"Tunggu...!
Jangan pergi...!
Jangan tinggalkan aku...!"
"Tuan-Tuan Exel...!"
Reno berusaha membangunkan tuannya dengan terus mengguncang tubuh tuannya yang terus bergetar, sedang tangannya terus menggapai-gapai di udara dengan keringat yang mengucur deras di tubuhnya.
"Hah-hah-hah."
"Ini airnya Tuan silahkan Anda minum dulu!" seru sang Asisten saat melihat Tuannya terengah-engah mengatur nafasnya.
Exel pun segera menyambar air di tangan Reno lalu meneguknya hingga tandas.
Glek...glek...glek...!
"Apa Tuan bermimpi buruk yang sama lagi?" tanya Reno menatap iba pada Tuannya itu.
"Hah...!
Sambil menarik nafas dalam-dalam Exel hanya bisa mengangguk lalu mendesah panjang tanpa menjawab karena ia masih terbawa suasana mimpinya.
"Mimpi yang sama tapi, sepertinya kali ini ada yang berbeda karena aku melihat seorang gadis berambut panjang, namun aku tak sempat melihat seperti apa wajahnya. Aku hanya sempat menyentuh tangannya saja saat ia hendak berbalik pergi dan tangan itu seperti nyata aku bisa merasakan ada kelembutan di tangan itu. Tapi dia berlalu begitu saja, tanpa ingin berbalik menatapku."
Jelas Exel panjang kali lebar setelah lama terdiam menetralisir perasaannya, yang terbawa suasana mimpi yang ia rasa kali ini begitu nyata.
"Siapkan semuanya, besok kita berangkat ketujuan kita, aku tak ingin berlama-lama untuk menunda semua yang telah aku susun dan aku rencanakan selama berpuluh-puluh tahun. Aku tak ingin gagal dalam misi ini!"
Perintahnya dengan berucap panjang lebar sambil mengetatkan rahangnya dan mengepalkan tangannya.
"Baik Tuan!"
ucap Reno sambil mengangguk walau anggukannya tak di perhatikan oleh Exel. karena Exel sibuk menatap sebuah kalung liontin berbentuk love yang selama bertahun-tahun menggantung di lehernya yang bertuliskan Nan.
Hal itu selalu ia lakukan setiap terbangun dari mimpi buruknya. Reno pun segera bergegas melakukan perintah Exel,untuk menyiapkan keberangkatan mereka ke Indonesia.
''Semuanya sudah di atur Tuan begitu Anda mendarat sudah sesuai dengan apa yang Anda intruksikan, semuanya tinggal menunggu perintah dari Anda saja.'' Jelas Reno ketika baru saja tiba untuk memberikan laporan.
''Okey baiklah sekarang juga kita berangkat!"
*
*
*
Sementara itu di mansion Rafa.
"Kak...Kak...! Kakak mimpi buruk lagi ya?"
seru Jelita bertanya melihat sang kakak yang begitu terengah-engah, Jelita pun segera menuangkan air di atas nakas kedalam gelas lalu menyodor kannya ke hadapan Dara.
"Ini Kakak minum dulu biar sedikit tenang!" ucap Jelita lagi sambil mengusap punggung sang Kakak, agar segera merasa lebih baik.
"Terima kasih!"
ucap Dara saat selesai meneguk Air yang di ambil dari tangan Jelita.
"Kalau Jelita boleh tau Kakak mimpi tentang apa? apa Kakak bertemu hantu atau di kejar orang jahat?" lanjut Jelita bertanya asal.
"Tidak...!"
Jawab Dara tegas membuat Jelita mengerutkan alisnya.
"Masih mimpi yang sama." lanjut Dara menjawab pertanyaan sang adik, membuat Jelita membulatkan matanya.
"Haaah...sudah ku duga" timpal Dara lagi menatap Dara dengan intens.
"Kak, apa mimpi Kakak tidak ada seasion ke duanya ya? yang itu-itu melulu, bahkan ke jadian itu sudah puluhan tahun lalu!" lanjut Jelita lagi yang langsung mendapat cubitan di lengannya dari Dara karena ucapan konyolnya itu, Hingga membuatnya meringis kesakitan.
"Aduh Kak, sakit!" cicitnya,
"Habis kamu kalau bicara asal, mimpi kok harus ada seasion keduanya emangnya. Kamu kira ini cerita Novel apa? pake seasion kedua saja." Balas Dara sambil mengerucut kan bibirnya.
"Hehe...siapa tau aja bisa jangan itu-itu terus kan bosan" timpalnya sambil terkekeh, dan ingin beranjak pergi, untuk kembali tidur karena ia masih mengantuk.
"Iya sih! mimpiku ini sedikit berbeda
sepertinya ada yang aneh?" ucapnya binggung membuat Jelita kembali menatap sang Kakak.
"Maksud Kakak?"
sambil mengerutkan alisnya sembari berbalik dan kembali duduk.
"Ada seseorang yang menggengam tanganku dia berusaha untuk meraihnya tapi Kakak tidak sempat melihat wajanya karena keburu di bangunkan olehmu!" Ucapnya menoyor kepala Jelita dengan jari telunjuk.
"Habis Kakak berteriak minta tolong untung aku yang lewat gimana kalau yang lewat Kak Darandra? bisa-bisa heboh." Sahut Jelita. Membuat Dara mengangguk mengerti, lalu ia pun tersenyum dan memeluk adiknya itu.
"Okey maaf" ucapnya menyesal.
"Okey...! maaf di terima, lalu bagai mana dengan tangannya? apa Kakak_"
"Dia sempat menggenggam tangan Kakak dan Kakak bisa merasakan tangan yang begitu hangat dan sepertinya dia sedang kesepian" lanjut Dara lagi memotong pertanyaan Jelita yang sebenarnya masih di liputi rasa penasaran itu.
"Apa...! bagaimana Kakak bisa tau kalau dia kesepian?" tanya Jelita lagi masih dengan raut wajah yang penasaran.
"Karena dia ingin menarik tangan Kakak dan melarang Kakak untuk pergi!" lanjut Dara menceritakan mimpinya.
"Waow, it's amazing...! itu namanya Kakak akan segera bertemu dengan pangeran mimpi Kakak dalam waktu dekat ini Kak, dan Kakak akan segera berpaling dari pangeran jutek Kakak." Celoteh Jelita menggoda Kakaknya, hingga membuat Dara merengut kesal,
"Pangeran jutek? siapa lagi yang kamu katakan pangeran jutek itu?" tanya Dara heran.
"Siapa lagi kalau bukan Kak Devan." Sahut Jelita sambil tertawa lepas, yang membuat Kakaknya tambah kesal dan melemparinya dengan bantal.
"Kau...awas...kau Jelita!"
pekik Dara kesal karena Jelita telah mengatakan orang yang dia cintai itu pangeran jutek. Namun setelah itu...
"Tapi...tunggu...! tapi benar sih, Kak Devan, itu kan orangnya agak jutek, apa lagi dengan orang yang tidak dia kenal dia hanya bersikap manis, dengan orang-orang dekatnya saja." gumamnya kecil namun masih terdengar jelas di telinga Jelita.
"Bukan agak Kak, tapi sangat!" sahut Jelita lagi menimpali.
"Hais kenapa aku termakan omongan Jelita Ck, anak ini benar-benar!" gerutunya.
Jelita pun kembali terkekeh dan segera kabur karena tak ingin lagi kenak lemparan bantal dari Kakaknya itu, Ia senang karena sudah berhasil membuat Kakaknya itu kesal, dan saatnya ia akan melanjutkan mimpi indahnya dengan melanjutkan tidur yang sudah terganggu karena masalah mimpi sang Kakak.
Paginya.
"Bangun gadis pemalas apa kamu tidak akan kuliah hari ini!" ucap seseorang di samping tubuh Jelita, yang masih tertutup selimut tebal, jangankan bangun bergerak pun tidak. Membuat, Darandra kesal dengan tingkah adik sepupunya yang satu ini, namun alisnya berkerut saat memikirkan sesuatu yang terlintas di otaknya.
Darandra pun bergegas masuk ke dalam Bhatroom, yang ada di kamar Jelita, tak lama ia pun ke luar dengan membawa sebuah gayung yang sudah lengkap di isi dengan air. Darandra lalu mendekati ranjang di mana kini Jelita yang masih terbaring nyenyak dalam tidur.
dengan pelan ia pun membuka selimut yang menutupi wajah Jelita lalu menuangkan air itu ke wajah Jelita. Jelita yang merasa seperti wajahnya basah dan dingin sontak terkejut.
"Hujaaaan...!" pekiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments