Chapter 17

Florencia mengerjapap kan matanya karena sinar matahari yang masuk lewat celah jendela kamarnya.

"Eunghh.."

Florencia bangun dan duduk di pinggiran kasur seraya mengucek kedua matanya.

"Kau sudah bangun?" tanya Geovano datar. Entah sejak kapan laki laki itu berada di kamar Florencia.

"Kau, bagaimana bisa kau ada di sini?"

"Tentu saja bisa, ini mansion ku."

"Tapi ini kamar ku!"

"Cepat bersiaplah, dalam sepuluh menit kau harus sudah siap. Aku menunggu mu di meja makan."

Geovano yang sudah rapih dengan setelan jasnya itu pergi begitu saja dari kamar Florencia. Tapi ada yang berbeda dengan penampilan Geovano pagi ini karena tangan kanan Geovano terlihat mengenakan Arm Sling (alat penyangga tangan).

Florencia mengingat kejadian semalam. "Apa aku terlalu keras mempelintir tangannya?"

Florencia menggelengkan kepalanya. "Aku tidak perduli"

Florencia masuk ke kamar mandi dan memulai ritual mandinya.

Tiga puluh menit berlalu ..

Florencia bergabung bersama Geovano di meja makan dan langsung memakan sarapannya.

"Cepat selesaikan sarapan mu, aku ada meeting pagi ini."

"Pergilah, kenapa kau menunggu ku?"

"Lihat tangan ku, kau harus bertanggung jawab."

Florencia berdecak kemudian melanjutkan sarapannya.

**

"Vano apa yang terjadi? Kenapa tangan mu?" tanya Kenand.

Geovano dan Kenand tengah berjalan menuju ruang meeting.

"Memangnya ada apa dengan tangan ku? Tangan ku baik baik saja."

"Hah?"

Kenand membulatkan matanya sempurna kala ia melihat Geovano mengeluarkan tangannya dari alat penyangga dan ternyata tangan Geovano baik baik saja.

"Jika Flo tahu, dia akan sangat marah."

"Karena dia bodoh, dia tidak akan pernah mengetahuinya."

"Vano, apa kau sudah mengetahui tentang pekerjaan Flo?" tanya Kenand yang mengingat kejadian penculikan Amelia.

Geovano memicingkan matanya. "Tidak. Kenapa? Kau sudah mengetahuinya?"

"Entahlah, semoga saja apa yang aku pikirkan salah."

"Apa maksud mu?"

"Nanti aku ceritakan."

**

Florencia tengah memainkan ponselnya di ruangan Geovano untuk membunuh rasa bosannya.

Florencia menghela napasnya kasar. "Kenapa aku berakhir seperti ini?"

Tok.. Tok..

Terdengar suara ketukan dari luar pintu dan tak lama Amelia masuk ke ruangan Geovano.

"Ibu Flo, ada yang mencari pak Geovano."

"Dia tidak ada di sini. Bukankah dia sedang meeting," kata Florencia acuh seraya memainkan ponselnya.

"Saya sudah mengatakannya, tapi dia bersikeras untuk bertemu dengan pak Geovano."

"Maaf nyonya saya lancang tapi ini hal yang sangat penting. Saya harus segera bertemu dengan tuan Geovano," kata Danu, sopir Harun yang menerobos masuk ke ruang Geovano.

Florencia menyimpan ponselnya di meja lalu melihat ke arah Danu.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau sangat khawatir dan kenapa kau babak belur?" tanya beruntun Florencia.

"Nyonya.. No-nona Laura di-di culik."

"Apa?"

FLASH BACK ON

Laura dan Danu tengah di perjalanan menuju kampus.

"Pak Danu agak cepetan ya soalnya Laura ada kelas pagi."

"Iya non."

Cekikk ..

Tiba tiba saja Danu menghentikan laju mobilnya.

"Pak Danu ada apa? Kenapa berhenti?"

"Itu non di depan ada mobil yang menghalangi jalan."

"Non Laura tunggu sebentar, saya akan keluar melihat apa yang terjadi di sana."

"Hati hati pak Danu."

"Iya non." Danu keluar dari mobil.

"Hah? Pak Danu!"

Pekik Laura kala ia melihat Danu di hajar habis habisan oleh orang yang keluar dari mobil yang menghalangi jalan itu.

Laura mulai panik dan mencoba untuk menghubungi kakak kakaknya Geovano dan Bastian tapi nihil, tidak ada yang mengangkatnya dan saat Laura akan menelpon Florencia tiba tiba saja orang yang menghajar Danu tadi secara paksa membuka pintu mobil lalu membekap Laura dengan sapu tangan dan tak lama Laura pun pingsan.

FLASH BACK OFF

**

"Al, apa kau sudah temukan posisinya?" tanya Florencia yang kini sudah berada di mansionya sekaligus markas Valuenz.

"Aku mendapatkannya."

"Kita pergi sekarang."

Florencia berjalan di depan. Di kanan dan kirinya ada Alexa dan Axel dan para anggota Valuenz lainnya berjalan di belakangnya.

Sepuluh mobil mewah berwarna hitam secara beriringan keluar dari rumah bergaya klasik itu.

Dengan mobil Florencia yang berada paling depan di ikuti dengan mobil Axel, Alexa dan para anggota Valuenz lainnya. Selain itu ada beberapa sepeda motor juga yang melaju di samping kiri dan kanan mobil Florencia.

Iringan mobil mewah itu kini sudah berada di depan sebuah bangunan tua kosong.

Florencia keluar dari mobil di ikuti dengan Alexa, Axel dan anggota Valuenz lainnya. Alexa dan Axel menghampiri Florencia yang berdiri tepat di depan mobilnya.

Florencia menyilangkan tangannya di dada seraya tersenyum remeh. "Bodoh!."

"Itu yang di sebut penjahat amatiran Flo," kata Axel terkekeh.

Penjahat amatiran yang di maksud Axel itu adalah Aldo. Itu memang belum pasti tapi Florencia sangat yakin jika orang yang menculik Laura adalah Aldo. Kenapa Florencia se-yakin itu? Itu karena lokasi penculikan Laura dan lokasi penculikan Amelia sama.

"Valuenz!!!" teriak Florencia.

"Valuenz here." teriak anggota Valuenz lainnya serempak.

"Selesaikan dan ingat, jangan sampai sandera terluka."

Para anggota Valuenz masuk ke dalam gedung itu sedangkan Florencia, Alexa dan Axel masih berada di tempatnya.

"Flo, kau yakin tidak ingin bersenang senang?" tanya Alexa.

"Aku tidak ingin mengambil resiko, Laura akan curiga nanti."

"Kau benar."

Dan benar saja tebakan Florencia. Orang yang menculik Laura itu memang Aldo dan kini laki laki itu berdiri ketakutan melihat segerombolan orang yang jumlahnya puluhan itu berdiri tepat di hadapannya.

Aldo bebas dua hari lalu karena uang jaminan dan setelah itu ia langsung merencanakan penculikan ini untuk membalaskan dendamnya pada Bastian karena sudah mengkhianatinya.

"Ka-kalian si-apa?" tanya Aldo terbata.

"Kau tidak perlu tahu siapa kita. Cepat lepaskan wanita itu atau kau tidak akan selamat." kata salah satu anggota Valuenz.

"Jangan mendekat, atau aku akan membunuhnya." ancam Aldo seraya menodongkan pisaunya ke leher Laura.

"Akh.." rintih Laura kala pisau itu sedikit merobek kulit lehernya.

"Lepaskan dia atau peluru ini bersarang di kepala mu saat ini juga," kata anggota Valuenz lainnya yang entah datang dari mana dan kini ia berdiri tepat di belakang Aldo seraya menodongkan pistol ke kepala Aldo.

Aldo sontak melepaskan Laura. Laura bernapas lega.

"Nona pergilah, nyonya Flo sudah menunggu di luar."

Tanpa berkata Laura langsung berlari ke luar dari gedung itu dan langsung memeluk Florencia.

"Kak Flo, Laura takut."

Florencia bisa merasakan badan Laura yang bergetar. Florencia mengelus elus pucuk kepala Laura.

"Sudah tidak apa apa, kita pulang sekarang."

"Flo sebaiknya kau bawa Laura ke rumah sakit, lehernya terluka," kata Axel yang melihat luka di leher Laura.

"Brengsek!!!" Florencia mengepalkan tangannya dan hendak masuk ke gedung itu.

"Flo," Axel mencekal tangan Florencia.

"Lepas!!"

"Aku yang akan mengurusnya, kau bawa Laura ke rumah sakit. Dia ketakutan Flo, dia akan semakin ketakutan jika melihat mu seperti ini."

Florencia menghela napasnya kasar.

"Pergilah."

Florencia dan Alexa mengantar Laura ke rumah sakit.

Terpopuler

Comments

Ney maniez

Ney maniez

ya cwe pst pkai perasaan

2023-10-07

1

Neng Niehan

Neng Niehan

iahhh minta dipatahkan itu tangan bang Vano

2023-05-27

1

Faridah Fairah

Faridah Fairah

bgus axel km mmcegah flo msuk kedlm jd laura gk akn curiga siapa sbnarnya kk iparnya.

2023-01-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!