...~•Happy Reading•~...
Setelah semua terjadi, Carren mulai menyibukan diri dengan mengikuti kursus merangkai bunga segar dan bunga kering. Dia ingin menekuni bidang yang sudah sangat disukainya.
Dia juga sudah mengatur jadwal untuk ikut latihan silat di padepokan keluarga Rosna. Sebab setelah latihan beberapa kali, dia makin tekun mengikutinya. Karena bisa mengurangi rasa was-was yang sering mengganggunya. Dengan berlatih silat juga, makin meningkatkan rasa percaya dirinya berhadapan dengan orang lain.
Carren juga bersyukur masih bisa mendengar cerita tentang teman kerja yang lain dari Rosna. Demikian juga dengan kondisi usaha Tante Florens yang tetap berjalan dengan baik.
"Kak Carren, sudah dengar berita tentang kerjaan kami akhir-akhir ini?" Tanya Rosna, saat mereka selesai latihan silat dan duduk di bawah pohon, di samping rumah Rosna. Hal yang sangat disukai oleh Rosna dan Carren.
"Ngga Ros, ada apa?" Tanya Carren ingin tahu, karena sudah lama tidak berhubungan dengan Bu Florens. Mamanya sudah tidak membuat pita dan slayer lagi untuk keperluan dekor Bu Florens. Dengan kesibukan masing-masing, membuat mereka jarang berkomunikasi.
"Sekarang Tante Florens sering marah-marah karena bahan dekor yang dibawa Sisil tidak sesuai dengan yang diharapkan Tante Florens." Rosna menceritakan.
"Bahan dekor apa yang kau maksudkan, Ros?" Tanya Carren tidak mengerti, sebab untuk dekor, banyak bahan yang diperlukan.
"Bahan seperti yang Kak Carren suka bawa waktu itu. Pita satin, tile dan juga slayer. Yang dibuat oleh keluarga Sisil tidak sebagus punya Kakak, baik warna dan bentuknya. Sehingga dekor di Gereja tidak sebagus dulu lagi. Hal itu membuat Tante Florens suka marah dan tidak happy." Rosna menjelaskan.
"Ooh, itu sekarang dikerjakan oleh keluarga Sisil? Ngga papa, mereka masih family, jadi Tante Florens lebih mudah koreksi. Kalau sama Mama, Tante Florens suka ngga enak sama Mama, jadi terima saja yang kami buat." Ucap Carren, sambil tersenyum.
"Bukan Tante Florens terima saja, tetapi karena yang dibuat sama Mama Kak Carren cocok dengan Tante Florens. Jadi untuk apa lagi, beliau koreksi." Ucap Rosna, dan jadi terkejut sendiri dengan ucapannya.
Rosna sangat suka berbicara atau berdiskusi dengan Carren. Karena dia tahu, Carren sangat pintar, selain itu sopan dan baik hati. Carren suka meminjamkan buku kepada Rosna untuk dibaca. Agar dia tidak terlalu ketinggalan, kalau kumpul dengan orang. Itu yang selalu Carren katakan untuk menyemangati, agar Rosna mau membaca buku yang dibawanya.
Walaupun hanya lulus SMU, mereka tidak boleh malu-maluin saat kumpul atau berbicara dengan orang lain. Itu selalu Carren ingatkan dan Rosna juga bisa bertanya apa saja yang dia tidak mengerti kepada Carren. Carren bisa berbahasa Inggris dan Mandarin dengan baik, selain bahasa Indonesia, membuat orang tua Rosna sangat senang, jika Carren datang berlatih dipadepokan mereka.
"Oooh iya, Kak Carren. Kita berbicara begini, gue jadi ingat peristiwa waktu itu. Jangan-jangan Sisil yang rusakin pita dan slayer Kakak, ya? Supaya dia bisa memasukan pita dan slayer darinya untuk Tante Florens" Rosna teringat kejadian yang menimpa Carren dan jadi curiga.
"Jangan berpikiran begitu, Ros. Kita tidak pernah melihatnya sendiri, jangan sampai kita memfitnah orang. Jika memang dia yang melakukannya, ya, dia akan bertanggung jawab dengan apa yang dibuatnya. Mungkin diantara kita ngga ada yang melihat, tetapi Tuhan melihat." Carren mengingatkan.
"Iya Kak Carren, maaf. Tadi gue teringat kejadian yang Kakak alami dan mengaitkannya saja. Sekarang Kak Ichad dan Kak Akri sangat merindukan Kakak. Mereka bilang, suasana kerja sekarang sangat berbeda dengan saat bekerja bersama Kakak." Rosna bercerita lagi.
"Kau bisa saja, Ros. Nanti titip salam untuk Kak Ichad dan Kak Akri, ya. Kalau sudah ngga sibuk, kita kumpul dan makan bersama." Ucap Carren, lalu pamit sebelum terlalu sore.
Setelah tiba di rumah, Bu Nancy sudah menunggunya dengan tidak sabar. "Arra, kau kemana saja? Mama dari tadi telpon, tapi kau tidak menjawab." Ucap Bu Nancy, saat Carren telah masuk ke dalam rumah.
"Ooh, mungkin tadi lagi latihan jadi ngga tau Mama ada telpon. Atau mungkin sedang di kereta, karena ponselnya masih disilent. Ada apa, Ma?" Tanya Carren khawatir, melihat wajah Mamanya yang cemas. Dia lalu mengambil ponselnya dari dalam tas.
"Tadi orang dari Gereja menghubungi Mama. Ada yang mau menikah di Gereja dan minta tolong kita menghias ruangan Gereja. Mereka menunggu kabar dari kita hari ini. Makanya Mama menelponmu." Bu Nancy, menjelaskan.
"Kalau Mama mau kita mendekor, Arra akan mendekor bersama Mama." Carren meyakinkan Mamanya dan mulai bersemangat.
"Mama akan mendukungmu, jika kau mau melakukannya. Tetapi kau harus tau dulu, untuk dekor nanti keluarga menyediakan bunga kering. Mereka akan membayar jasa kita dengan membawa semua bunga kering yang mereka sediakan. Apakah kau tetap mau kerjakan?" Tanya Bu Nancy dan juga menjelaskan yang akan dikerjakan.
"Iya, Ma. Ngga papa. Hitung-hitung Arra juga belajar merangkai dan mendekor dengan bunga kering. Mama tolong telpon, agar Arra bisa bicara dengan mereka untuk mengetahui konsepnya." Carren mulai bersemangat.
Beberapa waktu kemudian, Carren mulai menyiapkan dekor setelah berbicara dengan calon pengantin. Desain kasar telah dibuat, setelah meeting bersama keluarga dan calon pengantin. Mereka menyiapkan semua yang diperlukan untuk dekor, sesuai permintaan Carren.
Dia dan Mamanya mulai membuat Pita dan slayer yang dibutuhkan untuk dekor. "Arra, mereka akan mengantar semua keperluan untuk dekor ke sini, jadi kita bisa kerja nyicil dari sekarang di rumah." Ucap Bu Nancy.
"Baik, Ma. Itu lebih baik, agar hari H kita ngga terlalu cape' karena sudah nyicil." Carren bersemangat untuk apa yang akan dikerjakan.
"Ooh iya, Ma. Setelah selesai mendekor, biar semua perlengkapan itu kita letakan di depan saja, ya. Siapa tau akan digunakan untuk mendekor lagi." Carren ingat semua perlengkapan dekor yang akan diberikan oleh keluarga pengantin. Dia juga berharap bisa mendekor lagi dengan perlengkapan tersebut.
"Mama setuju denganmu. Nanti Mama minta tolong orang untuk menutup pagar dengan fiberglass, agar semuanya bisa disimpan di depan." Bu Nancy mendukung rencana putrinya.
Menjelang hari H, Carren memeriksa semua yang sudah dikerjakan. "Mama, apa lagi yang belum ada? Apakah masih ada yang kurang?" Tanya Carren, sambil memperhatikan yang sudah mereka siapkan. Karena ini adalah pertama kalinya mereka menyiapkan semuanya sendiri.
Biasanya mereka hanya membuat pita dan slayer, sedangkan yang lainnya sudah disiapkan oleh Bu Florens. Hal itu membuat Carren memperhatikan semuanya, sampai sekecil-kecilnya.
"Apakah Arra butuh orang lagi untuk membantu saat naik-naik nanti?" Tanya Bu Nancy, mengingat mereka akan mendekor gerbang pintu masuk Gereja juga.
"Sekarang belum perlu, Ma. Karena kita dekor dengan bunga kering. Nanti kalau pake bunga segar, baru kita butuh orang lain untuk membantu kita. Karena sangat cape dan lama memotong tangkai bunga." Ucap Carren, yakin.
"Kalau mobil, kita perlu sewa atau bagaimana? Karena kita harus membawa semua pot, bunga kering dan kaki penyangganya." Bu Nancy mengingatkan.
"Untuk sementara ini, kita pesan mobil online saja, Ma. Nanti kalau banyak barang yang harus dibawa lebih dari ini, baru kita sewa mobil." Bu Nancy mengangguk menerima semua yang dikatakan Carren.
Bu Nancy tahu, itu semua yang dikatakan, adalah pengalaman putrinya bekerja bersama Bu Florens hampir tiga tahun. Dia menjadi anak yang bekerja dengan cekatan dan sistematis.
Dia mempergunakan semua yang disediakan dengan baik, sehingga mereka tidak mengeluarkan banyak biaya untuk mendekor. Karena bayaran mereka adalah dengan semua perlengkapan dekor, jadi Carren mengaturnya sebaik mungkin agar mereka tidak mengeluarkan banyak biaya.
Saat hari H, awal mendekor bersama Mamanya berjalan lancar dan baik. Carren dan Mamanya hadir untuk menyaksikan acaranya. Keluarga pengantin sangat senang dengan dekorasi mereka. Binar bahagia terlihat jelas di mata pengantin dan keluarganya saat mereka foto bersama di antara bunga-bunga hasil dekorasi Carren.
Selesai acara, pengantin dan keluarganya mendekati dan menyalami mereka dengan hangat dan bahagia. Mereka sangat senang dan berbahagia melihat dekornya lebih dari yang mereka bayangkan. Sehingga yang tadinya mereka akan membayar dengan perangkat dekor, mala mereka memberikan tip yang banyak untuk Carren.
Carren menerima amplop yang diberikan dengan mata berembun, karena terharu. Dia memegang amplop yang diberikan oleh keluarga pengantin sambil menempelkan ke dadanya dengan hati bersyukur.
Dia menengadahkan wajahnya sambil berucap dalam hatinya. 'Ya, Tuhan, aku bersyukur kepada-Mu, karena walaupun aku tersandung, Engkau tidak membiarkan aku jatuh.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
[ OFF ]
puji syukur, kesabaran membawa rejeki ya carren. good People
2022-10-26
3
[ OFF ]
gokil weh, langsung daftar silat. itu suatu hal yang tidak terbayangkan hihi
2022-10-26
3
.
sukur lah carren dapat menyalurkan skill nya walo tanpa bekerja pada orang lain...uang hasil krja nya pun digunakan untuk menambah wawasan ilmunya lagi..
pendidikan emang utama tapi harus di imbangi Ama skill yang ada pada diri kita
2022-10-25
4