Byur ...
Florencia menceburkan dirinya sendiri ke kolam renang. Berenang sudah menjadi rutinitas setiap paginya selama enam bulan ini. Setelah selesai, Florencia kembali ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya.
Tepat saat Florencia masuk ke kamarnya. Geovano terlihat keluar dari kamarnya dengan pakaian santai. Laki laki itu menuruni tangga berjalan menuju arah dapur.
"Sayang.."
Pekik seorang wanita yang tedengar sangat manja. Wanita itu langsung memeluk Geovano yang tengah sarapan dari belakang.
Cup ..
Wanita itu mencium pipi kanan Geovano.
"Aku rindu.." kata Callista dengan suara manjanya.
"Hmm.."
Callista duduk di sebelah Geovano sambil bergelayut manja di tangan kekar Geovano.
Para maid yang melihat suasana itu merasa sangat marah, tapi apalah daya mereka hanya bisa membutakan mata dan menulikan pendengaran mereka. Mereka tidak bisa berbuat apa apa.
Tak lam Florencia datang dan langsung bergabung untuk sarapan dengan dua sejoli itu.
"Nyonya.." lirih Yati. Ia menatap Florencia dengan tatapan nanar.
"Bi sarapan ku, apa sudah siap?," Florencia duduk tepat di hadapan Geovano.
"Iya nyonya, akan bibi ambil kan."
Yati pergi dan tak lama kembali membawa semangkuk salad dan segelas jus jeruk. Setelah itu Yati kembali ke dapur meninggal kan ketiga orang dewasa yang hanya sibuk dengan sarapannya masing masing itu.
Sejak Florencia datang, Callista terus saja menatapnya.
"Kau.. Nara?," tanya Callista menatap Florencia tidak suka.
Callista sangat terkejut saat melihat istri dari kekasihnya itu. Terakhir kali mereka bertemu sebelum Nara mengalami kecelakaan. Nara yang dulu dan Nara yang sekarang sangat jauh berbeda. Dan jujur Callista mengakui jika Nara yang sekarang terlihat sangat cantik dan sexy. Itu yang Callista tidak suka, ia tidak ingin ada yang menyainginya, terlebih lagi itu adalah Nara, istri dari kekasihnya yang dulu selalu ia hina karena tubuhnya yang gendut.
"Apa kau buta?," sinis Florencia.
"Kau!," Callista bangkit dari duduknya seraya menunjuk Florencia.
"Turunkan tangan kotor mu itu dari hadapan ku," sarkas Florencia menatap Callista tajam.
"Sayang.. Lihat istri mu itu. Dia mulai berani kurang ajar pada ku," adu Callista seraya mengguncang pelan tangan Geovano manja.
Geovano menatap Florencia tajam dan Florencia balik menatap Geovano tak kalah tajamnya.
"Sayang.."
Ucapan Callista itu berhasil memutus kontak mata antara Florencia dan Geovano.
Florencia meninggalkan meja makan tanpa menghabiskan sarapannya kemudian ia kembali ke kamarnya.
"Sayang, kenapa diam saja? Harusnya kamu beri pelajaran istri mu itu."
Geovano mengabaikan ucapan sang kekasih karena netranya sedari tadi terus saja melihat Florencia yang perlahan mulai hilang dari pandangannya.
"Sayang!!!."
**
Geovano menyandarkan badannya di sofa. Laki laki itu memijit pelan dahinya yang terasa sedikit pusing pasalnya sedari tadi kekasihnya itu terus saja merengek meminta ini dan itu.
Cup ..
Tiba tiba saja Geovano menyambar bibir Callista. Di kulum dan lumatnya benda kenyal itu rakus. Suara decapan mengalun indah bak backsound di film romantis.
Geovano melepaskan lumatannya. Netranya menatap Florencia yang entah sejak kapan berdiri di ujung bawah tangga.
"Apa yang kau lihat? Ck! Mengganggu saja!."
Pandangan Florencia dan Geovano bersibobrok.
Satu detik ...
Dau detik ...
Tiga detik dan ...
Florencia memutus kontak mata mereka dan ia kembali fokus menatap layar ponsel di tangannya. Ia mengabaikan Geovano. Geovano sangat marah dan itu terlihat dari kepalan tangan dan rahangnya yang mengeras.
Ponsel Florencia tiba tiba berdering kemudian ia langsung menekan ikon hijau dan tak lama terdengar suara dari sebrang sana.
" ... "
"Ya, aku di mansion. Ada apa?."
" ... "
"Bodoh! Cepat masuklah!."
Setelah panggilan itu berakhir, tak lama Axel datang dengan wajah datarnya.
"Ada apa?," tanya Florencia.
Axel menatap Geovano dan Callista secara bergantian. Florencia mengerti akan hal itu.
"Kita bicara di kamar."
Axel mengangguk kan kepalanya lalu mengikuti Florencia yang sudah berjalan di depannya.
"Kamar?!," beo Geovano dalam hatinya.
"Brengsek!!."
Callista tersentak mendengar umpatan Geovano yang entah di tunjukkan untuk siapa.
"Sayang kenapa? Kenapa kau sangat marah?," tanya Callista.
"Pergilah."
"Tapi sayang aku-"
Geovano mengambil dompet di saku belakang celananya. Ia mengeluarkan sebuah kartu yang sangat di sukai oleh Callista, kartu kredit.
"Baiklah sayang aku pergi, aku akan menghubungi mu nanti," Callista mengecup bibir Geovano setelah itu ia langsung pergi dengan senyum yang mengembang.
"Berani sekali dia mengabaikan ku? Dan dengan tidak tahu malunya dia membawa laki laki lain masuk ke dalam kamarnya. Apa dia sama sekali tidak menghargai ku sebagai suaminya?."
Eh .. Suami?!
"Ada apa dengan ku? Geovano sadarlah!."
"Akh .. Sial!!," Geovano mengusap wajahnya kasar.
Niat hati ingin membuat istrinya itu cemburu tapi malah ia yang di buat kebakaran jenggot.
Sebenarnya tadi Geovano sudah melihat Florencia yang sedang menuruni tangga seraya fokus memainkan ponselnya. Entah ide itu datang dari mana? Dan apa alasan ia melakukan itu Geovano sendiri pun tidak tahu. Tapi satu yang pasti, saat itu Geovano ingin sekali melihat kecemburuan di mata istrinya itu. Lantas secara spontan Geovano ******* rakus bibir Callista.
Awalnya memang Florencia tidak melihat aksi Geovano itu tapi saat ia sudah berada di ujung bawah tangga terdengar dengan sangat jelas suara decapan laknat itu. Florencia langsung melihat ke arah dua sejoli yang tengah bercumbu panas itu dengan wajah datarnya.
Cemburu? ... No.
Jijik? ... Yes.
**
"Apa yang terjadi?," tanya Florencia.
"Markas di serang. Ada dua orang pengendara sepeda motor yang melakukan penembakan secara brutal di depan gerbang. Entah mereka datang dari mana? Mereka menghantarkan sendiri nyawa mereka ke depan gerbang kematian. Satu dari mereka tewas dan yang satunya tengah menunggu kedatangan dewi kematiannya," jelas Axel.
"Kita pergi sekarang."
Sebelum pergi, Florencia mengambil pistol dan pisau kecil kesayangannya yang ia simpan di dalam brangkas.
Florecia melangkahkan kakinya ke luar dari kamar di ikuti Axel yang berjalan di belakangnya. Aura devil seorang Florencia bisa di rasakan oleh siapa pun yang melihat wajahnya saat ini. Tatapan matanya yang tajam itu bisa membuat siapa pun yang melihatnya bergidik ngeri.
Florencia dan Axel menuruni anak tangga dan itu tak lepas dari pandangan Geovano. Geovano merasakan aura yang sangat berbeda dari istri lugunya itu.
"Kenapa aku terus saja selalu ingin tahu tentang apa yang terjadi dengan dirinya? Kenapa dia terlihat sangat marah? Rasanya aku hampir gila saat memikirkannya, akh.." gumam Geovano dalam hatinya.
Geovano mulai merasakan perasaan aneh itu saat makan malam di kediaman Baldwin enam bulan lalu. Saat itu Florencia menatapnya menggoda lengkap dengan kedipan matanya dan karena itu Geovano merasa ada yang aneh dengan dadanya. Hatinya terasa geli dan ia ingin terus menggaruknya.
Selama di New York pun Geovano berusaha mati matian untuk melupakan rasa aneh yang muncul di dadanya, karena itu Geovano selalu marah dan mengabaikan Kenand saat laki laki itu terus saja membicarakan dan menunjukkan foto Nara padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Siti Aisyah
benih mulai bertaburan ...
2024-12-19
0
Rika Hari
mantap flo👍😆
2024-10-04
0
Uthie
suka 👍😁
2024-05-01
1