Chapter 6

"Apa? Kau meminta ku untuk memindahkan semua barang yang ada di kamar mu ke mansion Geovano?," tanya Axel.

"Ya, aku akan jauh lebih nyaman jika memakai barang ku sendiri."

"Baiklah aku akan memindahkannya."

"Pastikan semuanya harus di selesai sebelum aku kembali ke sana."

"Kau akan pergi kemana?."

"Shopping."

"Yes, i like it." kata Alexa antusias.

"We go now?," tanya Florencia.

"Of course."

"Kenapa para wanita itu sangat menyukai shopping?," tanya Axel dalam hatinya seraya menatap kepergian Florencia dan Alexa.

**

"Apa ini kediaman ibu Innara?," tanya Axel.

Axel bersama dengan enam orang bodyguard menyamar sebagai pegawai dari sebuah perusahaan jasa desain interior rumah.

"Iya, tuan tuan ini ada keperluan apa ya?," tanya Yati.

"Kami dari perusahaan jasa desain interior rumah dan kami di minta ibu Innara untuk mendekorasi ulang kamarnya."

Yati mengingat pesan yang di sampaikan Florencia sebelum pergi.

"Mari silahkan masuk tuan, saya akan tunjukkan kamarnya."

Sudah hampir empat jam berlalu Axel dan para bodyguard sudah menyelesaikan tugasnya dan kembali ke mansion sekaligus markas Valuenz. Begitu juga dengan Florencia dan Alexa yang sudah puas berbelanja. Saat ini mereka berada di dalam mobil.

"Hahh ... Ini sangat melelahkan. Badan ku rasanya remuk semua," keluh Florencia.

Alexa terkekeh. "Baru kali ini ada bos mafia capek karena shopping."

"Kau menghina ku lagi?."

"Bukan menghina itu kenyataan Flo." elak Alexa.

Florencia menghela napasnya dalam.

"Aku harus segera menurunkan berat badan ku ini. Al, kau harus membantu," kata Florencia.

"Tentu saja. Aku akan membuat menu diet untuk mu,"

"Thanks"

"Ya."

Alexa melajukan mobilnya membelah jalanan ibu kota.

**

Sebuah mobil mewah memasuki pelataran mansion. Terlihat seorang laki laki dengan tubuh yang atletis dan wajah yang sempurna bak dewa yunani itu keluar dari mobil.

Geovano sang CEO baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion di ikuti Kenand yang berjalan di belakangnya. Kedua laki laki tampan itu di sambut oleh Yati yang membungkuk hormat padanya.

Geovano mengedarkan pandangannya mencari seseorang dan Yati menyadari itu.

"Tuan cari nyonya? Nyonya saat ini sedang tidak ada di rumah tuan" kata Yati.

Geovano mengerutkan kedua alisnya. "Jika dia sudah kembali, suruh dia langsung temui saya."

"Iya, tapi tuan."

"Ada apa?."

"Itu tuan nyonya ... Nyonya mengendarai mobilnya sendiri."

Geovano tidak bereaksi setelah mendengar ucapan Yati sementara Kenand merasa sangat terkejut.

"Apa?"

Pekikan Kenand itu berhasil membuat Geovano tersentak lantas ia menatap tajam asisten pribadinya sekaligus sahabatnya itu.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa berteriak?."

"Vano, istri mu itu tidak bisa menyetir."

"Aku tidak perduli!."

Vano menghela napasnya kasar. "Terserahlah jika terjadi sesuatu lagi pada istri mu itu, aku tidak ingin ikut campur. Kau hadapilah papa mu itu seorang diri. Jangan meminta bantuan dari ku."

"Baiklah."

"Vano!! Mau bagaimana pun dia itu istri mu! Setidaknya tunjukanlah kekhawatiran mu itu padanya walau hanya pura pura."

"Ken, kau tau hubungan ku dengannya seperti apa. Walau hanya pura pura aku tidak akan pernah bisa."

"Aku harap kau tidak akan mendapat kan karma karena sudah menyia nyiakan istri mu itu. Semoga keadaan ini tidak berbalik pada mu suatu hari nanti dan Nara akan terus bertahan menghadapi sikap cuek mu itu"

Yati yang juga mengetahui fakta itu hanya terdiam sambil menunduk. Bukan hanya Yati, semua orang yang bekerja di sana pun mengetahui fakta itu.

Ting tong ...

Terdengar suara bel rumah.

"Tuan sepertinya nyonya sudah kembali," kata Yati dan langsung berjalan menuju pintu lalu membukanya.

"Ambillah," Florencia memberikan semua kantung belanjaannya pada Yati setelah pintu terbuka dan ia langsung masuk.

Dengan susah payah Yati membawa kantung belanjaan itu kemudian menutup pintunya.

Karena sudah sangat kelelahan Florencia langsung berjalan menaiki tangga sampai ia tak melihat dua laki laki tampan yang sedang menatapnya.

"Ada hal yang harus kita bicarakan." kata Geovano datar.

Suara bariton itu berhasil menghentikan langkah Florencia dan langsung berbalik ke arah datangnya sumber suara. Florencia menatap malas ke arah Geovano. Sungguh Florencia saat ini sudah sangat lelah, ia ingin segera merebah kan tubuhnya itu di tempat tidur.

"Aku rasa tidak ada hal yang harus kita bicara kan. Semuanya sudah jelas, kau tenang saja aku tidak sebodoh yang kau pikir kan," kata Florencia datar.

"Kau!!," sentak Geovano sambil menunjuk ke arah wajah Florencia.

Lagi lagi Geovano terkejut dengan perubahan sikap istrinya itu. Selama ini Nara selalu menurut padanya dan tidak pernah sekali pun berdebat dengannya. Tapi apa ini? Kenapa Nara berubah? Kemana perginya Nara, istri yang pendiam dan penurut itu.

"Turunkan nada suara dan tangan mu itu tuan Geovano," desis Florencia seraya menatap tajam Geovano.

Ini pertama kalinya ada orang yang berani membentak dan menunjuk pada Florencia. Sungguh Florencia sangat tidak menyukainya, ingin sekali rasanya ia mematahkan jari telunjuk Geovano yang sudah berani menunjuk padanya itu.

"Tahan Flo jangan terbawa emosi, kau harus bermain cantik menghadapi pria arogan ini," kata Florencia dalam hatinya.

Florencia menghela napasnya dalam untuk menetral kan emosinya lalu Florencia menatap ke arah Geovano dengan senyum yang sangat kaku.

"Hal apa yang ingin kau bicara kan dengan ku?," tanya Florencia.

Geovano menatap Florencia dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Entah apa yang ia pikirkan?

"Kenapa kau diam? Jika tidak ada yang ingin kau katakan, aku akan pergi sekarang."

"Malam ini kita akan akan makan malam di rumah papa, kau bersiaplah."

"Baiklah, hanya itu saja yang ingin kau katakan?."

"Hmm ..."

Setelah mendapat jawaban dari Geovano, Florencia langsung melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya di ikuti Yati yang berjalan di belakangnya seraya membawa kantung belanjaan.

"Apa orang amnesia itu selain ingatannya hilang, sifat dan sikapnya juga ikut berubah?," tanya Kenand.

"Sejak kapan dia suka shopping?," tanya Geovano menatap kantung belanjaan yang di bawa Yati.

Kenand melihat ke arah Geovano seraya mengulum senyumnya. "Vano, diam diam kau memperhatikan kebiasaan istri mu?,"

"Apa maksud mu?."

"Tidak ada, sudahlah lupakan. Aku pergi." kata Kenand dan berlalu pergi meninggalkan Geovano yang terlihat kebingungan.

Di kamar Florencia merebahkan tubuhnya di kasur. Suasana kamarnya saat ini persis seperti kamar ia sebelumnya dan Florencia merasa sangat nyaman.

Florencia kembali membaca diary Nara.

"Jadi dia juga hidup seorang diri di dunia ini, orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat."

Florencia kembali mengingat kenangan masa kecilnya dulu bersama ke dua orang tuanya. Florencia menggenggam erat kalungnya.

Saat Florencia mengingat kedua orang tuanya pasti ia langsung menggenggam kalungnya setelah itu ia akan merasa jika kedua orang tuanya ada bersamanya.

"Mama, papa istirahatlah yang tenang di sana. Aku di sini baik-baik saja jangan khawatirkan aku."

Terpopuler

Comments

penggemar_Uangkecil?!

penggemar_Uangkecil?!

👍👍

2024-03-25

1

Ney maniez

Ney maniez

🥺🥺🥺🥺

2023-10-06

1

fitria

fitria

seru ih

2023-06-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!