Mereka berdua dihadapkan dengan monster yang levelnya 10x lebih kuat. Tidak ada jalan lain selain mengalahkan monster itu untuk menyelamatkan diri.
"Haaaaaaa..."
Yona berlari mencoba menyerang monster itu dengan tombaknya, sedangkan Yuna membantu dari belakangnya. Dia menusuk monster itu dibagian perutnya. Monster itu dengan cepat mengaktifkan skillnya yang membuatnya kebal serangan fisik.
"Yuna, sekarang!"
Yona berteriak memberi isyarat pada Yuna untuk menyerangnya menggunakan sihir jarak jauh. Yang dikeluarkan Yuna adalah sihir es dan api, tapi serangan itu tidak memberikan satu pun dampak pada monster itu.
"Kak... Yona, aku... kehabisan mana."
"!?"
Yona kelelahan secara fisik dan Yuna kehabisan mana. Yuna bisa saja memaksakan dirinya sedikit, tapi jika dia melakukan itu, dia akan terkena efek kehabisan stamina dan pingsan.
Tubuh Yona sudah tidak kuat lagi untuk berdiri dan akhirnya dia terduduk ditanah. Dia mencoba berdiri, tapi kakinya tidak mengikuti perintahnya.
Monster itu sepertinya ingin mengakhiri pertarungan dengan cepat. Dia lalu berlari, menghadapkan tanduknya ke arah Yona yang sedang duduk terdiam.
(Apa aku akan mati disini? Meskipun begitu, aku ingin adikku, Yuna, bisa selamat... Siapa saja. Tolong!)
Yona mengatakan itu dalam hatinya dengan menutup kedua matanya. Selang beberapa saat dia menunggu, dia merasa waktu terus maju dan dan merasakan jika dirinya masih hidup.
(Apa aku masih hidup?)
Yona perlahan membuka matanya, dan di depannya nampak sebuah punggung yang cukup lebar dari seorang laki-laki. Setelah melihat itu, dia tersenyum sedikit.
(Terima kasih... Penyelamatku.)
Dia mengatakan itu setelah dia lega sudah diselamatkan. Karena kelelahan yang ekstrim, dia kemudian jatuh ke tanah dan pingsan.
*5 menit sebelumnya...
Kouta selesai memberi buff kekuatan pada pedang suci. Dia lalu menonton kembali pertarungan itu dari jarak jauh, menemukan waktu yang tepat untuk masuk.
"Orang yang bernama Yona itu cukup hebat. Dia bisa bertarung jarak dekat dengan monster itu cukup lama."
[Mmhhhmhmhh.. (Lepaskan aku, sialan).]
"Diamlah, aku tidak mengerti apa yang kau katakan, tapi... akrablah dengan cacing-cacing itu dulu."
Kouta masih memperhatikan pertarungan itu. Dia melihat Yona dan Yuna seperti sudah mencapai batasnya dan terlihat putus asa.
"Ayo kita beraksi kawan."
[Aku bukan kawanmu!]
Kouta lalu mencabut pedang suci dari tanah dan melesat dengan cepat untuk memblokir serangan dari monster itu yang ditujukan pada Yona.
"Apa kau baik-baik saja, Nona?"
Kouta bertanya dengan posisi masih memblokir serangan itu. Dia lalu melihat ke arah Yona setelah mengatakan itu dan...
"Dia pingsan?!"
[Ya. Dia memang pingsan.]
Kouta kesal karena mengatakan sesuatu yang memalukan seperti itu, tapi orang yang ditujukan untuk itu malah pingsan. Dia menebas monster itu dengan sekali tebasan dan monster itu mundur beberapa langkah.
"Jangan mati dulu, sobatku. Aku masih belum puas untuk melampiaskan amarahku."
[Larilah temanku. Selamatkan dirimu. Orang ini sudah gila!]
Entah karena monster itu mendengar perkataan pedang suci atau terintimidasi oleh aura Kouta, dia melarikan diri dengan sekuat tenaga ke dalam hutan. Kouta dengan sikap kuda-kuda, mengangkat pedang suci tepat dibahunya, seperti dia ingin melempar sebuah benda.
[U-untuk jaga-jaga aku ingin bertanya, a-apa yang sedang kau lakukan?]
Dengan menyeringai, Kouta menjawab. "Terbanglah pedang suciku."
[H-Hentikannn!]
Kouta melempar pedang suci dengan sekuat tenaga kearah monster yang melarikan diri itu. Pedang suci melesat dengan kecepatan tinggi dan menembus monster itu dalam sekali gerakan.
(Anda telah mengalahkan Black Pig)
(Menerima Exp 40.000)
(Selamat anda telah naik level 32 > 33)
_____________________________________
Nama : Kouta Irigaya
Job : Revenge Black Hero
Level : 33 (6.000/31.000)
Class : Appraiser (D)
Skill : Eye of Truth (?) | Storage (C) | Search (D) | Stealth (D) | Night Vision (D) | Creation (F)
Atribut : HP (D) | Mana (D) | STR (D) | INT (C) | AGI (D) | DEX (M) | LUK (M)
_____________________________________
"Sedikit sekali Expnya."
[K-kau tidak punya hati!]
"Kenapa kau marah-marah?"
[Kau melemparku pada monster yang melarikan diri ini.]
"Apa aku melakukan kesalahan? Bukankah kau pedang suci? Harusnya tindakanku ini sejalan dengan visimu."
[Ugh...aku tidak bisa membatahnya.]
Setelah selesai mengalahkan monster itu, Kouta mencoba menggendong Yona untuk dibawah ke bawah pohon yang berada dekat dengannya. Tapi Yuna, adiknya, mengarahkan tongkat sihirnya pada Kouta. Dia sepertinya sudah salah paham terhadap tindakan Kouta.
"Menjauhlah dari kakakku, manusia."
"Eh? M-maaf, aku hanya ingin menggendong dan menyandarkannya ke pohon itu." Kouta mengangkat tangan dan menunjuk pada pohon yang cukup rindang.
(Cih, anak ini sungguh merepotkan.)
[Hei. Aku bisa mendengarmu.]
Yuna masih tidak percaya sepenuhnya dengan Kouta. Dia lalu berpikir sejenak dan entah mengapa wajahnya memerah. Dia menerima niat baik Kouta untuk membantu kakaknya.
"K-kalau begitu, tolong kakakku."
"Mm. Baiklah."
(Kau berpikir apa sampai wajahmu memerah seperti itu! Apakah...?)
[Berhenti berpikir cabul, sialan.]
Kouta lalu menggendong dan membawanya ke arah pohon rindang di depannya dan diikuti Yuna dari belakang, berjalan perlahan dengan tongkat sihirnya sebagai tumpuan.
Setelah menyandarkan Yona, Kouta lalu memeriksa lukanya. Saat pemeriksaan, tidak ada luka yang membahayakan nyawanya, hanya luka ringan yang nantinya juga sembuh sendiri.
"Sepertinya tidak ada luka berat, setelah istirahat sebentar dia akan sembuh dan bangun dengan sendirinya." Ucap Kouta dengan menyeka keringat di dahinya.
"B-benarkah? Terima kasih."
Setelah mengatakan itu Kouta lalu berjalan menuju pohon lain dan duduk bersandar. Yuna berjalan menuju kakaknya dan menjaganya. Melihat itu, Kouta memandangnya dengan tatapan sedikit murung.
(Sungguh adik yang sangat baik, dan aku iri padanya. Jika saja waktu itu aku tidak memintanya untuk pergi, sekarang mungkin....) Kouta mengatakan itu sambil melihat betapa dekatnya kakak adik yang ada di depannya dan tersenyum kecut.
"Sambil menunggu dia bangun, mungkin aku akan istirahat sebentar juga." Gumamnya dengan mencari posisi yang enak.
[Hei, sialan! Sebelum kau tidur, cabut dulu aku dari sini!]
Pedang suci masih tertancap di pohon yang berseberangan dengan Kouta yang sedang tidur untuk istirahat. Dia tertancap di sana saat Kouta tadi melemparnya untuk mengalahkan monster yang melarikan diri.
(Diam saja disitu, lagipula tidak akan ada yang bisa mencabutmu selain aku.)
[Si sialan ini! Aku tidak bisa membalas perkataannya.]
****
Selang beberapa jam Kouta tidur, dia terbangun dan melihat ke atas. Matahari agak condong ke barat dan dia mengira-ngira bahwa sudah lewat siang hari dan itu waktunya dia untuk berjalan menuju kota.
"Hoamm... enak sekali tidur seperti ini. Aku tidak bisa tidur saat aku datang ke dunia ini."
Kouta menguap dan bergumam tentang nasibnya. Setelah itu, dia menoleh ke arah pohon yang dibuat istirahat oleh dua elf itu. Kouta melihat jika disana tidak ada siapa-siapa.
"Eh? Dimana dua elf itu?"
Saat Kouta mencoba berdiri, bagian kiri dan kanan tangannya terasa berat. Saat itulah dia mengingat tentang novel romcom yang pernah dia baca.
"Sial."
Setelah dia mengingat itu, benar saja, di sebelah kiri ada Yona yang memegang bajunya dan sebelah kanannya ada Yuna yang memegang tangannya dengan erat.
(Hei, Elf. Bangunlah! Kedua tanganku terasa mati rasa.)
[Bisa kau biarkan mereka seperti itu sebentar.]
(Aku tidak mau. Kau saja sini gantikan aku.)
[...]
[Kenapa aku bisa ditakdirkan dengan bedeb*h sepertimu.]
...
*Bersambung...
*Note : Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
bysatrio
novel bagus
2024-05-29
0
Author yang kece dong
Kak aku mampir ya 🙏
2022-05-27
1