Setelah menunggu untuk waktu yang lama, Yona dan Yuna akhirnya membuka matanya. Mereka berdua menguap sambil bangun dan melepaskan pegangan mereka dari Kouta.
"Selamat pagi."
"Oh. Selamat pagi."
"...."
"Apa?!"
Yona terkejut mengetahui dia tertidur di sebelah Kouta. Dia langsung memukul pipi Kouta saat itu juga. Kouta tidak tahu mengapa Yona beraksi berlebihan seperti itu pada hal sepele.
"A-apa yang kau lakukan padaku." Yona mengatakan itu sambil menutupi dirinya dengan tangannya.
"A-aku tidak tahu apa maksudmu. Setelah aku bangun kau dan adikmu itu sudah ada disebelahku."
(Sial. Ini sakit. Dasar elf sialan.)
[Rasakan itu.]
(Padahal aku tidak melakukan apapun. Oy pedang besi, apa kau tahu kenapa dia tiba-tiba memukulku?)
[A-aku tidak tahu.]
Kouta merasa curiga dengan jawaban pedang suci, karena dia biasanya akan menjawab "panggil aku pedang suci', tapi dia tidak menjawab seperti itu.
Karena rasa curiganya menjadi besar, Kouta mencoba memikirkan beberapa kemungkinan yang terlintas dibenaknya.
Dari beberapa pemikiran itu, Kouta menemukan dimana masalahnya. Yah, masalah itu terletak pada adik Yona, Yuna. Kouta ingat jika Yuna menjaga Yona disampingnya.
(Tapi kenapa mereka berdua tiba-tiba disebelahku?)
[...]
(Hei, rongsokan! Kau pasti tahu sesuatu!)
[A-aku tidak tahu apapun...]
Kouta lalu berdiri dan mencabut pedang suci yang tertancap dipohon dan menancapkannya ditanah. Dia mencari ranting dan daun, dan mengumpulkannya disekitar pedang suci.
[A-apa kau akan membakarku?]
(Tidak, tentu saja tidak.)
[Huft...]
(Tapi aku akan memanggangmu hidup-hidup.)
[Itu sama saja sialan.]
Kouta tertawa jahat dalam dirinya dan pedang suci meronta-ronta untuk dibebaskan. Kouta memberi satu kesempatan lagi pada pedang suci untuk menjawabnya. Pedang suci tetap saja tidak mau membuka mulutnya, padahal dirinya sedang dalam bahaya.
(Apa benar kau tidak ingin memberitahuku?)
[S-sudah kubilang aku tidak tahu apapun.]
"Hei gadis yang disana...eh, Yuna, bisa kau nyalakan api?"
[Hahaha... tentu saja dia tidak akan mau...]
"Baiklah." Yuna langsung menjawabnya sembari berlari dan menyalakan api dari tangannya. Wajahnya seperti orang yang bersemangat ingin melakukan sesuatu.
[!?]
[Dasar penghianat!]
Yuna melempar api itu pada pedang suci, dan seketika ranting dan daun kering ikut terbakar dan menyulut api agar tidak padam. Pedang suci pun akhirnya disucikan...maksudnya dibakar.
[Gyaaaaaaaaaaaaaa.]
Teriakan pedang suci terdengar hampir selama 1 jam. Kouta mendengar teriakan itu dan menjadi kesal. Selama satu jam itu, Kouta sudah banyak mengobrol dengan Yona dan Yuna. Mereka menanyakan banyak hal pada Kouta dan begitu pun sebaliknya.
"Kenapa kalian bisa berada disini?" Kouta sempat menanyakan pertanyaan itu, dan mereka seperti diam termenung memikirkan sesuatu.
"Hei. Hei. apa kalian baik-baik saja?"
"!?"
"K-kami baik-baik saja." Jawab Yona dengan wajah sedikit murung dan cemas.
(Jelas kau tidak baik-baik saja.)
[Kau benar! Aku sedang tidak baik-baik saja! Aku terbakar. Tolong aku.]
(Aku tidak bicara padamu, potongan besi.)
[Panggil aku PEDANG SUCI!!!]
Kouta ingin menanyai mereka lebih jauh, tapi waktunya tidak tepat. Dia takut, jika dia menanyai ini lebih jauh, mereka akan merasa risih dan membencinya.
Kouta mencari topik lain dan menanyakan tujuan mereka selanjutnya. Mereka seperti kebingungan hanya untuk menjawab pertanyaan Kouta yang biasa.
"K-kami mau pergi ke kota." Jawab Yona setelah lama memikirkan jawabannya.
"Ke arah mana?"
"Kita pergi ke arah barat."
(Bukankah barat tidak ada apa-apa selain binatang cabul yang sering mengikutiku? Hei rongsokan di barat memang ada kota?)
[Keluarkan aku dari sini dulu sialan!]
(Cih, merepotkan saja.)
[Kau sendiri yang membuat situasinya menjadi seperti ini!]
Setelah mengeluarkan pedang suci dengan sebuah tendangan yang mulus, Kouta menanyainya lagi tentang pertanyaan itu pada pedang suci yang terbakar hitam, lebih tepatnya dia sudah menghitam.
[Seingatku, dibarat sudah tidak ada apa-apa. Mungkin batasnya jurang.]
(Terus? Mengapa mereka ke arah barat?)
[Yo ndak tau kok tanya saya.. maksudku mana aku tau.]
"Hei, kalian berdua. Harusnya di sebelah barat tidak ada kota maupun manusia lain, kemungkinan ujungnya sebuah jurang."
"Eh? Benarkah? Darimana kamu tahu?"
"A-aku dari barat."
[Pembohong, kau pembohong.]
(Diamlah.)
Yona dan Yuna kebingungan sekali lagi. Kouta lalu menanyai mereka, kenapa mereka terus berjalan ke arah barat padahal mereka sendiri tidak tahu arah jalan dan memaksakan untuk mempercayai keberuntungan mereka.
"Kami diberitahu kalau dibarat ada sebuah kota kecil."
"Siapa yang memberitahumu?"
"Aku tidak tahu. Mereka mengenakan baju yang agak aneh."
Kouta lalu sadar mengarah kemana pembicaraan itu. Dia lalu mengeluarkan seragam sekolahnya dari (Storage) dibalik punggungnya untuk memastikan tebakannya.
Sebelumnya, Kouta memakai baju biasa dibalik seragam sekolahnya. Setelah dibuang ke hutan, dia mengenakan baju biasanya dan menyimpan seragam sekolah yang di penyimpanan untuk berjaga-jaga.
"Apakah mereka mengenakan baju seperti ini?"
Kouta menunjukkan baju seragam sekolahnya yang berwarna hitam dengan garis-garis merah di kerah dan ujung lengannya.
"Ah, benar seperti ini, tapi warna yang dipakai mereka warna putih dan juga ada pita di lehernya."
(Itu berarti mereka adalah perempuan.)
Kouta ingat jika seragam di sekolahnya dibagi menjadi 2 warna. Hitam untuk laki-laki dan putih untuk perempuan.
[Siapa mereka?]
(Aku tidak tahu. Yang pasti, mereka berasal dari dunia yang sama denganku.)
Kouta lalu menyimpan kembali seragam itu ke penyimpanannya. Setelah menyimpannya, suasana menjadi canggung untuk mereka bertiga. Kouta melirik Yona dan dia melihatnya seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi dia ragu-ragu untuk mengatakannya.
(Apa dia penasaran kenapa aku punya baju yang sama seperti mereka?)
"B-b-bagaimana harusnya aku memanggilmu?"
"Eh?"
(Apa memang itu yang kau tanyakan?)
"Namaku Irigaya Kouta. Kalian bisa memanggilku Kouta. Dan pedang yang disana itu... panggil saja potongan besi"
[Aku pedang suci!]
"Ko-uta..."
Setelah Kouta mengatakan namanya, Yona mengulangnya dengan nada lembut dan wajah yang memerah. Sedangkan Yuna, seperti memikirkan sesuatu dan tidak ikut berbicara.
"N-namaku Yona... kau bisa memanggilku Yona saja, dan ini adikku Yuna."
Yona mengatakan itu sambil menepuk kepala Yuna. Yuna yang dari tadi melamun, kaget karena tepukan kepala dari Yona yang tiba-tiba.
(Kenapa dia menyembunyikan nama belakangnya? Ah sudahlah, aku juga tidak peduli.)
[...Baj*ngan.]
Kouta tersenyum dan berdiri. Setelah mereka berkenalan, Kouta lalu memutuskan untuk pergi ke arah timur, untuk mencapai kota yang dikatakan pedang suci.
"Kalau begitu sampai disini dulu. Aku akan pergi kesana." Kouta berjalan ke arah pedang suci dan mencabutnya.
Setelah mencabut pedang suci itu, dia berjalan pergi ke arah timur. Yona dan Yuna perlahan mengikuti jalan yang dilalui Kouta dengan pelan-pelan.
(Bagus. Bagus sekali, kelinci kecilku. Tetap ikuti aku.)
[Kau...]
Setelah cukup lama berjalan, Kouta berhenti dan melihat ke belakang. Di sana Yona dan Yuna bersembunyi dibalik pohon mengikutinya terus menerus dari tempat terakhir kali.
"Keluarlah. Aku tahu kalian ada disana."
Kouta lalu angkat bicara dan mereka keluar dengan sendirinya. Wajah mereka memerah dan tingkah mereka juga malu-malu. Mereka perlahan berjalan mendekati Kouta.
"Katakan, kenapa kalian mengikutiku?"
"K-kami berencana pergi ke kota disebelah barat, tapi katamu tidak ada kota disana, jadi kami berdua sekarang hanya bisa mengikutimu."
(Jawaban yang bagus kelinci 1.)
[Berhenti menamai mereka seperti itu.]
...
*Bersambung...
*Note : Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Queen Fujimiya
up woy
2022-06-13
2
anggita
👍👍👏👏👌👌
2022-05-03
1