Pesona Di Balik Kabut
~•Happy Reading•~
Carren yang baru turun dari angkutan umum segera berjalan cepat menuju Universitas Darmawangsa sambil memegang payung, karena hujan belum juga redah.
Hari ini dia akan mengikuti ujian masuk sebagai mahasiswa baru dari jalur beasiswa. Karena bagi siswa lulusan SMU yang kurang mampu tetapi berprestasi, Universitas Darmawangsa memberikan kesempatan untuk bisa kuliah di kampus mereka dengan mengikuti ujian masuk lewat jalur khusus beasiswa. Carren termasuk salah satu siswi yang kurang mampu, tetapi berprestasi.
Oleh sebab itu, pagi ini Carren berusaha menerabas hujan dari rumah. Dia harus naik angkot dua kali dan naik kereta ke Universitas Darmawangsa untuk mengikuti ujuan masuk tersebut.
Setelah turun di halte dekat kampus, dia berjalan cepat agar tidak terlambat. Dia bersyukur, karena hujan tidak sederas saat berangkat dari rumah. Jadi hanya sepatunya yang sedikit basah, karena dia berjalan di trotoar. Sedangkan jalan raya sudah tergenang air di mana-mana.
Sebuah mobil dari arah belakangnya, tiba-tiba berjalan dengan kecepatan tinggi. Hal itu mengakibatkan genangan air yang ada di jalan raya langsung memandikan Carren yang sedang berjalan di trotoar.
"Heeeiiiiii..." Teriak Carren yang terkejut dan marah. Rasanya dia ingin memaki orang yang telah melakukan itu padanya. Sambil mengibaskan tangannya untuk membersihkan bajunya, Carren melihat mobil itu masuk ke gerbang Universitas Darmawangsa yang akan ditujunya.
Ketika mulai berkurang rasa terkejutnya dan bisa melihat dengan baik, dia tahu mobil siapa yang baru memandikannya dengan air genangan dan lumpur. Hatinya menjadi sakit, karena menahan rasa marah yang tidak tersalurkan.
Melihat keadaan dirinya, dia menyadari payung yang ada di tangannya hanya bisa melindunginya dari air hujan. Tetapi tidak dari genangan air di jalanan, sehingga baju yang dikenakannya basah kuyup dan kotor. Begitu juga dengan surat-surat yang ada dalam map di tangannya.
Dia tertunduk sedih dan air mata mengalir di pipinya, ketika melihat kondisinya. Semua semangat dan harapan saat berangkat dari rumah sirna dalam sekecap.
Walaupun belum tentu diterima untuk kuliah di Universitas Darmawangsa, tetapi sedikit banyak dia telah berusaha mempergunakan kesempatan yang diperolehnya untuk ikut ujian masuk di sebuah Universitas ternama.
Carren segera kembali dan berdiri di halte, karena percuma dia pergi ke Universitas untuk mengikuti ujian. Dia bersyukur sedang hujan, sehingga pipinya yang sudah basah oleh air mata dapat disamarkan. Orang dan para calon mahasiswa baru yang melewatinya tidak menyadari dia sedang meneteskan air mata.
Mereka hanya memandangnya dengan wajah kasihan. Air matanya tidak bisa berhenti mengalir, mengingat apa yang baru saja dialami dan apa yang telah hilang sebelum digenggamnya. Dengan hati yang sedih, dia memandang Universitas yang tidak jadi ditujunya.
Kemudian dia menutup payungnya dan duduk di halte yang sudah mulai sepi. Dia mengeringkan bajunya dengan memerasnya berkali-kali dan juga melepaskan sepatunya untuk dikeringankan. Sedangkan surat-surat di dalam map sudah tidak berujud dan tidak bisa dibaca lagi.
Dia menunggu hampir satu jam di halte sampai air tidak menetes lagi dari bajunya dan sedikit agak kering, baru dia berani naik angkot untuk pulang ke rumah. Sopir angkot tidak mengijinkan dan marah, jika ada penumpang yang bajunya basah naik di angkotnya. Begitu juga dengan penumpang yang sudah duduk di dalam angkot.
Setelah tiba di rumah, Mamanya terkejut melihat keadaan tubuhnya yang menggigil kedinginan dan gigi gemeretak. Juga bajunya yang setengah kering dan kotor.
Tanpa bertanya, Mamanya segera membuat minuman panas dan memasak air untuk mandi. Dia memegang cangkir teh panas dengan kedua tangannya dan sesekali menempel ke pipi untuk menghangatkan wajahnya yang dingin.
"Ayooo... Mama sudah siapkan air panas di kamar mandi. Campur sendiri sesuai ukuran hangat menurutmu, lalu mandi. Mama akan menggosok badanmu setelah mandi." Ucap Bu Nancy, melihat putrinya sudah selesai minum teh panas.
"Iya, Mam... Makasiiii." Ucap Carren, lalu mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Dia membiarkan air mandinya lebih hangat dari biasanya, karena tubuhnya yang dingin dan menggigil.
Setelah mandi, Bu Nancy membalur seluruh tubuh Carren dengan minyak kayu putih untuk lebih menghangatkan tubuhnya. Carren membiarkan Bu Nancy melakukannya, walaupun dia tidak terlalu menyukai bau minyak kayu putih.
"Sekarang pakai kaos kakimu dan istirahat, Mama akan menyiapkan makan siang untuk kita." Ucap Bu Nancy, sambil menyelimuti tubuh Carren dengan selimut. Beliau berharap, dengan demikian tubuh putrinya bisa kembali ke suhu yang normal.
Carren menarik selimut dan menutupi tubuhnya, walaupun hujan sudah mulai redah dan kipas angin telah dimatikan oleh Mamanya. Dia masih merasa dingin, tetapi sudah mulai tidak menggigil.
Dia berusaha menutup matanya untuk beristirahat, walaupun air mata menetes di pinggir matanya. Dia tidak mau menunjukan kesedihan di depan Mamanya, karena dia tahu Mamanya mengharapkan dia bisa mengikuti ujian masuk untuk kuliah.
.***.
Bu Nancy yang telah keluar kamar meninggalkan Carren beristirahat, menuju ke dapur untuk menyiapkan makan siang. Beberapa potong ayam yang dibelinya di tukang sayur untuk dibumbuin, tidak jadi digoreng.
Tetapi Bu Nancy segera merebus ayam tersebut dengan tambahan kentang dan wortel. Beliau akan membuat soup ayam asal jadi, untuk putrinya. Karena isi dan bumbu yang tidak lengkap untuk soup. Yang penting jadi soup panas untuk putrinya.
Beliau sangat cemas melihat kondisi Carren. 'Pasti telah terjadi sesuatu dengannya.' Itu yang ada dalam pemikirannya, tetapi beliau menahan diri untuk tidak bertanya. 'Nanti kondisinya sudah lebih baik, baru berbicara dengannya.' Bu Nancy terus mengingatkan dirinya dengan membatin.
Karena beliau juga ingin tahu tentang ujian masuk ke Universitas Darmawangsa yang diikutinya. Melihatnya tadi seperti itu, kondisi kesehatan Carren lebih utama baginya. Sehingga Bu Nancy lebih fokus untuk memulihkan kondisi kesehatan putrinya.
Saat menjelang waktu makan siang, Bu Nancy membangunkan Carren yang sudah tertidur. Beliau memegang dahi Carren, kemudian menarik nafas lega. Suhu tubuh Carren mulai normal dan beliau sangat bersyukur putrinya tidak demam.
"Ayooo... Mari makan dulu, nanti baru tidur lagi." Ucap Bu Nancy, saat melihat Carren mulai membuka matanya. Ketika kesadarannya terkumpul, Carren menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya, lalu bangun. Kemudian dia mengikuti Mamanya keluar dari kamar ke dapur untuk makan.
"Makan soup ini, mumpung masih panas. Agar bisa memulihkan tenagamu kembali." Ucap Bu Nancy, sambil mengisi semangkuk soup ayam.
"Makasih, Ma." Ucap Carren pelan, berdoa dan mulai makan soup ayam yang diberikan Mamanya. Kemudian dia mengambil nasi untuk lebih mengenyangkannya.
Setelah selesai makan siang bersama, Carren merapikan meja makan dan membawa perangkat makan yang telah dipakai oleh mereka ke tempat cucian.
"Arra, biarkan saja di situ, nanti Mama yang mencucinya. Kau jangan memegang air untuk cuci semuanya itu. Mari, duduk di sini lagi dan kita berbicara." Ucap Bu Nancy, sambil menunjuk kursi meja makan.
Carren meletakan perangkat makan kotor di tempat cucian dan kembali duduk bersama Mamanya di meja makan. "Apa yang terjadi denganmu tadi, sampai basah dan kotor begitu?" Tanya Bu Nancy pelan, setelah Carren duduk di depannya.
"Tadi saat Arra sudah dekat ke kampus, ada mobil yang ngebut melewati genangan air di jalan, Ma. Airnya muncrat menyirami Arra. Semua yang dibawa basah, selain bajuku. Jadi Arra ngga bisa ikut ujian masuk." Ucap Carren pelan dan sedih.
"Ngga usah bersedih, mungkin tahun depan kau bisa ikut ujian masuk. Yang harus kau lakukan sekarang adalah berterima kasih kepada Tuhan yang telah membawamu pulang ke rumah, bukan ke rumah sakit." Ucap Bu Nancy, mengingat kondisi putrinya saat pulang ke rumah dalam keadaan pucat dan menggigil.
"Iya, Ma. Tadi tanganku rasanya kaku, hampir tidak bisa digerakan." Ucap Carren mengingat kondisi tubuhnya saat membayar angkot.
"Sekarang kau istirahat lagi, biar cepat pulih. Mama mau menyelesaikan pesananan orang, sebelum mereka datang mengambil jahitannya." Ucap Bu Nancy, sambil berdiri dari meja makan.
Carren masuk ke kamar dan memeriksa ponselnya dan mengaktifkannya. Dia bersyukur, ponselnya agak sedikit basah tetapi tidak apa-apa. Karena tas yang dipakainya dari kain, buatan Mamanya.
Sambil berbaring, dia melihat semua postingan dan percakapan teman-teman SMU di WA grup. Ada satu pertanyaan dari Ayunna yang mengusik dan menore luka baru hatinya.
"Hi temans, dalam grup ini siapa saja yang ikut ujian masuk lewat jalur beasiswa di Wangsa (Universitas Darmawangsa)?"
Carren tahu, Ayunna sedang tertawa happy karena telah menggagalkan rencananya untuk bisa kuliah di Wangsa. Jika tidak ikut ujian masuk sekarang, tidak bisa lagi ikut di tahun depan. Karena kesempatan itu hanya diberikan kepada siswa berprestasi yang baru lulus.
Hal itu tidak disampaikan kepada Mamanya, karena khawatir Mamanya ikut kecewa dan bersedih.
♡•~Jangan lupa like, komen, vote dan favorit, yaa... 🙏🏻 Makasih~•♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🏡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
anak cewek ya, kirain cowok 😅
2022-06-06
36
[ OFF ]
jahat banget ya Ayuna. yang kuat kamu careen, untung mamanya perhatian peduli sama putrinya
2022-10-25
4
.
sabar ya carren . tetap optimis dalam menjalani hidup ini..
2022-10-25
4