Pahlawan Hitam Balas Dendam
Akihabara, 11 April 2022
Tetesan embun pagi membasahi rumput dan daun yang berjatuhan. Suara kicauan burung membuat pagi hari tampak lebih menyejukkan. Langit biru begitu cerah hingga hampir menyakitkan untuk di lihat oleh mata.
Seorang remaja tampak sedang bersiap-siap seperti biasa untuk pergi ke sekolah. Dia merasakan sinar matahari sangat menyengat, yang mengingatkannya bahwa musim panas akan segera datang.
Butuh beberapa saat bagi remaja itu untuk membuat bekal makan siang, jadi dia hampir tidak bisa datang tepat waktu untuk menghadiri kelas.
Remaja itu biasanya menyiapkannya pada malam hari pada malam sebelumnya, tapi akhir-akhir ini panas, jadi dia memutuskan untuk membuatnya di pagi hari agar makanan yang dia bawa ke sekolah tidak dingin.
Alarm masih di setel untuk waktu seperti biasa, jadi remaja itu harus berkorban banyak untuk mendapatkan cukup waktu menyiapkan makan siang.
Selain itu, dia belum bisa tidur nyenyak karena terlalu memikirkan kehidupannya yang terlalu membosankan.
Remaja itu bernama Kouta Irigaya. Seorang Hikikomori atau bisa di sebut Nolep. Dia tinggal sendirian di rumah karena orang tuanya sedang bekerja di luar negeri.
****
Kringgg
Kouta menyelinap ke dalam kelas tepat sebelum bel berbunyi dan duduk seolah tidak terjadi apa-apa. Tidak ada yang peduli padanya dan tidak ada yang menyapa meski ada yang melihatnya masuk ke dalam kelas.
(Meskipun aku tidak punya teman di real life, tapi aku punya banyak di internet. Apalagi, aku punya waifu.)
Bel berbunyi saat Kouta sedang mengatur napasnya yang berantakan karena terburu-buru menuju kelas.
Pelajaran wali kelas akan segera di mulai, tapi tidak ada tanda-tanda guru akan datang seperti biasanya.
(Kelas pertama bukannya kelas memasak, ya? Ini benar-benar menjengkelkan seperti biasa.)
Kelas pertama yang harus di hadiri Kouta pada hari ini adalah kelas memasak yang sangat dia benci karena beberapa alasan yang sangat jelas.
Alasannya adalah dia tidak mempunyai teman untuk di ajak membuat kelompok di kelas memasak.
Dia hanya bisa menunggu keputusan guru untuk memasukkannya ke kelompok yang kekurangan anggota, atau kelompok lain mengajaknya berbicara dulu dan memintanya untuk mengisi kekosongan anggotanya.
Kouta menghela napas lelah dan sedikit menaikkan bahunya ke atas dengan wajah cemberut.
Haaa~
(Apa aku harus masuk secara acak lagi ke kelompok orang lain di kelas memasak kali ini? Merepotkan.)
Dia meletakkan tangannya di atas meja dan menopang dagunya sambil melihat ke luar jendela dengan tatapan mengantuk. Cuaca cerah yang tidak enak di tatap oleh mata terlihat seperti mengutuknya saat ini.
Tak lama kemudian, suara lembut dari seorang gadis terdengar di telinganya.
"I-Irigaya..."
Kouta sontak kaget dan segera menoleh ke arah sumber suara itu. Pandangan matanya saat ini melihat ke arah seorang gadis cantik yang tengah berdiri di sebelahnya dan memalingkan wajahnya tampak malu-malu.
Seorang gadis dengan rambut hitam legam yang indah. Kulitnya seputih salju yang pertama kali turun. Dan wajah yang anggun dan luar biasa cantik.
Gadis itu adalah Minagawa Sasami, salah satu dari tiga daftar wanita tercantik di sekolah dan juga menjabat sebagai ketua OSIS pada tahun ini.
(Kenapa seorang bunga sekolah mengajakku berbicara?)
"A-ada apa, Sasami?" tanya Kouta gugup karena ini adalah pertama kalinya dia di sapa oleh Minagawa.
"I-Irigaya." gadis itu berbicara dengan suara yang terbata-bata sambil melipat kedua tangannya. "A-apa kamu mau bergabung di kelompok memasakku kali ini?"
(Tunggu dulu. Mengapa dia harus mengajakku dari sekian banyak orang yang ada di kelas?)
Kouta melirik ke arah kelompok Minagawa yang berada tepat berdiri di belakangnya.
Tampak dari raut wajah mereka bahwa mereka tidak senang dengan kehadirannya yang tiba-tiba masuk ke dalam kelompoknya lewat ajakan Minagawa.
(Wah... Mata mereka benar-benar seperti seorang pembunuh. Aku takut nanti ada seseorang yang tiba-tiba menusuk punggungku dengan sebilah pisau.)
"A-apa aku sungguh boleh bergabung di kelompokmu, Sasami?" tanya Kouta memastikan kembali ajakan Minagawa dengan nyawanya yang perlahan terkuras.
Minagawa mengangguk ringan. "Te-tentu saja boleh."
Kouta menghela napas sekali lagi. Dia tidak punya pilihan lain selain menerima ajakan Minagawa.
Alasan Kouta menerima ajakannya adalah agar dia tidak merepotkan guru lagi untuk memilihkan sebuah kelompok setiap pelajaran memasak terjadi.
(Sepertinya aku tidak punya pilihan lain.)
"Kalau begitu, mohon bantuannya, Sasami." ucap Kouta seraya berdiri dari tempat duduk lalu mengangkat tangannya, mengajak Minagawa untuk berjabat tangan.
"Ka-kami juga mohon bantuannya, Irigaya." balas Minagawa sambil meraih tangannya dan tersenyum.
Pada akhirnya, Kouta menerima ajakan Minagawa meski dia tahu akan di abaikan oleh kelompoknya.
Meski begitu, itu tidak membuat Kouta gugup atau gelisah. Karena dia benar-benar mengabaikan pendapat orang lain tentangnya dan fokus pada pelajarannya.
****
Seluruh murid kelas 2-B bergegas pergi ke kelas memasak setelah menentukan kelompoknya.
Sesampainya di kelas memasak, guru menyuruh semua murid untuk bergabung dengan kelompok yang sudah di bentuk dan memberikan pekerjaan pada mereka untuk memasak makanan sederhana.
Setelah semuanya berkumpul dengan kelompok masing-masing, guru menjelaskan beberapa poin penting dalam memasak, dan itu adalah kerjasama.
Karena mendengar penjelasan guru tadi, Minagawa lalu membagi tugas untuk kelompoknya agar lebih mudah.
Minagawa melihat ke arah Kouta dan membacakan tugas yang dia peroleh. "Irigaya, apa kamu bisa mencuci sayuran ini setelah aku memotongnya?"
Kouta mengangguk ringan. "Jika cuma itu, aku bisa."
Sambil menunggu Minagawa memotong sayuran, dia memperhatikan kelompok lain.
Tak lama kemudian, dia mendengar suara dari seseorang yang sedang berbicara dengan bahasa yang tidak pernah dia dengar sebelumnya.
"... Datanglah ke dunia ini dan selamatkan..."
Dia terkejut dan mencari sumber suara itu dengan menoleh ke sekelilingnya. Semua orang sedang sibuk dengan masakannya masing-masing dan tidak ada seseorang yang berbicara menggunakan bahasa lain.
Karena tidak menemukan siapa orang yang berbicara tersebut, Kouta lalu mengabaikan suara itu dan kembali ke tempat Minagawa yang saat ini terlihat jika dia akan selesai memotong sayuran.
(Apa suara itu hanya perasaanku saja? Yah, biarlah.)
Setelah Minagawa selesai memotong sayuran, Kouta lalu mengambilnya dan berjalan ke arah wastafel untuk mencucinya dengan bersih.
Dan kemudian...
"... Demi dunia yang telah berada di ambang..."
Kouta lagi-lagi mendengar suara aneh itu sedikit samar-samar dan makin jelas di telinganya saat mencuci sayuran.
Dia kemudian memutar kepalanya sekali lagi untuk memastikan dari mana sumber suara itu, tapi tidak ada satupun dari teman sekelasnya yang berbicara seperti itu. Guru wali kelasnya juga tidak terlihat ada di kelas.
Kouta segera mengangkat bahunya dan lanjut membawa sayuran yang sudah dia cuci kembali ke meja kelompoknya untuk segera di kelola.
Dia melihat Minagawa yang sudah berdiri di depan kompor yang menyala dengan panci di atasnya.
"... Dunia membutuhkan seorang pahlawan..."
Ketika Kouta mendekat ke arah Minagawa, suara yang dia dengar semakin jelas. Dia lalu berhenti melangkah dan mundur secara perlahan. Suara yang berdengung di telinganya tadi, lambat laun menjadi samar-samar.
(Ada apa ini sebenarnya? Kenapa suara itu terus...)
Selagi Kouta mendengarkan suara itu, Minagawa menoleh ke arahnya yang terdiam. Dia melihat Kouta terdiam di depan meja kelompok lain dan berjalan mendekatinya dengan perlahan.
"Irigaya?" panggil Minagawa dan mencoba untuk meraih panci berisi sayuran yang sudah dia cuci. "Ada apa? Cepat berikan sayuran itu agar segera aku masak."
"Tu-tunggu Sasami. Aku rasa ada sesuatu yang—"
Belum selesai berbicara, tangan Minagawa sudah memegang panci yang dia bawa. Kouta tidak sengaja bersentuhan dengan jarinya dan suara aneh di itu langsung terdengar sangat jelas di telinganya.
"Pemanggilan Pahlawan, «Summon Hero»!"
Ahhhhhh!
Kouta berteriak kesakitan dan melepas panci yang dia pegang dan segera menutup telinganya. Dia lalu memejamkan matanya karena tiba-tiba ada cahaya menyilaukan yang membutakan matanya.
Seluruh murid yang mendengar teriakan Kouta, terkejut dan beralih menatapnya. Apalagi semua kegiatan yang mereka lakukan langsung berhenti karena teriakan itu mengagetkan mereka semua.
"Kamu tidak apa-apa, Irigaya? Apa kamu sakit?" tanya Minagawa sambil mendekat dan memegang bahu Kouta.
Kouta merintih kesakitan. Dia di kejutkan saat membuka matanya dan tergambar sebuah pola berbentuk seperti pentagram bintang yang bercahaya di lantai.
Dia kembali menutup matanya karena cahaya dari pentagram itu semakin silau.
"Cahaya apa itu!?"
Kouta berusaha membuka matanya yang mulai sakit. Meskipun hanya samar-samar, dia melihat Minagawa dan teman sekelas lainnya satu persatu jatuh pingsan dan tak sadarkan diri.
Tak lama dari itu, dia juga mulai merasakan kepalanya makin terasa sakit dan ikut pingsan.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
Awal baca aku kira nama kuota itu kuota internet, ternyata irigaya
2024-04-16
1
𝙍𝙮𝙪𝙪 𝘼𝙯𝙖𝙩𝙝𝙤𝙩𝙝
... Ini terinspirasi dari Manga kah thor, Seingatku waktu itu aku pernah baca tapi lupa judulnya, 11/12 sama ini, Soalnya di Manga itu Mc dapet Job Koki jadi setiap dia makan daging monster dia akan dapet Skill monster tersebut minimal 1
2023-01-25
3
𝙍𝙮𝙪𝙪 𝘼𝙯𝙖𝙩𝙝𝙤𝙩𝙝
... Wah, Authornya keturunan Alien
2023-01-25
2