Dua Puluh

"Sayang, aku uda nungguin kamu dari tadi" ucap Fabian sambil memeluk Dara. Sikap Fabian yang berbeda memancing tanya pada diri wanita itu.

"Kenapa?" tanya Dara tak menutupi ekspresi penuh tanya nya.

"Aku mau ajak kamu ke suatu tempat" Bisik Fabian sembari mendaratkan kecupan di pipi istrinya.

"Ke mana?" Dara masih menatap heran pada suaminya.

"Nanti kamu akan tau setelah ini. Lebih baik kamu mandi dan dandan yang cantik ya" Fabian menuntun Dara memasuki kamar mereka. Dara masih berusaha menerka apa yang Fabian inginkan, tapi Dara yakin ini hanya trik dari suaminya agar ia mau melayani pria itu.

"Ingat setelah ini dandan yang cantik. Aku tunggu di luar" ucap Fabian lagi-lagi dengan senyum lebarnya.

Dara memasuki kamar mandi. Meski jutaan tanya masih mendera nya namun Dara tetap menuruti apa yang Fabian perintahkan. Dara membersihkan tubuhnya lalu berdandan sesuai dengan apa yang suaminya inginkan.

Dara melangkah ke arah suaminya yang juga sudah terlihat rapi. Sepertinya Fabian juga bersiap saat Dara tengah membersihkan tubuhnya.

"Cantik banget" Puji Fabian sambil mendaratkan kecupan di kening Dara lalu merengkuh pinggang istrinya. Pria itu seperti terkesima melihat penampilan Dara yang sederhana namun memukau.

"Makasih mas" Tentu saja Dara merasa asing dengan sikap Fabian yang seperti ini, tapi Dara sama sekali tak melayangkan tanya atau protes. Ia berusaha menikmatinya saja

"Kita mau ke mana mas?" Dara bertanya lagi ketika Fabian melajukan mobil mereka. Lagi-lagi tak ada jawaban dari pria itu, membuat Dara menghela nafas jengah. Ia memilih tak peduli, wanita itu memalingkan wajahnya ke arah jendela.

"Kita sudah sampai" ucap Fabian menyadarkan Dara dari lamunan nya. Entah berapa lama mereka menempuh perjalanan karena Dara yang tenggelam dalam lamunan sepanjang jalan.

Dara menatap sekitar, ternyata Fabian membawanya ke sebuah restoran mewah.

"Mau makan malam di sini? kenapa nggak bilang aja dari tadi mas pakai rahasia-rahasiaan segala" Dara tersenyum tipis. Fabian hanya mengangguk lalu lebih dulu turun dari mobilnya. Pria itu membukakan pintu untuk Dara.

Fabian merangkul pinggang Dara dan mengajak sang istri memasuki restoran tersebut. Perlakuan Fabian yang manis seperti ini kembali memupuk rasa heran di dalam hati Dara. Karena Fabian tak pernah melakukan ini selama pernikahan mereka.

Pria itu terlalu kaku hingga hal yang sangat diharapkan oleh Dara tak pernah pria itu penuhi. Lalu di saat hati Dara mulai hambar dan menyerah dan tak berharap lagi, Fabian baru bersikap seperti ini. Entahlah namun Dara tak berani mengatakan bahwa apa yang Fabian lakukan saat ini sudah terlambat.

Fabian membawa Dara ke meja yang mungkin telah pria itu pesan sebelumnya. Fabian menarik kan kursi untuk Dara duduki. Malam itu Fabian benar-benar memperlakukan Dara dengan begitu manis.

Bahkan Fabian menatap Dara dengan penuh cinta. Sementara Dara sedikit kebingungan untuk bersikap bagaimana merespon semua yang Fabian lakukan padanya.

"Mau makan apa?" Tanya Fabian lembut sembari memegang tangan Dara. Pelayan yang Fabian panggil datang dan menyerahkan buku menu pada sepasang suami istri tersebut.

"Samain aja sama kamu mas" Jawab Dara. Fabian mengangguk. Pria itu memesankan steak untuk nya dan Dara. Juga orange juice dan makanan penutup.

"Dalam rangka apa kamu ngajakin aku makan di luar mas?" Tanya Dara selepas pelayan meninggalkan mereka.

"Lagi pengen aja bahagiain istri" Fabian tersenyum, kemudian raut wajah pria itu terlihat serius menatap pada istrinya.

"Aku sadar aku jarang banget memperhatikan kamu, aku uda banyak ngecewain kamu. Aku minta maaf Dara." Ucap nya penuh kesungguhan.

Dara membisu, menantikan kata yang akan Fabian ucapkan selanjutnya.

"Aku gagal menjadi suami dan aku gagal menjadi ayah. Aku berharap pengampunan dari kamu sayang" ucap pria itu lagi.

Dara menghela nafas berat, bibirnya masih belum mampu untuk terbuka. Entah mengapa dadanya terasa sesak.

Untunglah pelayan segera datang mengantarkan pesanan mereka. Dara lega bisa keluar dari suasana yang membuat hatinya terusik.

"Kita lanjutkan pembicaraan kita setelah ini ya. Kita makan dulu" Ucap Fabian. Dara hanya mengangguk, suasana berubah hening saat keduanya fokus menyantap makan malam mereka.

Tapi otak Dara terus berfikir, berusaha mencerna arah ucapan suaminya. Hingga akhirnya isi piring keduanya habis Dara masih belum bisa menemukan cara untuk merespon apa yang Fabian ucapkan. Ia masih terlalu bingung pada hati dan perasaan nya.

"Kamu lupa ya ini hari apa?" Fabian memulai kembali obrolan mereka setelah makan malam keduanya usai.

Kening Dara mengernyit, ia berusaha mengingat momen spesial hari ini. Matanya membulat penuh kala mengingat hari ini adalah hari ulang tahun pernikahannya dengan Fabian yang ke 6.

"Maaf mas" Dara merasa bersalah karena melupakan anniversary mereka meski selama ini selalu dirinya yang mengingat duluan dan Fabian seperti biasa hanya cuek.

"Nggak apa-apa sayang, aku ngerti kondisi perasaan kamu saat ini yang belum sepenuhnya pulih. Selamat hari pernikahan yang ke 6 Dara. Mari kita mulai semuanya dari awal lagi, aku janji akan berusaha menjadi suami yang baik untuk kamu. Aku akan berusaha menebus semua kesalahan aku selama ini. Aku mencintaimu" ucap Fabian dengan tatapan dalamnya.

Perasaan Dara berkecamuk, meski ia bingung menggambarkan perasaan nya namun Dara akui ada kebahagiaan yang ikut terselip diantara jutaan perasaan yang membingungkan di hatinya. Dara kembali terhenyak saat Fabian mengeluarkan kotak kecil di sakunya.

Sebuah cincin yang terlihat manis Fabian tunjukkan.

"Ini kado pertama aku kan?" Ucap Fabian sambil tersenyum getir. Sepertinya pria itu menyadari dirinya yang begitu dingin pada Dara selama ini.

"Makasih mas" Ucap Dara sembari mengulurkan jarinya, membiarkan Fabian memasangkan cincin tersebut di jari manisnya.

"Mau kado pertama, kedua, atau ke berapa aku nggak peduli mas. Aku bahagia" Meski Dara tak tau apa ia sepenuhnya bahagia, namun ia ingin berusaha menghargai usaha Fabian. Memberikan kesempatan kedua pada pria itu tidak salah kan?

"Terima kasih sayang, aku benar-benar suami yang beruntung memiliki istri sebaik kamu" Fabian mencium punggung tangan Dara setelah pria itu memakaikan cincin di jari tangan istrinya.

Dara tersenyum tipis menatap cincin yang kini melingkar di jari nya. Fabian benar, cincin ini adalah hadiah pertama dari suaminya. Meski gajinya selama ini mampu untuk membeli apapun yang ia mau namun saat mendapatkan hadiah dari suaminya sungguh ia merasa sangat bahagia. Ia merasa menjadi istri yang sebenar nya.

Selama ini Fabian bahkan tak pernah memberikan gaji nya untuk menafkahi Dara karen merasa istrinya telah memiliki uang yang mampu memenuhi kebutuhan mereka. Padahal jauh di dalam lubuk hati Dara ia ingin sekali merasakan Fabian menafkahinya, tak peduli berapa saja nominalnya. Ia hanya ingin merasakan tanggung jawab Fabian terhadap dirinya.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

fanthaliyya

fanthaliyya

alamak 6 tahun hanya jd pemuas nafsu aja beu🤦

2022-12-25

0

Ning Vian

Ning Vian

telat banget fabian...rasanya hambar..tau nggak sihhh

2022-12-08

0

Julio Stevaning

Julio Stevaning

ealah 6 tahun cuma di kelonin gratisan 😅

2022-06-20

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!