Chapter 13

"Apa yang kau lihat?," tanya Geovano.

"Keindahan dunia."

Saat ini Geovano dan Kenand tengah sarapan. Kenand duduk tepat menghadap ke arah kolam renang sedangkan Geovano duduk di arah sebaliknya.

'Keindahan dunia' yang Kenand maksud adalah Florencia yang tengah berenang dengan hanya mengenakan bikini saja.

Geovano memutar badannya melihat apa yang di maksud 'keindahan dunia' oleh sahabatnya itu. Geovano mengetatkan rahangnya saat melihat Florencia yang tengah meminum jus di pinggiran kolam dengan memamerkan tubuhnya yang sempurna itu.

Grep ..

Geovano memakaikan bathrobe pada tubuh Florencia dari belakang dan itu sukses membuat Florencia terkejut dan hampir saja menjatuhkan gelas yang di pegangnya.

"Apa yang kau lakukan?," sarkas Florencia.

"Pergilah ke kamar mu," kata Geovano datar seraya menatap ke arah lain.

"Siapa kau berani menyuruh ku?."

"Aku suami mu dan jangan pernah berani lagi kau memakai pakaian seperti itu," tegas Geovano.

"Kau!," sentak Florencia tertahan karena ia tidak ingin berdebat di pagi hari dengan manusia arogan itu.

Dengan perasaan dongkol Florencia pergi ke kamarnya sedangkan Geovano kembali ke meja makan.

"Ck! Kau merusak suasana pagi ku saja. Calon istri ku itu memang sangat cantik," kata Kenand.

"Dia istri ku, bodoh! Dan jangan pernah berani lagi kau menatapnya dengan tatapan kotor mu itu," sengit Geovano.

Kenand mengulum senyumnya. "Vano jujurlah, kau sudah mencintai istri mu itu, iya kan?."

"Tidak."

Kenand menghela napasnya dalam. "Terserah kau saja lah."

Mereka kembali melanjutkan sarapannya dan tak lama Florencia datang. Florencia duduk di sebelah Kenand dan tentu saja Geovano tidak menyukainya.

"Duduk di sebelah ku," kata Geovano datar.

Florencia mengabaikan ucapan Geovano dan mulai memakan sarapannya. Semangkuk salad di pagi hari.

"Apa kau tidak mendengar ucapan ku? Duduk di sebelah ku!," Geovano meninggikan nada suaranya.

Brak ..

Florencia meletakkan sendok di atas meja kaca itu dengan keras kemudian bangkit dari duduknya dan pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun. Dari sorot matanya dapat di pastikan jika Florencia sedang menahan amarahnya.

"Mau kemana kau?," tanya Geovano seraya mencekal tangan Florencia. Florencia sontak menghentikan langkahnya.

"Bukan urusan mu."

"Kalau begitu, aku akan ikut dengan mu."

Florencia menatap Geovano sengit. "Apa yang kau inginkan?," tanya Florencia.

Geovano tersenyum. "Kau memang sangat mengenal ku, istri ku."

Florencia memutar bola matanya malas.

"Ikutlah ke kantor bersama ku dan selama satu hari ini kau harus terus bersama ku."

"Baiklah."

"Sebenarnya pekerjaan apa yang dia lakukan dengan laki laki itu. Dia langsung menyetujui permintaan ku tanpa berdebat," batin Geovano.

"Sepertinya dia sedang mencari tahu tentang pekerjaan ku. Akan lebih baik jika aku mengurangi aktivitas ku bersama Valuenz mulai sekarang," batin Florencia.

**

Kantor Baldwin Grup ..

Geovano berjalan dengan gagahnya memasuki kantor. Florencia berjalan di sebelahnya sedangkan Kenand berjalan di belakangnya.

Melihat sang bos datang, sontak para pegawai langsung membungkuk hormat.

Jika biasanya Geovano yang menjadi sorotan, tapi kali ini Florencia lah yang menjadi sorotan. Pasalnya ini pertama kalinya Geovano datang bersama seorang wanita ke kantor.

"Siapa wanita itu? Apa dia adalah nyonya baldwin?."

"Dia cantik sekali. Wajahnya, tubuhnya, sangat sempurna."

Geovano menyadari jika para pegawainya menatap sang istri dan ia sangat tidak suka melihatnya. Terlebih lagi saat para pegawai laki laki menatap Florencia tanpa berkedip.

Geovano menghentikan langkahnya. Di rangkulnya pinggang Florencia posesif seakan mengatakan jika Florencia itu miliknya.

Geovano menatap tajam ke arah para pegawainya. Melihat itu sontak para pegawai langsung menundukkan kepalanya.

"Apa yang kau lakukan? Lepas!," kata Florencia setengah berbisik.

"Diamlah! Kau ingin membuat ku malu di hadapan para pegawai ku?."

"Ck!," Florencia memutar bola matanya malas. "Aku ingin ke toilet."

"Tidak bisa."

"Hah?."

"Tidak maksud ku, kau gunakan toilet di ruangan ku saja."

"Kau ini benar benar, sudah kau pergilah, nanti aku menyusul."

**

Toilet ..

"Iya, kau selesaikan masalah itu. Habisi semua, jangan sampai ada yang tersisa."

" ... "

Florencia menutup panggilan teleponnya. Florencia sengaja menjauh dari Geovano dengan alasan ingin ke toilet supaya ia bisa menghubungi Axel.

Hanya ada Florencia saja di toilet jadi ia bebas berbicara dengan Axel di telepon tanpa harus takut ada yang mendengarnya.

"Tidak akan aku ampuni orang yang sudah mengkhianati ku," gumam Florencia menyeringai.

Plak ..

Tiba tiba saja terdengar suara tamparan yang entah datang dari mana dan betapa terkejutnya Florencia saat keluar dari toilet ia melihat seorang wanita yang terduduk di lantai dan seorang laki laki yang siap melayangkan pukulannya pada wajah wanita itu.

Florencia menendang tubuh laki laki itu tepat sebelum ia memukul wanita di hadapannya.

Florencia mencengkram kuat kemeja laki laki itu. "Pergi dari sini atau akan ku habisi kau" Florencia mendorong tubuh laki laki itu hingga membentur tembok.

Florencia menghampiri wanita itu. "Kau tidak apa apa?."

"Iya, terimakasih."

Florencia membantu wanita itu berdiri lalu mereka pergi meninggalkan laki laki yang tengah meringis kesakitan karena punggungnya membentur tembok sangat keras.

"Aku akan mengantar mu ke rumah sakit," kata Florencia.

"Tidak usah, saya tidak apa apa."

"Kau terluka."

"Tidak apa, ini hanya luka kecil," wanita itu menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya.

"Saya akan kembali bekerja. Sekali lagi terimakasih." Wanita itu pergi meninggalkan Florencia.

"Aku mendengar semuanya."

Deg ..

Ucapa Florencia berhasil menghentikan langkah wanita itu, ia sontak membalikan tubuhnya menatap Florencia. Wanita itu terlihat sangat gugup.

"A-apa yang kau katakan? Saya tidak mengerti. Dan ya.. Jangan campuri urusan saya." kata wanita itu dan berlalu pergi.

**

Tok.. Tok..

"Masuk" terdengar suara bariton dari dalam ruangan sang big bos.

Seorang wanita masuk ke ruangan Geovano seraya membawa berkas di tangannya. Wanita itu adalah Amelia sekertaris Geovano.

Brak ..

Tiba tiba saja berkas yang ada di tangan Amelia terjatuh saat ia melihat Florencia yang duduk di sofa.

"Kau!."

"Kita ketemu lagi," Florencia melambaikan tangannya.

"Kalian saling kenal?," tanya Geovano.

"Tidak, kita baru bertemu tadi saat di toilet. Iya kan?," Florencia menatap Amelia. "Jadi kau sekertaris suami ku?."

"Su-suami?," tanya Amelia gugup.

"Iya Amel, dia Nara istri ku," kata Geovano.

"Flo, panggil saya Flo."

"I-iya ibu Flo, sa-saya Amel sekertaris pak Geovano," Amel menundukkan kepalanya hormat.

Florencia bangkit dari duduknya kemudian melangkahkan kakinya menghampiri Amelia. Florencia berjongkok mengambil berkas yang tadi terjatuh setelah selesai Florencia memberikan berkas itu pada Amelia.

"Kau yang akan memberitahu ku atau aku yang akan memberitahu Geovano," bisik Florencia tepat di telinga Amelia lengkap dengan seringainya.

"Sa-saya akan beritahu semuanya pada ibu Flo, tapi saya mohon jangan beritahu pak Geovano dulu tentang apa yang sudah ibu Flo dengar tadi saat di toilet."

FLASH BACK ON

Plak ..

Tiba tiba saja terdengar suara tamparan yang entah datang dari mana. Florencia membuka pintu toilet dan ia melihat ada dua orang yang tengah bertengkar di depan toilet. Awalnya Florencia tidak perduli tapi obrolan dua orang itu berhasil menarik perhatiannya.

"Aku akan memberitahu pak Geovano tentang penggelapan dana yang kau lakukan bersama bos mu itu," ancam Amelia.

"Jika kau berani melakukan itu, aku tidak akan segan segan menghancurkan keluarga mu," laki laki yang bernama Aldo itu mengancam balik Amelia.

"Tidak, jangan lakukan itu. Aku mohon." butiran bening itu lolos dari sudut mata Amelia.

"Jangan menangis sayang," Aldo menghapus air mata Amelia. "Aku tidak akan melakukan itu, jika kau menurut pada ku."

"Tapi ini salah do. Bagaimana nanti jika ketahuan?."

"Tidak akan ketahuan, jika kau tutup mulut mu itu. Dan sekarang kau lakukan tugas mu. Pastikan Geovano menandatangani berkas itu."

"Tidak, aku tidak mau melakukannya. Aku janji pada mu, aku tidak akan memberitahu pak Geovano tapi aku mohon jangan libatkan aku lebih jauh lagi. Aku takut."

"Berani kau menolak permintaan ku? Apa kau tidak mencintai ku lagi?."

"Aku cinta kamu Aldo, tapi aku takut, aku tidak bisa melakukannya lagi."

"Akh.."

Aldo hendak melayangkan pukulannya lagi pada wajah sang pacar tapi Florencia menendang tubuh Aldo tepat sebelum Aldo memukul Amelia.

FLASH BACK OFF

**

"Siapa bos yang kau maksud itu?," tanya Florencia.

Amelia diam. Wanita itu mencengkram tangannya sendiri.

"Kau masih diam? Tidak mau memberitahu ku? Hmm.. Baiklah aku akan memberitahu Geovano."

"Pak Bastian." cicit Amelia.

Florencia menyeringai. "Menarik"

"Habiskan lah makan siang mu, setelah itu kita kembali ke kantor." kata Florencia.

Amelia menatap Florencia sendu.

"Aku yang akan menyelesaikan ini, kau tenanglah dan keluarga mu, aku pastikan mereka akan aman.

"Terimakasih bu Flo"

**

"Kau! berani sekali kau pergi tanpa seijin ku."

Geovano merasa kesal pada Florencia karena ia pergi makan siang bersama Amelia tanpa dirinya.

"Aku sudah memberitahu Kenand."

"Suami mu itu aku! Bukan Kenand!."

Florencia menatap Geovano sengit. "Tuan Geovano, sebenarnya apa masalah mu? Kenapa kau bertingkah seolah kau adalah suami ku?."

"Aku memang suami mu, jika kau lupa."

Florencia menghela napasnya dalam lalu dengan perlahan ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Geovano yang berdiri di depan rak buku.

"Apa yang kau lakukan?." tanya Geovano.

"Apa yang kau pikirkan?." tanya balik Florencia.

Florencia menekan sebuah tombol di rak buku kemudian rak buku itu bergeser menampilkan sebuah kamar yang cukup nyaman di baliknya.

"Eoh.. Bagaimana bisa kau-"

Florencia menghela napasnya dalam. "Bukankah hal seperti ini selalu ada di ruangan kerja seorang CEO. Sudahlah jangan mengganggu ku." Florencia masuk keruangan itu lalu menutup pintunya.

"Dimana Flo?," tanya Kenand yang baru saja datang.

"Kenapa kau mencari istri ku?."

Kenand menunjukan sebuah berkas di tangannya.

"Berkas apa itu?," tanya Geovano.

"CV pegawai."

"Untuk apa?."

"Mana aku tahu, kau tanyakan saja pada Flo."

Ting ..

Terdengar nada pesan dari ponsel Kenand kemudian ia membacanya.

'Masuk saja ke ruang istirahat Geovano'

Kenand menunjukkan pesan yang di kirim Florencia pada Geovano. Kemudian ia menekan tombol yang sama dengan yang Florencia tekan sebelumnya.

Saat Kenand akan masuk ke ruangan itu, Geovano menahannya. Laki laki itu mengambil berkas yang ada di tangan Kenand lalu masuk ke ruangan itu meninggalkan Kenand yang berdecak kesal.

"Cemburu bilang bos!"

"Simpan saja berkasnya dan kau pergilah," titah Florencia tanpa melihat siapa yang masuk ke ruangan karena ia tengah sibuk memainkan ponselnya.

"Apa ponsel mu itu lebih menarik dari suami mu?," kata Geovano datar.

Florencia menghela napasnya dalam kemudian melihat ke arah Geovano. "Apa?."

"Untuk apa ini? Apa yang sedang kau coba lakukan di perusahaan ku?."

"Tunggu dan lihat saja apa yang akan aku lakukan?,"

"Kau tidak akan memberitahu ku?."

"Iya."

"Kalau begitu kau tidak akan mendapatkan berkas ini."

"Baiklah," Florencia bangkit dari duduknya.

"Kau mau kemana?."

"Kau tidak memberi ku berkas itu, jadi aku harus mencari tahu sendiri."

Geovano menyimpan berkas itu di atas tempat tidur dan berlalu pergi dari ruangan itu.

Geovano tidak akan membiarkan Florencia pergi karena ia tahu jika itu terjadi, istrinya itu pasti akan bertemu dengan Axel.

"Dia memang sangat menyebalkan," gumam Florencia.

Florencia mengambil ponselnya dan tak lama terdengar suara dari sebrang sana.

"Temui aku malam ini."

" ... "

Florencia menutup panggilan teleponnya.

**

Malam harinya di kamar Florencia.

"Jadi, saudara tiri Geovano menggelapkan dana perusahaan?," tanya Alexa lemah.

Setelah mendengar cerita dari Florencia tentang apa yang terjadi di kantor tadi, entah kenapa mata Alexa terasa sangat berat. Alexa mulai mengantuk karena jam juga sudah menunjukkan pukul dua pagi.

"Iya dan ini kesempatan yang bagus untuk mendapatkan kepercayaan Geovano."

"Kau benar Flo."

"Kau sudah menempatkan bodyguard untuk menjaga keluarga Amel," tanya Florencia.

"Axel yang akan mengaturnya."

"Baiklah, kita hanya tinggal menunggu tikus itu masuk perangkap."

Alexa diam.

"Al kenapa tidak menjawab? Kau-"

Ucapan Florencia terpotong saat suara dengkuran halus Alexa terdengar.

Florencia menghela napasnya dalam. "Ck! Bisa bisanya dia tertidur di tengah obrolan serius ini."

Florencia membaringkan tubuhnya dan tak lama ia pun menyusul Alexa masuk ke alam mimpinya.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

/Smirk//Smirk//Smirk/

2024-05-01

1

Ney🐌🍒⃞⃟🦅

Ney🐌🍒⃞⃟🦅

👍👍👍👍

2023-10-07

3

Neng Niehan

Neng Niehan

wahhhh Bastian

2023-05-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!