NovelToon NovelToon

Pahlawan Hitam Balas Dendam

Bab 1 : Pemanggilan Pahlawan

Akihabara, 11 April 2022

Tetesan embun pagi membasahi rumput dan daun yang berjatuhan. Suara kicauan burung membuat pagi hari tampak lebih menyejukkan. Langit biru begitu cerah hingga hampir menyakitkan untuk di lihat oleh mata.

Seorang remaja tampak sedang bersiap-siap seperti biasa untuk pergi ke sekolah. Dia merasakan sinar matahari sangat menyengat, yang mengingatkannya bahwa musim panas akan segera datang.

Butuh beberapa saat bagi remaja itu untuk membuat bekal makan siang, jadi dia hampir tidak bisa datang tepat waktu untuk menghadiri kelas.

Remaja itu biasanya menyiapkannya pada malam hari pada malam sebelumnya, tapi akhir-akhir ini panas, jadi dia memutuskan untuk membuatnya di pagi hari agar makanan yang dia bawa ke sekolah tidak dingin.

Alarm masih di setel untuk waktu seperti biasa, jadi remaja itu harus berkorban banyak untuk mendapatkan cukup waktu menyiapkan makan siang.

Selain itu, dia belum bisa tidur nyenyak karena terlalu memikirkan kehidupannya yang terlalu membosankan.

Remaja itu bernama Kouta Irigaya. Seorang Hikikomori atau bisa di sebut Nolep. Dia tinggal sendirian di rumah karena orang tuanya sedang bekerja di luar negeri.

****

Kringgg

Kouta menyelinap ke dalam kelas tepat sebelum bel berbunyi dan duduk seolah tidak terjadi apa-apa. Tidak ada yang peduli padanya dan tidak ada yang menyapa meski ada yang melihatnya masuk ke dalam kelas.

(Meskipun aku tidak punya teman di real life, tapi aku punya banyak di internet. Apalagi, aku punya waifu.)

Bel berbunyi saat Kouta sedang mengatur napasnya yang berantakan karena terburu-buru menuju kelas.

Pelajaran wali kelas akan segera di mulai, tapi tidak ada tanda-tanda guru akan datang seperti biasanya.

(Kelas pertama bukannya kelas memasak, ya? Ini benar-benar menjengkelkan seperti biasa.)

Kelas pertama yang harus di hadiri Kouta pada hari ini adalah kelas memasak yang sangat dia benci karena beberapa alasan yang sangat jelas.

Alasannya adalah dia tidak mempunyai teman untuk di ajak membuat kelompok di kelas memasak.

Dia hanya bisa menunggu keputusan guru untuk memasukkannya ke kelompok yang kekurangan anggota, atau kelompok lain mengajaknya berbicara dulu dan memintanya untuk mengisi kekosongan anggotanya.

Kouta menghela napas lelah dan sedikit menaikkan bahunya ke atas dengan wajah cemberut.

Haaa~

(Apa aku harus masuk secara acak lagi ke kelompok orang lain di kelas memasak kali ini? Merepotkan.)

Dia meletakkan tangannya di atas meja dan menopang dagunya sambil melihat ke luar jendela dengan tatapan mengantuk. Cuaca cerah yang tidak enak di tatap oleh mata terlihat seperti mengutuknya saat ini.

Tak lama kemudian, suara lembut dari seorang gadis terdengar di telinganya.

"I-Irigaya..."

Kouta sontak kaget dan segera menoleh ke arah sumber suara itu. Pandangan matanya saat ini melihat ke arah seorang gadis cantik yang tengah berdiri di sebelahnya dan memalingkan wajahnya tampak malu-malu.

Seorang gadis dengan rambut hitam legam yang indah. Kulitnya seputih salju yang pertama kali turun. Dan wajah yang anggun dan luar biasa cantik.

Gadis itu adalah Minagawa Sasami, salah satu dari tiga daftar wanita tercantik di sekolah dan juga menjabat sebagai ketua OSIS pada tahun ini.

(Kenapa seorang bunga sekolah mengajakku berbicara?)

"A-ada apa, Sasami?" tanya Kouta gugup karena ini adalah pertama kalinya dia di sapa oleh Minagawa.

"I-Irigaya." gadis itu berbicara dengan suara yang terbata-bata sambil melipat kedua tangannya. "A-apa kamu mau bergabung di kelompok memasakku kali ini?"

(Tunggu dulu. Mengapa dia harus mengajakku dari sekian banyak orang yang ada di kelas?)

Kouta melirik ke arah kelompok Minagawa yang berada tepat berdiri di belakangnya.

Tampak dari raut wajah mereka bahwa mereka tidak senang dengan kehadirannya yang tiba-tiba masuk ke dalam kelompoknya lewat ajakan Minagawa.

(Wah... Mata mereka benar-benar seperti seorang pembunuh. Aku takut nanti ada seseorang yang tiba-tiba menusuk punggungku dengan sebilah pisau.)

"A-apa aku sungguh boleh bergabung di kelompokmu, Sasami?" tanya Kouta memastikan kembali ajakan Minagawa dengan nyawanya yang perlahan terkuras.

Minagawa mengangguk ringan. "Te-tentu saja boleh."

Kouta menghela napas sekali lagi. Dia tidak punya pilihan lain selain menerima ajakan Minagawa.

Alasan Kouta menerima ajakannya adalah agar dia tidak merepotkan guru lagi untuk memilihkan sebuah kelompok setiap pelajaran memasak terjadi.

(Sepertinya aku tidak punya pilihan lain.)

"Kalau begitu, mohon bantuannya, Sasami." ucap Kouta seraya berdiri dari tempat duduk lalu mengangkat tangannya, mengajak Minagawa untuk berjabat tangan.

"Ka-kami juga mohon bantuannya, Irigaya." balas Minagawa sambil meraih tangannya dan tersenyum.

Pada akhirnya, Kouta menerima ajakan Minagawa meski dia tahu akan di abaikan oleh kelompoknya.

Meski begitu, itu tidak membuat Kouta gugup atau gelisah. Karena dia benar-benar mengabaikan pendapat orang lain tentangnya dan fokus pada pelajarannya.

****

Seluruh murid kelas 2-B bergegas pergi ke kelas memasak setelah menentukan kelompoknya.

Sesampainya di kelas memasak, guru menyuruh semua murid untuk bergabung dengan kelompok yang sudah di bentuk dan memberikan pekerjaan pada mereka untuk memasak makanan sederhana.

Setelah semuanya berkumpul dengan kelompok masing-masing, guru menjelaskan beberapa poin penting dalam memasak, dan itu adalah kerjasama.

Karena mendengar penjelasan guru tadi, Minagawa lalu membagi tugas untuk kelompoknya agar lebih mudah.

Minagawa melihat ke arah Kouta dan membacakan tugas yang dia peroleh. "Irigaya, apa kamu bisa mencuci sayuran ini setelah aku memotongnya?"

Kouta mengangguk ringan. "Jika cuma itu, aku bisa."

Sambil menunggu Minagawa memotong sayuran, dia memperhatikan kelompok lain.

Tak lama kemudian, dia mendengar suara dari seseorang yang sedang berbicara dengan bahasa yang tidak pernah dia dengar sebelumnya.

"... Datanglah ke dunia ini dan selamatkan..."

Dia terkejut dan mencari sumber suara itu dengan menoleh ke sekelilingnya. Semua orang sedang sibuk dengan masakannya masing-masing dan tidak ada seseorang yang berbicara menggunakan bahasa lain.

Karena tidak menemukan siapa orang yang berbicara tersebut, Kouta lalu mengabaikan suara itu dan kembali ke tempat Minagawa yang saat ini terlihat jika dia akan selesai memotong sayuran.

(Apa suara itu hanya perasaanku saja? Yah, biarlah.)

Setelah Minagawa selesai memotong sayuran, Kouta lalu mengambilnya dan berjalan ke arah wastafel untuk mencucinya dengan bersih.

Dan kemudian...

"... Demi dunia yang telah berada di ambang..."

Kouta lagi-lagi mendengar suara aneh itu sedikit samar-samar dan makin jelas di telinganya saat mencuci sayuran.

Dia kemudian memutar kepalanya sekali lagi untuk memastikan dari mana sumber suara itu, tapi tidak ada satupun dari teman sekelasnya yang berbicara seperti itu. Guru wali kelasnya juga tidak terlihat ada di kelas.

Kouta segera mengangkat bahunya dan lanjut membawa sayuran yang sudah dia cuci kembali ke meja kelompoknya untuk segera di kelola.

Dia melihat Minagawa yang sudah berdiri di depan kompor yang menyala dengan panci di atasnya.

"... Dunia membutuhkan seorang pahlawan..."

Ketika Kouta mendekat ke arah Minagawa, suara yang dia dengar semakin jelas. Dia lalu berhenti melangkah dan mundur secara perlahan. Suara yang berdengung di telinganya tadi, lambat laun menjadi samar-samar.

(Ada apa ini sebenarnya? Kenapa suara itu terus...)

Selagi Kouta mendengarkan suara itu, Minagawa menoleh ke arahnya yang terdiam. Dia melihat Kouta terdiam di depan meja kelompok lain dan berjalan mendekatinya dengan perlahan.

"Irigaya?" panggil Minagawa dan mencoba untuk meraih panci berisi sayuran yang sudah dia cuci. "Ada apa? Cepat berikan sayuran itu agar segera aku masak."

"Tu-tunggu Sasami. Aku rasa ada sesuatu yang—"

Belum selesai berbicara, tangan Minagawa sudah memegang panci yang dia bawa. Kouta tidak sengaja bersentuhan dengan jarinya dan suara aneh di itu langsung terdengar sangat jelas di telinganya.

"Pemanggilan Pahlawan, «Summon Hero»!"

Ahhhhhh!

Kouta berteriak kesakitan dan melepas panci yang dia pegang dan segera menutup telinganya. Dia lalu memejamkan matanya karena tiba-tiba ada cahaya menyilaukan yang membutakan matanya.

Seluruh murid yang mendengar teriakan Kouta, terkejut dan beralih menatapnya. Apalagi semua kegiatan yang mereka lakukan langsung berhenti karena teriakan itu mengagetkan mereka semua.

"Kamu tidak apa-apa, Irigaya? Apa kamu sakit?" tanya Minagawa sambil mendekat dan memegang bahu Kouta.

Kouta merintih kesakitan. Dia di kejutkan saat membuka matanya dan tergambar sebuah pola berbentuk seperti pentagram bintang yang bercahaya di lantai.

Dia kembali menutup matanya karena cahaya dari pentagram itu semakin silau.

"Cahaya apa itu!?"

Kouta berusaha membuka matanya yang mulai sakit. Meskipun hanya samar-samar, dia melihat Minagawa dan teman sekelas lainnya satu persatu jatuh pingsan dan tak sadarkan diri.

Tak lama dari itu, dia juga mulai merasakan kepalanya makin terasa sakit dan ikut pingsan.

...

Bab 2 : Pelelangan Pahlawan

Kouta perlahan membuka matanya. Dia melihat teman sekelas lainnya juga bangun dari pingsan dan ada beberapa yang masih pingsan. Tapi yang membuat dia terkejut adalah pemandangan yang ada di depan matanya.

"Di mana kita?"

Meskipun Kouta tidak bertanya, seseorang akan memberi tahunya apa yang perlu dia ketahui. Tapi sebagian besar siswa hanya bersuara, benar-benar kehilangan ketenangan. Yang berisik kebanyakan adalah siswa yang tampan dan pintar.

Kouta bisa memahami situasinya sejauh ini. Pertanyaan sebenarnya adalah orang macam apa yang akan muncul setelah ini, dan kisah seperti apa yang akan dia ikuti.

Ketika pintu terbuka, orang-orang berbaju besi masuk dan mengepung mereka. Diikuti oleh orang-orang berjubah, dan kemudian beberapa orang yang berpakaian sangat bagus. Kouta nampak merasakan suatu firasat buruk dari orang-orang itu. Dia tidak bisa menjelaskan bagaimana, tapi seperti ada suatu rahasia pada mereka.

(Firasat buruk apa ini?)

"Si-siapa kalian ini? Dan di mana tempat ini?"

Tooru Asagami, seorang pria yang tampan sedang berbicara kepada mereka sebagai perwakilan kelas. Setelah itu, salah satu orang dari mereka yang berpakaian bagus maju ke depan.

"Kami adalah anggota tetap Gereja Luna, dan kami ingin meminta kalian membantu kami."

Orang itu meminta permintaan dengan nada yang sangat arogan. Ada cara yang tepat untuk meminta bantuan orang, dan menurut Kouta aman untuk mengatakan bahwa orang ini tidak pernah meminta apa pun kepada siapa pun.

"Ada apa ini? kamu meminta bantuan kami, bukan?"

Seperti biasa, Yuno Takashiro. Seorang preman kelas berambut coklat yang mencoba menerobos masuk, tapi langkahnya dihadang oleh seorang pria berbaju besi besar yang membuatnya terdiam.

(Seperti yang diharapkan dari Yuno, yang hanya melatih fisiknya saja. Menghadapi raksasa seperti itu, dialah yang di dorong ke tanah. Betapa bodohnya.)

"Kamu adalah pahlawan yang kami panggil. Setelah mengonfirmasi status kalian dari bola sihir ini, kalian masing-masing akan ditugaskan ke suatu negara."

(Apa maksudnya itu?)

Bola sihir yang dilihat Kouta seperti terbuat dari kaca putih bersih. Tapi setelah diamati lagi lebih dekat, ditengah bola kaca itu terdapat sebuah kristal warna-warni yang berputar.

(Kesampingkan soal kristal itu, biasanya satu negara memanggil pahlawan atau mengirim satu ke negara tertentu. Tapi tiba-tiba memisahkan semua pahlawan itu hanya akan memperburuk situasi, bukan?)

"Apa sih yang kamu bicarakan?"

Tooru bertanya kepada pria yang tampaknya bertanggung jawab karena dia tidak mengerti apa yang mereka maksud. Pria itu mulai menjelaskan tanpa menyembunyikan rasa jijiknya sama sekali.

Menurut penjelasannya, pemanggilan pahlawan kali ini dilakukan secara bersama-sama oleh total tiga negara. Mereka dipanggil seperti biasa untuk menaklukkan raja iblis. Tapi karena raja iblis tidak sendirian, dan ada beberapa kondisi yang membuatnya nampak sangat susah untuk dikalahkan.

Jadi, para pahlawan akan dilelang ke semua negara. Itu terlalu gila untuk dipikirkan. Mereka ingin menurunkan semua orang langsung ke luar negeri, melalui sistem yang tidak berbeda dengan perdagangan manusia. Namun itu tampaknya hal normal yang berlaku di dunia lain.

Orang itu juga bilang jika dia tidak bisa mengirim kembali dari dunia ini ke dunia mereka sendiri. Beberapa orang yang mendengarnya menjerit dan menangis, tetapi sekitar 60 persen dari mereka mengeluarkan suara yang berbeda.

Sementara semua orang cukup berisik untuk sementara waktu, mereka akhirnya tenang di bawah intimidasi tentara lapis baja dan mulai mengkonfirmasi status mereka.

Total ada 93 siswa yang dipanggil sebagai pahlawan. Sepertinya ada tiga kelas yang dipanggil, dan mereka semua adalah siswa SMA. Untuk beberapa alasan, tidak ada guru yang ikut terpanggil.

Setiap negara memiliki hak untuk setidaknya satu pahlawan, tetapi apakah mereka mendapatkan lebih banyak tergantung pada bagaimana hasil pelelangan dan tawaran yang mereka berikan.

(Jika ini mengikuti alur seperti biasa, seseorang akan ditemukan memiliki status yang mengerikan. Siapa itu?)

Pemeriksaan status dilanjutkan. Mereka tidak berisik dengan cara yang buruk, sebaliknya mereka pada dasarnya merayakan dan mereka baru selesai memeriksa sekitar setengah dari kita.

Sekitar 80 persen sudah selesai sekarang, tapi suasana dari sisi asing lumayan. Dan sekarang saatnya giliran Kouta, yang terakhir dari 93 orang yang diperiksa. Dia tidak berpikir itu adalah gayanya, tapi akan jadi apa statusnya?

Seperti yang dijelaskan di awal, dia memegang bola kaca itu dan mengucapkan kata "Status".

_____________________________________

Nama : Kouta Irigaya

Job : Hero

Level : 1

Class : Appraiser (F)

Skill : (?) | Storage (F)

_____________________________________

Beberapa karakter huruf muncul, dan pria lapis baja yang membaca status Kouta mengerutkan wajahnya dengan jijik. Dari ekspresinya saja, cukup jelas status miliknya buruk.

Dia tidak pernah berpikir bahwa dirinya akan menjadi orang dengan kelas buruk seperti di cerita novel-novel yang dia baca. Namun, Kouta dapat membayangkan bahwa kelas seperti itu Penilai «Appraiser» tidak bisa digunakan untuk bertarung.

Kouta kembali untuk berpikir bahwa itu tidak dapat membantu meskipun itu terlalu berat baginya, tetapi dia melihat pria berbaju besi melaporkan tentangnya kepada seorang pria yang berpakaian bagus, dan pria berpakaian bagus itu juga mengerutkan wajahnya.

Jika mereka setuju dengan biasa, Kouta harus mempertimbangkan kemungkinan di diskriminasi, atau bahkan dihapus karena dia tidak berguna.

"Kelas seperti apa yang kamu dapatkan, Irigaya?"

Kouta terkejut ketika seseorang di belakangnya memanggil namanya. Saat dia menoleh, itu adalah Minagawa Sasami. Dia menatapnya dengan lembut sambil tersenyum.

"Aku mendapatkan Penilai «Appraiser» sebagai kelasku. Bagaimana dengan kamu, Sasami?"

Minagawa menjawab pertanyaan Kouta dengan senang dan berkata. "Aku mendapatkan kelas Orang Suci «Saintess»."

Kouta sudah tahu tentang itu. Para prajurit menjadi sangat bersemangat ketika Minagawa menunjukkan statusnya, jadi dia sudah mendengarnya saat itu. Tidak peduli apa yang orang katakan, dia pikir itu kelas yang curang.

"Siapa yang peduli tentang Penilai «Appraiser» sebagai kelas? aku seorang Prajurit Suci «Paladin»! Orang tua itu jadi gila saat mendengar tentangku!"

Itu adalah Hidaka Amatsu, yang ikut campur dalam percakapan antara Kouta dan Minagawa. Dia tertarik pada kecantikannya. Dan menurut Kouta, dia memiliki niat yang agak mencurigakan terhadapnya. Ada banyak pria seperti itu yang selalu berkeliaran di sekitarnya.

"Bukankah itu bagus? Minagawa adalah Orang Suci «Saintess», jadi kami selaras dengan yang sama Suci sebagai kelas, bukan?"

"Oh ya? Kamu benar-benar cocok dengan kelas itu!"

Dia idiot sederhana seperti biasanya. Dia mungkin datang untuk mengolok-olok Kouta sebagai Penilai «Appraiser», yang tidak akan banyak berguna dalam pertempuran. Tapi jika Kouta mengangkatnya seperti ini, suasana hatinya akan lebih baik.

"Sebenarnya, aku ingin tahu apakah ada yang lain dari kelas Suci?"

"Yah, ini tidak unik. Akan ada banyak pekerjaan lain seperti itu!"

Minagawa sepertinya tidak terlalu menyukai Hidaka, jadi dia hanya tertawa gugup dan mendorongnya menjauh. Namun, Hidaka tidak memiliki otak atau pertimbangan untuk menghormati perasaan Minagawa.

Mereka sepertinya belum menyadarinya, tapi mereka semua akan dilelang dan dijual. Ada kemungkinan Hidaka akan dijual ke negara yang sama dengan Minagawa, tapi Kouta pikir kemungkinan besar mereka akan berakhir di tempat yang berbeda.

Kouta ingin melihat seperti apa wajah yang dia buat ketika dia mengetahuinya, tetapi dia akan berhenti atau mungkin akan menimbulkan masalah.

Ada dua kategori siswa. Mereka yang mengerti bahwa mereka akan dijual, dan mereka yang tidak. Ekspresi mereka yang berada di kategori pertama cukup suram. Namun, meski tidak muncul dalam status, tampaknya setiap pekerjaan memiliki peringkat.

Peringkat ini mungkin mewakili kegunaan mereka dalam pertempuran. Jika mereka memberi peringkat tiga negara, Kerajaan Lyaris tidak hanya akan menjadi peringkat tertinggi. Itu akan menjadikan Kerajaan Graisya dan Kerajaan Eldant sebagai kedua dan ketiga.

...

Episode 3 : Awal Balas Dendam

Sekitar 80 dari mereka telah terjual sejauh ini, dan 3 negara telah memenangkan beberapa penawaran. Yang terakhir mungkin paling bawah dalam hal skala dan keuangan.

Giliran Minagawa saat pelelangan memiliki harga awal yang tinggi. Dia hanya mengerutkan kening tentang semuanya, mengingat itu sangat tidak menyenangkan.

Sulit untuk mengatakan apakah penawaran itu menurun atau tidak, tetapi harga tetap hanya selisih beberapa untuk sementara waktu. Akhirnya, lebih dari 90 orang telah terjual.

Juru lelang memperkenalkan Kouta dengan suara biasa, dan dari reaksi para pembeli, jelas tidak ada yang peduli. Itu adalah peringkat yang sangat buruk, meskipun dia tidak ingin mengharapkannya.

Dengan peringkat rendah dan tawaran awal sangat murah, baik orang asing maupun siswa mengobrol dengan cara yang sama, tidak ada peminat yang tertarik dengan kelasnya.

(Bahkan para siswa meremehkan aku, apalagi penduduk setempat.)

“Eh, penawaran telah dimulai, jadi… apakah ada yang punya penawaran?”

“…” Semua orang terdiam, perkembangan ini seperti yang Kouta harapkan. Namun, dia benar-benar mengalami semua ini, jadi dia berkeringat dan gugup.

“Apakah ada orang yang ingin menawar?”

“……”

Juru lelang bertanya sekali lagi dan tidak ada orang yang ingin menawar Kouta karena kelas miliknya yang tidak berguna itu. Itu sudah dia tebak dari awal saya statusnya muncul.

“Ayolah! Ini buang-buang waktu! ”

“Cepat dan tunjukkan yang berikutnya!”

Ada suara dari sana-sini bahwa tawaran Kouta hanya membuang-buang waktu, dan bahwa dia tidak berguna, dan penawarannya ditutup tanpa satu tawaran pun.

(Tidak mungkin, tidak satu pun tawaran... pada kenyataannya, mereka langsung menolak untuk menawarku.)

Apa yang akan terjadi pada Kouta sekarang jika dia tidak memiliki pembeli? Dia gugup, tapi dia tidak punya pilihan selain menjaga akal sehatnya tetap berjalan.

“Karena kamu tidak menerima tawaran, kamu bebas untuk pergi.”

Seorang lelaki tua dengan rambut abu-abu, berpakaian putih seperti seragam pendeta, mengatakan kepada Kouta bahwa dia bisa pergi. Dia tampak seperti orang tua yang baik hati, tetapi dia menangani situasi itu dengan terus terang.

Sekarang pelelangan selesai, para siswa berkumpul di ruang tunggu di negara masing-masing, dan dia dibawa ke ruang terpisah untuk siapa saja yang tidak menerima tawaran. Orang tua itu memberiku pedang dan tas kulit kecil.

“Ini adalah?”

"Itu adalah pedang dan sejumlah kecil uang untuk hidup sebentar. Aku merasa menyesal karena kamu akhirnya menjadi Penilai (Appraiser), tetapi kami tidak dapat mengirimmu kembali ke duniamu sebelumnya, jadi ambillah ini sebagai hadiah perpisahan.”

(Apakah mereka akan mengusirku setelah menculikku ke dunia ini, tanpa aku memiliki kenalan atau pemahaman tentang adat istiadat setempat? Aku tidak tahu harus berbuat apa, tetapi daripada menyalahkan orang ini, aku harus berterima kasih.)

Kouta telah hidup sendiri sejauh ini, jadi dia tidak memiliki masalah untuk terus hidup sendiri. Dia lebih khawatir tentang jumlah uang yang mereka berikan kepadanya. Berapa banyak yang sebenarnya akan menentukan kesulitan hidupnya mulai sekarang.

“Jika dibandingkan dengan pendapatan rumah tangga pada umumnya, itu akan cukup untuk menghidupi keluarga beranggotakan empat orang selama setengah tahun.”

(Yah, tidak seburuk itu, bukan? Jika aku ingin meminta lebih banyak, tidak ada batasan.)

“Uang sebanyak itu sudah cukup, jadi bagaimana dengan pedangnya?”

“Di dunia ini, ada raja iblis dan bawahan iblisnya, monster, dan beberapa yang berbeda ras juga ada. Kamu, sebagai Penilai (Appraiser), perlu belajar melindungi diri sendiri.”

"Tenang." kalimat itu melayang keluar dari mulut Kouta saat dia mengingat bahwa tujuan dari mereka dipanggil ke dunia ini adalah untuk melawan raja iblis, iblis, dan monster. Rasa dingin merambat di punggungnya.

Kouta tinggal di Dunia yang damai sepanjang hidupnya, dan tidak melihat apa pun tentang pertempuran atau perang, tetapi dengan menatap pedangnya, dia merasa sekarang dia akan didorong ke dunia di mana hidup itu murah.

Bangunan batu tempat pelelangan berada rupanya adalah kuil yang khusus untuk melakukan ritual pemanggilan, dan terletak di Kerajaan Lyaris. Semua uang yang diperoleh dari pelelangan mereka akan disumbangkan ke kuil.

(Ah, benar, aku tidak dijual. Sepertinya kuil membutuhkan banyak uang untuk bersiap memanggil pahlawan.)

Sungguh menyebalkan bahwa agama ini bertanggung jawab atas perdagangan manusia di dunia ini, tetapi mengingat sejarah agama-agama di Bumi, yang mempelopori perang, rasisme, penindasan, dan kejahatan lainnya, dia merasa agama di dunia lain ini tidak begitu berbeda.

Kouta meninggalkan kuil melalui pintu. Itu benar-benar besar, tingginya sekitar lima meter, tetapi tidak peduli ke mana orang melihatnya, hanya ada sebuah pintu. Sepertinya tidak ada bangunan atau ruangan di kedua sisinya.

Itu seperti alat yang nyaman kecuali ukurannya dan faktanya itu adalah pintu ganda. Rupanya, Kouta harus melewati pintu ini untuk pergi dari kuil dan menjalani hidup barunya.

"Ini disebut Gerbang Teleportasi."

(Ooohhh, itu adalah bagian utama dari fantasi itu sendiri!)

"Di sini, kamu akan ditransfer ke negara acak melalui Gerbang Teleportasi ini."

“Uh… acak, katamu?”

“Sulit untuk memastikan, tetapi kamu tidak berasal dari negara mana pun. Lebih tepatnya, tidak ada negara yang menginginkanmu. Jadi, kamu seharusnya menjalani kehidupan barumu di dunia ini di negara yang dipilih secara acak.”

(Kamu tidak perlu secara terang-terangan mengatakan tidak ada yang menginginkanku! Setidaknya ragulah sedikit untuk mengatakannya, demi perasaanku!)

“Irigaya!”

Kouta melihat ke belakang ketika seseorang memanggil namanya. Itu adalah Minagawa, dengan beberapa orang asing dan beberapa siswa lainnya.

"Kita akan bertemu lagi, bukan?"

“Aku sekarang bebas, jadi jika kita beruntung, aku rasa kita akan bertemu lagi …”

(Kamu tidak pernah tahu apa yang bisa terjadi di dunia fantasi. Bagaimanapun, monster memang ada, jadi aku mungkin akan dimakan.)

Pria di belakang Minagawa tampaknya adalah wali resminya dari Kerajaan Graisya. Dia pasti ingin mengantarnya pergi saat Kouta melewati pintu itu, tapi orang-orang di belakangnya dengan jelas menatapnya dengan jijik.

(Siapa kalian yang melihatku seperti itu? Aku ingin mengatakannya dengan lantang, tetapi lebih baik untuk mengabaikannya.)

“Sudah waktunya, Nona Minagawa.”

Seorang pejabat memanggil Minagawa. Dan dia memberi tanda pada pendeta tua itu. Dia pasti memberi isyarat kepada pendeta untuk mengirim Kouta ke sisi lain pintu lebih cepat.

“Aku ingin… Aku ingin kamu mengatakan kita akan bertemu lagi… Aku ingin tahu apakah…”

“Y-ya, sampai jumpa nanti.”

Kouta berdiri di depan pintu dan menarik napas dalam-dalam. Ketika dia menyadari hidup barunya akan segera dimulai, kata-kata apa pun yang mungkin harus dia ucapkan mati di tenggorokannya.

Sekarang, tubuh Kouta seperti melayang kedepan. Seseorang mendorongnya melalui pintu itu dengan segaja. Itu bisa dia rasakan saat sentuhan menyentuh punggungnya.

“…” Kouta sedang memproses situasinya. Dia diberi tahu bahwa melewati pintu besar itu akan mengirimnya ke negara acak, tapi yang dia lihat di depan bukan sebuah negara, kota, maupun desa.

...

*Bersambung.....

*Note : Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!