Sebelum berbicara, pemilik kafe menghela nafas panjang.
"Erick, ada yang harus aku bicarakan. Ini perihal keluhan dari customer tempo hari yang melaporkan bahwa kamu pelayan yang tidak sopan, kebersihan yang kurang dan salah memilih menu."
Mendengar itu, Erick mengerutkan keningnya. "Tunggu, pak. Saya sama sekali tidak melakukan kesalahan seperti itu."
"Iya, bapak juga mengerti. Tapi itulah dunia bekerja yang mana uang diatas segala nya. Jika, aku tidak memecat mu maka, kafe ini diancam untuk ditutup. Maafkan bapak, Erick!" ucap pemilik Kafe.
Erick yang mendengar itu, dia pun menduga bahwa ancaman itu berasal Mariska yang mana Mariska sendiri merupakan keluarga kaya raya dalam bidang perhotelan.
Memahami hal itu, Erick hanya bisa tersenyum dan menerima keputusan dari pemilik kafe.
"Iya, aku mengerti."
Pemilik kafe itu pun tersenyum lalu, dia memberikan amplop kepada Erick.
"Bukan nya kamu tidak bagus bekerja tapi, sekali lagi aku mohon maaf semoga kamu mendapatkan pekerjaan yang lebih baik."
"Iya, Terimakasih, pak. Anda telah memperkerjakan saya selama tiga bulan ini," jawab Erick.
Setelah itu, Erick pun pergi ke ruang ganti dan Menganti seragam nya. Lalu, keluar dari kafe.
Saat keluar dari kafe, Erick berpapasan dengan nenek pelanggan setia.
"Nak Erick, kamu tidak bekerja," ucap Nenek.
Erick tertawa kecil dan tersenyum. "Saya sudah diberhentikan, Nek."
Nenek itu pun tersenyum melihat Erick, "Kamu memang pria yang tegar. Oiya, nenek ada koneksi untuk pekerjaan. Apakah kamu tertarik?"
Mendengar itu, Erick menatap bingung nenek tersebut. "Pekerjaan apa itu, Nek?"
Nenek itu tersenyum lalu, memberikan kartu nama kepada Erick, "Jika kamu tertarik, hubungi nenek dan nenek akan menjelaskan nya."
Erick pun menerima kartu nama tersebut. "Terimakasih, Nek. Saya pertimbangkan dahulu. Maaf, Nek. Saya pamit dahulu."
"Iya, berhati-hatilah!" jawab Nenek.
Sesudah itu, Erick pun meninggalkan kafe dan nenek untuk kembali pulang.
Setibanya di rumah, Erick yang melihat Kakek nya, lalu dia pun sontak turun dan menghampiri nya.
"Kakek, kenapa masih mulung? Kakek kan sedang sakit?!" tegur Erick.
Sang kakek sontak melihat kearah Erick. "Oh, Erick. Kamu sudah pulang."
"Kakek, sudah aku bilang kan untuk menjaga kesehatan kakek. Kalau, kecapean. Siapa yang repot?!"
Sang kakek pun tertawa kecil.
Lalu, Erick dan kakek nya pun pulang ke rumah petak yang hanya memiliki satu ruangan kecil dengan kamar mandi didalam nya. Dalam satu ruangan itu, Mereka bisa mengunakan nya sebagai ruang apapun yang dibutuhkan seperti kamar tidur, dapur, ruang makan dan kebutuhan lainnya.
Erick yang mendapat uang pesangon, dia membeli beberapa bahan makanan lalu, memasaknya untuk porsi berdua dan mereka pun makan bersama.
Setelah makan tiba-tiba, sang kakek memegang dadanya dan mengeram kesakitan. Erick yang melihat itu sontak panik dan menghampiri nya.
"Kakek, ada apa? sakit dimana?" seru Erick seraya memegang kakeknya.
"Erick, terimakasih kamu sudah sabar dan kuat hidup dengan Kakek," ucap sang kakek yang terbata-bata.
"Kakek, bertahan lah. Kita akan pergi ke rumah sakit."
Sesudah itu, Erick bergegas mengambil ponselnya dan memanggil ambulan. Setibanya di rumah sakit, Erick mau tidak mau harus merawat inap sang Kakek lantaran dokter telah mendiagnosa bahwa kakek menderita kanker paru-paru yang sudah mendekati stadium akhir.
Mendengar itu, Erick hanya bisa pasrah terlebih lagi. Dia sudah menghabiskan semua uang gaji, tabungan dan pesangon nya untuk biaya rumah sakit dan itu juga masih lebih dari kurang.
Saat melihat sang kakek sedang terbaring dengan mulut ditutup selang serta di infus pada tangan sang kakek. Erick pun memutuskan untuk menghubungi nenek yang memberikan kartu namanya.
"Nenek, apakah penawaran pekerjaan nenek masih berlaku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
John Singgih
mcnya lagi sial
2022-07-13
3
Violet
semangat
2022-05-09
1
XiaoYan
pakai system??
2022-05-07
1