...~•Happy Reading•~...
Keesokan harinya Carren bangun dengan kondisi tubuh yang lebih baik. Dia keluar kamar dan melihat Mamanya sedang di dapur. Dia tersenyum senang mencium bau harum masakan.
"Pagi, Ma. Mama sedang bikin apa?" Tanya Carren, sambil mendekati Mamanya yang sedang memasak di dapur lalu memeluk dari belakang.
"Pagi, Arra. Mama lagi buat panekuk untuk sarapan kita." Jawab Bu Nancy, sambil menunjuk panekuk yang dibuatnya dan hampir selesai.
"Makasih, Ma." Carren senang karena Mamanya membuat kue praktis dan kesukaannya. Dia sangat menyukai panekuk tanpa isi yang dibuat Mamanya. Dia segera membuat teh panas untuk menemani sarapan mereka dengan panekuk.
Setelah membuat panekuk, Bu Nancy letakan di atas meja makan bersama teh yang sudah dibuat Carren. Mereka bersyukur untuk sarapan yang bisa dinikmati.
Selesai sarapan, Carren mengambil sedikit air hangat untuk membasuh wajah dan menyikat giginya. Kemudian dia membersihkan rumah dan juga bantu menyelesaikan pembuatan pita dan slayer yang masih tersisa untuk dekor.
Ketika selesai membantu Mamanya, dia masuk ke kamar dan membaca buku atau apa yang bisa dipelajari. Ketika melihat tas sekolah lama yang pernah rusak di sekolah, Carren merenungi hari-hari yang dilalui bersama teman-temannya.
^^^Dia sering mewakili sekolah untuk ikut lomba cerdas cermat antar sekolah. Dia selalu menjuarai lomba tersebut baik perorangan atau kelompok. Entah itu juara satu atau juara dua. Hal itu sering membuat sekolahnya berada di peringkat juara umum.^^^
^^^Dia juga pernah menjuarai lomba karya tulis ilmiah antar sekolah dan di tingkat Propinsi. Tetapi untuk tingkat nasional, tiba-tiba dia dibatalkan. Dia diganti oleh temannya yang juara harapan pada menit-menit terakhir. Dia menerima semuanya tanpa protes, karena dia berpikir yang penting dia tetap menerima beasiswa.^^^
^^^Carren juga pernah menjadi siswa teladan, sehingga dia bisa tetap bersekolah di SMU Darmawangsa yang terkenal dengan siswa-siswi tajir. Dia tidak merasa rendah diri dengan kondisinya, karena dia berpikir selama bisa berprestasi dia bisa mengimbangi mereka dari bidang pendidikan.^^^
^^^Jika melihat perbedaan ekonomi diantara mereka, dia tidak akan mampu bertahan untuk bersekolah di Wangsa. Karena cara dan gaya hidup mereka sangat berbeda dengannya.^^^
^^^Ketika teman-temannya makan minum dan bercanda di kantin, dia akan berada di perpustakaan. Hampir semua buku yang ada diperpustakaan sudah habis dibacanya.^^^
^^^Dia tidak mau melihat perbedaan ekonomi diantara mereka, agar bisa fokus belajar dan menuntut ilmu sebanyak-banyaknya untuk masa depannya. Karena dia berpikir, tidak semua orang mendapat kesempatan untuk bersekolah di tempat dan lingkungan yang bagus.^^^
^^^Apalagi anak dengan berlatarbelakang keluarga seperti dirinya. Bersekolah di Wangsa adalah suatu yang tidak pernah diimpikan. Jadi ketika diberikan kesempatan itu, dia pergunakan sebaik-baiknya.^^^
^^^Carren sadar, ada banyak siswa dan siswi yang tidak mau bergaul dengannya. Apalagi para gadis yang berasal dari kalangan atas. Mereka selalu menghindarinya, atau mengganggunya agar bisa pindah dari sekolah tersebut.^^^
Mungkin bagi mereka, dia adalah aib yang merusak keberadaan mereka yang selalu berpenampilan mentereng. 'Mungkin tas buatan tangan Mama yang selalu kupakai menjadi noda bagi mereka yang selalu mengenakan tas dan sepatu bermerek.' Ucap Carren membatin.
Dia mengingat semua peristiwa yang di alaminya saat bersekolah. 'Ternyata mereka bukan tidak menyukaiku saja, tetapi juga sangat membenciku.' Carren membatin.
'Padahal aku hanya berusaha untuk bisa bersekolah dan berprestasi agar tidak merepotkan Mamaku. Aku tidak pernah mengganggu atau menghalangi kesenangan mereka.' Carren berpikir dan membatin lagi.
'Apakah salah, jika aku menginginkan pendidikan yang baik dengan giat belajar, walaupun kondisi keluargaku kurang mampu?' Carren kembali membatin.
'Mereka memiliki segalanya. Mau sekolah di mana saja, orang tuanya mampu untuk menyekolahkan mereka. Mengapa mereka menghilangkan secerca harapan yang dimiliki oleh orang yang tidak mampu sepertiku ini?' Carren membatin dengan hati yang sedih mengingat perbuatan Ayunna kepadanya.
'Mungkin dia hanya mau menggangguku seperti biasanya di sekolah. Tetapi keisengannya, bukan saja menghilangkan kesempatan kuliahku tetapi hampir saja membunuhku.' Carren mengingat rasa dingin yang dirasakan sampai ke tulang-tulangnya.
Setiap kali mengingat kejadian itu, Carren menarik nafas panjang dan dalam. 'Jadi selama ini, tiba-tiba mereka menyenggolku sehingga masuk ke got di sekolah adalah sengaja. Bukan tidak sengaja seperti yang mereka katakan kepada para guru.'
Semua kejadian tidak sengaja yang dilakukan Ayunna dan Liana serta teman-teman lainya selama ini, kembali terbayang oleh Carren. 'Mereka benar-benar sengaja melakukannya.' Carren membatin dengan yakin.
Dia teringat kepada Recky yang selalu mendekatinya di setiap kesempatan. Hal itu membuatnya menjadi takut. Karena kadang-kadang dia mendekatiku dengan cara tiba-tiba atau memegang tanganku, jika berpapasan di sekolah. Jangan-jangan dia juga sama dengan yang lainnya, mendekatiku hanya untuk membullyku.' Carren kembali membatin.
Karena mana mungkin orang seperti Recky mau berteman dengannya. Selain tampan, dia juga dari keluarga yang kaya. Semua itu terlihat jelas dengan gayanya dan juga mobil yang dikendarainya. Sehingga banyak teman wanita yang selevel tajir menggilainya.
Mereka tidak malu-malu menunjukan rasa tertarik kepada Recky. Sehingga Recky terkesan play boy, karena sering menempel banyak wanita. Hal itu membuat Carren mengabaikan perhatiannya, karena dia menganggap itu hanya keisengan belaka.
Carren tidak pernah menghadiri undangan acara ulang tahun atau acara lain yang diadakan teman-temannya. Sebab dia menyadari siapa dirinya diantara mereka anak-anak orang kaya.
Dia teringat kepada Parry yang selalu membantunya dengan cara mengajaknya melakukan apa saja, ketika Recky mulai mendekatinya. Entah ajak makan di kantin atau memintanya mengajari soal matematika.
Jika mengingat Parry, hatinya menghangat. Dia selalu membantunya, ketika ada yang mengambil atau menyembunyikan perlengkapan belajarnya. Entah dengan cara bagaimana dia mencarinya atau membeli gantinya.
Hanya Parry yang dia terima undangannya untuk menghadiri acara ulang tahun atau acara lainnya. Karena dia tahu, Parry tulus menolong dan mengundangnya untuk hadir di acara yang diadakannya. Walaupun di acara tersebut, dia dianggap atau dijadikan pelayan Parry oleh teman-temannya.
Carren tidak perduli, karena dia menyadari penampilannya tidak sebanding dengan teman-teman sekolahnya. Ya, mungkin seperti pelayan di rumah mereka. Jadi mereka menyamakan dirinya sama dengan pelayan Parry.
Carren tidak memasukan semua ke hati, karena di rumah Parry ada Kakak perempuannya yang sangat menyayanginya. Selalu mengajaknya mempersiapan acara Parry untuk menghindari teman-temannya yang suka iseng dan mengganggu.
Sebenarnya bukan dia sendiri yang kurang mampu bersekolah di Wangsa. Ada beberap pria dan wanita juga, tetapi banyak dari antara mereka tidak bisa bertahan dan pindah ke sekolah Negeri.
Carren bertahan, bukan karena gengsi bersekolah di Wangsa. Tetapi suka dengan cara belajar dan fasilitas yang dimiliki oleh Wangsa. Dia bisa belajar lebih banyak dari bersekolah di Sekolah Negeri.
Dengan menarik nafas panjang yang berat, dia menutup semua kenangan buruk yang dialami oleh karena perbuatan teman-temannya. Bagaikan menutup sebuah buku yang sudah selesai dibaca dan memberikan dampak buruk baginya.
'Jika dengan aku tidak kuliah di sana bisa membahagiakan mereka, biarlaaah... Semoga mereka bisa berbahagia karena ketidakhadiranku.' Ucap Carren dalam hati, berserah.
'Mungkin bukan lagi tempatku di sana untuk menuntut ilmu. Mungkin sudah cukup mereka menjadikanku, tempat melampiaskan kekesalan kepada orang yang tidak selevel dengan mereka. Mungkin ... Ya, mungkin.' Ucap Carren berulang kali di dalam hati.
Di akhir perenungan semua hari-hari yang telah dilalui bersama-sama teman-temannya, Carren menutup mata. Dia teringat satu kutipan yang pernah dibaca di perpustakaan: 'Jangan merusak hatimu dengan membenci.'
'Iyaaa, aku akan melupakan semua keburukan yang mereka lakukan. Supaya aku tidak merusak hatiku dengan membenci mereka.' Carren membatin.
Ketika menyadari hari-hari yang akan dilaluinya masih tertutup kabut, tidak tahu apa yang ada dibaliknya, matanya berembun. Dia mengangkat wajah dan hatinya: 'Ya, Tuhan. Dengarlah doaku dan kasihanilah aku. Jadilah penolongku selalu.'
...●~○♡○~●...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
🦋⃟ℛ ᴬ∙ᴴᴀᷟ N⃟ʲᵃᵃ ᭙⃝ᵉˢᵗ
makin seru nih 🤭🤭🤭🤭🤭
2022-10-27
4
ν⃟α͢иͮуᷠαᷨ
Carren hobi baca buku yah, malahan dulu va ke perpus buat berbagi cerita sama bantu2 merapiin buku sama temen 🤣
flashback smp dong
2022-10-27
43
[ OFF ]
gak salah carren, justru itu malah bagus. ada keinginan untuk belajar lebih giat dan pendidikan yang bagus
2022-10-26
4