Geovano dan Florencia tengah sarapan.
"Laura semalam menanyai mu, dia bertanya, kapan kau akan menemuinya lagi?" tanya Geovano.
"Aku akan pergi setelah sarapan."
"Aku akan mengantar mu."
"Tidak usah, aku bisa sendiri."
"Tidak ada bantahan. Aku yang akan mengantar mu."
"Terserah."
Florencia memperhatikan tangan Geovano yang sudah tidak memakai penyangga.
"Apa yang kau lihat?" tanya Geovano.
"Tangan mu."
Geovano melihat tangannya.
"Akh sial.. Aku lupa memakainya." batin Geovano.
"Tangan ku masih sakit, jadi kau masih harus menjadi sekertaris pribadi ku. Aku melepas penyangganya karena aku merasa tidak nyaman."
Florencia hanya ber 'oh' ria saja menanggapi ucapan Geovano.
"Sayang.."
Callista datang dan langsung memeluk Geovano dari belakang.
Florencia bangkit dari duduknya. "Aku pergi sendiri, kau urus saja kekasih mu itu," Florencia berlalu pergi.
Geovano hendak menyusul Florencia tapi Callista menahannya.
"Sayang, mau kemana? Temenin aku makan, aku lapar sekali," rengek Callista bergelayut manja di lengan Geovano.
"Hmm.."
**
Rumah sakit..
"Iya ma, aku baik baik aja. Mama sama papa juga baik baik di sana."
Laura menutup panggilan video bersama Harun dan Mona yang tengah berada di New York. Setelah pesta kemarin Harun dan Mona langsung pergi ke New York.
"Aku bosan sekali, kenapa kak Flo belum juga datang?"
"Kak Vano.."
Pekik Laura yang melihat Geovano baru saja datang. Laura celingukan mencari Florencia.
"Dimana kak Flo?" tanya Laura.
Geovano mengkerutkan kedua alisnya. "Dia belum sampai?"
"Iya belum. Ck! Pasti kak Vano ninggalin kak Flo dan suruh kak Flo pergi sendiri, iya kan?"
"Jangan sok tahu kamu, kaka sudah mengajaknya tapi dia menolak. Dia berangkat lebih dulu dari kaka, harusnya dia sudah sampai."
"Mungkin ada hal yang harus kak Flo urus lebih dahulu, setelah itu baru ke sini."
"Ck! Harusnya dia lebih mementingkan keluarga dari pada pekerjaannya." gumam Geovano.
"Kak Vano bicara apa? Aku tidak dengar?"
"Tidak ada, lupakan."
"Laura.."
Pekik Bastian yang baru saja datang. Bastian baru mengetahui tentang penculikan Laura tadi pagi. Setelah dari club Bastian tidak pulang dan baru pulang tadi pagi.
"Kamu tidak apa apa kan sayang?" Bastian memeluk erat adik kesayangannya itu.
"Iya kak, aku baik baik saja." Laura tersenyum. "Aku seneng punya dua orang kakak yang sangat menyayangi ku."
"Tentu saja kakak menyayangi mu, karena kamu adik kesayangannya kakak."
"Ck! Jika kau menyayanginya, kau tidak akan membuat dia dalam bahaya." sindir Geovano.
"Apa maksud mu?" Bastian menatap sengit Geovano.
"Sudah hentikan! Jika kalian berdua ingin bertengkar, pergi saja dari sini!" kesal Laura.
Laura menyilangkan tangannya di dada dan jangan lupakan juga bibirnya yang maju ke depan dan itu terlihat sangat menggemaskan di mata kakak kakaknya. Di mata Geovano dan Bastian sampai kapan pun Laura tetaplah menjadi adik kecilnya. Mereka rela menurunkan egonya masing masing demi kebahagiaan Laura.
Geovano dan Bastian terkekeh melihat tingkah adiknya itu.
Satu jam kemudian ..
Bastian pergi sejak tiga puluh menit yang lalu karena ia harus menghadiri meeting sedangkan Geovano masih bersama Laura, mereka berdua masih menunggu kedatangan Florencia yang belum juga datang. Entah kemana perginya dia?
"Kak Vano ini udah satu jam, kenapa kak Flo belum juga datang? Entah kenapa perasaan ku dari tadi tidak enak."
Geovano terdiam, ia juga merasakan hal yang sama dengan yang Laura rasakan, tapi ia menutupinya.
"Kak Vano coba deh hubungi kak Flo, tanya dia ada di mana? Kapan dia datang?"
"Kenapa harus kakak? Kau saja yang yang menghubunginya."
"Ck! Sudahlah, aku tahu kak Vano juga khawatir sama kak Flo. Cepat hubungi dia."
"Kau sudah berani memberi perintah pada kakak mu ini!"
"Iya, kenapa? Kak Vano marah? Tidak suka?"
"Kau-"
Ucapan Geovano terpotong karena tiba tiba saja ponselnya berdering. Geovano melihat siapa yang menelponnya.
"Itu kak Flo ya, sini kak biar aku aja yang angkat." kata Laura semangat.
"Bukan, ini bukan dia."
Geovano menggeser ikon hijau itu dan tak lama terdengar suara dari seberang sana.
" ... "
"Iya, dia istri saya."
" ... "
"Apa?"
" ... "
Geovano menutup panggilan telponnya.
"Ada apa kak? Apa yang terjadi dengan kak Flo?" tanya Laura panik.
"Dia mengalami kecelakaan."
"Apa?"
"Kau istirahatlah, kakak akan segera kembali."
"Tidak, aku ingin ikut."
"Dia baik baik saja, dia ada di rumah sakit ini. Tunggulah di sini." Geovano berlalu pergi meninggalkan Laura yang menangis.
Geovano berlari bagai orang kesetanan. Beberapa kali ia menabrak orang yang menghalangi jalannya. Pikirannya kalut, ia ingin segera melihat sang istri dan memastikan keadaannya baik baik saja.
Geovano sampai di depan ruang UGD. Di sana ada dua Polisi dan juga Dokter.
"Bagaimana keadaan istri saya?" tanya Geovano.
"Istri anda baik baik saja, dia hanya mengalami luka ringan di kepalanya."
Geovano menghela napasnya lega setelah mendengar kondisi Florencia baik baik saja.
"Pak Geovano, ini barang barang milik ibu Nara." kata salah satu Polisi seraya memberikan ponsel dan dompet milik Florencia.
Geovano menerimanya.
"Istri anda sangat beruntung. Dia bisa keluar dari mobil sebelum mobil itu terjun ke jurang. Jaga istri anda. Kami dari pihak kepolisian akan mengusut tuntas kecelakaan ini."
"Terimakasih pak Polisi."
"Kalau begitu kami permisi." pamitnya dan berlalu pergi.
"Dokter, apa saya bisa melihat istri saya?"
"Tentu saja, tapi setelah pasien di pindahkan ke ruang perawatan."
"Terimakasih Dokter."
**
Perlahan Florencia mulai membuka matanya. Geovano yang melihatnya tersenyum lega.
"Akh.."
Florencia memegang kepalanya yang di perban itu.
"Kau baik baik saja?" tanya Geovano.
Florencia mengedarkan pandangannya melihat sekitar.
"Ini rumah sakit." kata Geovano.
"Ck! Aku tau."
"Kau baik baik saja?" tanya Geovano lagi.
"Hmm.."
"Bodoh! Apa yang kau pikirkan? Bagaimana bisa kau mengalami kecelakaan?"
"Ck! Jika kau hanya ingin memarahi ku pergilah. Membuat ku pusing saja."
"Kau yang sudah membuat ku pusing! Siapa kau? Berani sekali kau membuat ku sangat khawatir. Kau tahu? Aku sangat mengkhawatirkan mu, aku takut kau-"
"Apa yang kau katakan?" Florencia memotong ucapan Geovano. "Pergilah" usirnya.
Geovano mengusap wajahnya kasar. "Apa yang aku katakan? Ada apa dengan ku?" batin Geovano dan berlalu pergi.
"Dia memang sangat menyebalkan, selalu saja berteriak pada ku." kesal Florencia.
"Flooo.. Oh god, apa yang terjadi? Bagaimana bisa kau mengalami kecelakaan? Kau baik baik saja kan?"
Rentetan pertanyaan itu berasal dari mulut Alexa. Alexa, Axel dan Matteo baru saja datang. Mereka mengetahui kabar kecelakaan yang di alami Florencia dari Laura.
Florencia mengabaikan rentetan pertanyaan dari Alexa itu karena fokusnya teralihkan pada Matteo.
"Uncle! Kenapa uncle ada di sini? Uncle kan baru saja keluar dari rumah sakit. Uncle-"
"Uncle, baik baik saja Flo," potong Matteo. "Bagaimana dengan mu?"
"Aku baik baik saja uncle dan karena aku baik baik saja, uncle pulanglah. Axel antarkan uncle pulang. Kenapa juga kalian membawanya ke sini?"
"Jangan salahin kita Flo, tadi kita sudah larang, tapi papa memaksa untuk ikut." bela Axel.
"Alasan saja"
"Biar aku saja yang anter papa pulang. Ayo pa kita pergi aja dari sini, sebelum macan betina itu ngamuk." kata Alexa.
"Ya sudah ayo, Flo jaga diri mu jika terjadi sesuatu segera hubungi uncle."
"Of course uncle"
Alexa dan Matteo pergi.
"Flo, bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi?" tanya Axel.
"Sepertinya ada yang sengaja memotong rem mobil ku."
"Bastian?" tebak Axel.
Florencia menyeringai.
"Aku yang akan mengurusnya Flo."
"Untuk sementara waktu biarkan saja dia."
"Tapi Flo, dia akan terus mencoba untuk mencelakai mu."
"Apa kau meremehkan kemampuan ku?"
"Baiklah terserah kau saja."
"Bastian, rahasia apa yang kau sembunyikan? Aku tau tujuan kau menyingkirkan ku bukan hanya karena aku mengetahui tentang perselingkuhan mu saja, pasti ada hal lain." batin Florencia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Liiee
wah jiwa flo pulang nih
2023-11-30
4
Dara Luna
Bastian selalu kalah loe
2023-04-25
1
Herlinatriyono 786
woyy bastian salah cari lawan lu.
2023-01-21
0